55
IV. A. 3. Partisipan III Liang
wawancara dilakukan sebanyak 4 kali di rumah partisipan, yaitu: 1.
Sabtu, 24 Maret 2007 2.
Sabtu 28 April 2007 3.
Sabtu 12 Mei 2007 4.
Sabtu, 30 Juni 2007
Tabel 3
Gambaran Umum Partisipan III No. Dimensi
Partisipan Pasangan
1. Inisial
Liang Rita
2. Pekerjaan
Kontraktor bangunan
Ibu rumah tangga 3.
Usia ketika kawin campur 38 tahun
21 tahun 4.
Etnis Tionghoa
Batak Karo
5. Agama
-Sebelum kawin campur -Setelah kawin campur
Budha Islam
Islam Islam
6. Pendidikan
Sarjana D
3
7. Urutan dalam keluarga
Anak pertama dari empat
bersaudara Anak ke dua dari tiga
bersaudara
8. Usia perkawinan.
Delapan tahun 9.
Jumlah anak Tiga orang
10. Masa pacaran
Tiga bulan setelah tiga bulan berkenalan 11.
Kondisi lingkungan
-Sebelum kawin campur -Selama kawin campur
Mayoritas beretnis Tionghoa Sebagian besar beretnis Tionghoa,
selebihnya, etnis Jawa dan Batak.
12. Status tempat tinggal
Rumah sendiri 13.
Alasan kawin campur Faktor usia dan cinta
Liang adalah anak tertua dari pasangan suami istri yang beretnis Tionghoa. Sebelum menikah, Liang menganut agama Budha sama seperti ke dua orang
tuanya. Sama seperti Feng dan Lie, Liang juga tumbuh dan dibesarkan dalam
Universitas Sumatera Utara
56 lingkungan yang mayoritas penduduknya beretnis Tionghoa. Hanya saja, kondisi
ekonomi keluarga Liang jauh lebih baik dari keduanya. Berprofesi sebagai seorang kontraktor bangunan membuat Liang harus
sering ke luar kota. Akibatnya, ia jarang berada di rumah, bahkan setelah menikah pun pekerjaannya masih menyita waktunya. Karena terlalu sibuk dengan karirnya,
ia tidak memikirkan masalah perkawinan. Orang tua dan saudara-saudaranya sering mengingatkannya agar segera berumah tangga.
Menjelang usia ke tiga puluh delapan. Liang mulai memikirkan permintaan orang tua dan saudara-saudaranya untuk berumah tangga. Pada saat
itulah ia bertemu dengan seorang wanita Karo bernama Rita di rumah sakit Martha Friska, tempat sahabatnya di rawat. Rasa cinta membuat Lieng
menomorduakan masalah perbedaan etnis diantara mereka. Setelah tiga bulan berkenalan, Liang dan Rita kemudian berpacaran. Tiga
bulan kemudian, Liang memutuskan untuk melamar Rita. Liang mengalami kesulitan memperoleh restu dari orang tua Rita. Sebaliknya, orang tua Liang
menyerahkan keputusan di tangan Liang. Akhirnya, orang tua Rita bersedia merestui hubungan mereka dengan
syarat Liang harus menjadi muallaf dan mengganti marganya. Bagi Liang, mengganti marganya lebih berat dari pada menjadi muallaf. Namun setelah,
diberitahu bahwa marga baru yang dimilikinya tidak akan menghilangkan marga lamanya, keraguan Liang akhirnya hilang. Dua bulan sebelum melakukan
perkawinan, dilakukan upacara pemberian marga kepada Liang di kampung halaman Rita. Orang tua Rita mencarikan orang tua angkat dengan marga yang
Universitas Sumatera Utara
57 seimpal dengan putri mereka. Setelah itu perkawinan kemudian dilaksanakan
dengan adat Karo. Setelah menikah, Liang dan istrinya tinggal di rumah yang telah dibelinya
sebelumnya. Liang menyuruh istrinya berhenti bekerja dan fokus pada rumah tangga. Menurutnya penghasilannya cukup membiayai kehidupan mereka.
Saat ini Liang telah dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Liang tidak berusaha untuk mengenalkan budayanya pada anak-anaknya. Liang cukup
puas dengan kondisi rumah tangganya saat ini. Ia berhasil mengatasi perbedaan budayanya dengan istrinya. Baginya, saat ini ia seolah-olah memiliki dua
kewarganegaraan. Tionghoa dan Batak. Ia berharap rumah tangga yang dijalaninya dapat bertahan. Karena itu dia
berusaha menjalin hubungan yang baik dengan keluarganya dan keluarga istrinya. Liang juga tidak mempermasalahkan jika nanti anak-anaknya melakukan
perkawinan campur seperti dirinya.
Universitas Sumatera Utara
58
IV. B. REKONSTRUKSI DATA