Observasi umum Observasi harian

59 IV. B. 1. DATA OBSERVASI IV. B. 1. 1. Partisipan I Feng

a. Observasi umum

Wawancara dengan Feng dilakukan sebanyak lima kali di rumah tetangga partisipan karena tidak memungkinkan untuk melakukannya di rumah partisipan. Yang mengenalkan peneliti dengan Feng adalah mamak Deno tetangga Feng. Atas saran mamak Deno, peneliti terlebih dahulu menghubungi Wati, istri Feng, untuk melakukan pendekatan. Feng berkulit putih, rambut lurus sebahu potongan belah tengah dan bermata sipit. Selama beberapa kali pertemuan, Feng selalu mengenakan topi pet berwarna coklat. Kadang-kadang ketika ia mengalami kesulitan mengucapkan jawaban, ia membuka topinya dan memutar-mutarnya. Feng jarang melakukan kontak mata selama wawancara berlangsung. Volume suaranya turun ketika ia bercerita tentang masalah-masalah yang dihadapinya setelah menikah. Namun, ketika bercerita tentang adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang ia lakukan dulu volume suaranya meningkat, ia juga mencondongkan tubuh ke arah peneliti, bahkan melakukan kontak mata. Selama wawancara berlangsung sering terjadi gangguan. Kadang-kadang istrinya datang secara tiba-tiba dan duduk di dekat Feng. Pada saat ini suara Feng terdengar lebih pelan, dan hanya memberi jawaban singkat. Ia juga meghindari kontak mata dengan peneliti. Feng juga diam saja ketika istrinya menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Sesekali ia mengangguk dan mengiyakan jawaban istrinya. Hal yang sama terjadi ketika ada tetangga Feng yang masuk ke dalam ruangan selama wawancara berlangsung. Universitas Sumatera Utara 60

b. Observasi harian

Observasi harian tidak hanya dilakukan selama sesi wawancara, tapi pada setiap kesempatan ketika peneliti bertemu dengan Feng dan keluarganya. - Hari pertama, Rabu, 21 Februari 2007, di rumah Partisipan Sesuai janji, sore itu peneliti datang ke rumah Feng. Feng tidak ada di rumah. Wati, istrinya mengatakan kalau Feng mungkin sedang `nongkrong` di warung miso. Kira-kira lima belas menit kemudian, Wati kembali bersama Feng. Feng berjalan di belakang Wati. Ia mengenakan celana pendek berwarna coklat, kaos berwarna hijau, memakai topi pet berwarna coklat muda. Peneliti kemudian menjelaskan kedatangannya untuk melakukan wawancara sesuai janji yang telah disepakati sebelumnya. Feng mengatakan kalau ia tidak menyangka kalau peneliti benar-benar akan datang pada hari itu, karena itulah ia tidak berada di rumah pada saat waktu yang telah ia janjikan. Feng kemudian menolak melakukan wawancara pada saat itu dengan alasan ada sesuatu yang ia kerjakan. Feng berjanji untuk meluangkan waktu untuk wawancara pada hari esok. - Hari ke dua, Kamis, 22 Februari, di rumah Feng Sesuai janji, peneliti datang ke rumah Feng. Sayangnya, lagi-lagi Feng tidak berada di rumah. Wati mengatakan, Feng tiba-tiba mendapat ajakan kerja dari temannya. Wati meminta peneliti untuk datang esok hari. Universitas Sumatera Utara 61 - Hari ke tiga, Jumat, 23 Februari 2007, di rumah mamak Deno wawancara I Sore itu, saat peneliti sampai di rumah Feng, suasana rumahnya tampak sepi. Pintu rumah terbuka, namun tidak terlihat ada orang di dalam rumah. Tidak ada sahutan ketika peneliti mengetuk pintu dan mengucap salam. Ketika peneliti memutuskan untuk pergi, tiba-tiba, Juminten, mertua Feng memanggil dan menanyakan maksud kedatangan peneliti. Saat itu, Juminten sedang `ngumpul` dan `ngerumpi` dengan para tetangga. Pada saat peneliti berbicara dengan Juminten, Wati datang dan meminta maaf karena tidak mendengar panggilan peneliti karena sedang mencuci pakaian di belakang rumah. Wati kemudian pergi memangil Feng yang sedang `nongkrong` di warung miso. Sambil menunggu, peneliti mencoba berbaur dengan Juminten dan tetangganya. Sayangnya, sulit memahami pembicaraan mereka karena mereka menggunakan bahasa Jawa. Untunglah tak berapa lama Wati muncul bersama Feng. Feng kemudian mengajak peneliti ke rumahnya dan melakukan wawancara di ruang tamu. Sementara itu, Wati bergabung dengan Juminten. Ketika sampai di rumah, peneliti sempat merasa bingung karena Feng memaksa untuk melakukan wawancara saat itu juga di ruang tamu. Padahal, di ruangan itu ada Jono, saudara iparnya yang sedang menonton TV. Jono bahkan tidak mengecilkan volume suara TV ketika peneliti dan Feng berbicara. Matanya terpaku pada layar TV seolah-olah tidak ada orang lain di sana. Peneliti lalu bertanya apakah ada ruangan lain yang dapat dipakai untuk wawancara. Feng tertawa dan akhirnya mengajak peneliti ke rumah mamak Deno yang berjarak dua meter dari rumahnya. Suasana di rumah mamak Deno tampak sunyi. Pintu rumah terbuka, namun tidak ada orang di dalamnya. Kami pun memulai wawancara di ruang tamu. Baru beberapa menit wawancara berlangsung, Wati datang dan langsung duduk di samping Feng. Saat itu Feng lebih banyak diam dan Wati menjawab pertanyaan yang diajukan pada Feng. Universitas Sumatera Utara 62 Untunglah Wati kemudian pergi karena dipanggil ibunya. Setelah Wati pergi, peneliti mulai menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi seperti alasan Feng menikah dan mengenai orang tuanya. Feng menjawab sepatah dua patah kata saja. Kemudian gangguan datang lagi. Tiga orang anak kecil masuk dan duduk di dekat kami. Feng mengecilkan volume suaranya dan enggan menjawab beberapa pertanyaan dan hanya mengatakan ”biasa-biasa ajalah”. Kemudian mamak Deno datang dan mengusir mereka. Wawancara kemudian diakhiri karena kondisi mulai ramai. Feng kemudian bersedia untuk melakukan wawancara besok hari. - Hari ke empat, Sabtu, 24 Februari 2007 Sesuai janji peneliti datang, sayangnya partisipan tidak ada di rumah. Kata istrinya ia sedang bekerja di Gaperta. - Hari ke lima, Minggu, 25 Februari 2007 Hari ini Feng juga tidak ada di rumah. Wati mengatakan kalau Feng menginap di rumah temannya yang ada di Gaperta. Wati tidak tahu pasti kapan Feng akan pulang. Wati juga tidak memberikan nomor ponsel Feng dengan alasan tidak ingat. Lalu Wati bercerita tentang nilai-nilai anaknya yang jelek. Peneliti kemudian menyarankan agar anaknya diberikan les tambahan. Wati memang berfikir untuk melakukannya, sayangnya hal tersebut tidak terlaksana karena masalah biaya. Akhirnya peneliti memutuskan untuk membantu Wati memberikan les tambahan pada anak- anaknya. Hal ini akan mempermudah peneliti untuk membangun raport dengan keluarga Feng. - Hari ke enam, Selasa, 27 Februari 2007 wawancara II Feng ada di rumah. Wawancara kemudian dilakukan di rumah mamak Deno. Sebelumnya peneliti telah meminta izin pada mamak Deno untuk memakai rumahnya selama proses pengambilan data. Pada wawancara ke dua ini Wati juga turut serta. Padahal sebelumnya peneliti telah Universitas Sumatera Utara 63 mengatakan pada Feng bahwa sebaiknya wawancara dilakukan tanpa kehadiran istrinya. Peneliti kemudian mengganti topik wawancara. Sebelumnya peneliti ingin menanyakan mengenai masalah dalam perkawinan Feng. Namun karena keberadaaan Wati, akhirnya peneliti bertanya tentang masa kecil Feng. Cara Feng menjawab lebih baik daripada wawancara sebelumnya. Suaranya lebih mantap dan mulai melakukan kontak mata. Wati diam saja selama Feng bercerita tentang masa kecilnya. Ia kemudian pergi tanpa berkata apa-apa. Setelah Wati pergi, peneliti mulai mengajukan pertanyaan ke arah perkawinan Feng. Ketika berbicara mengenai alasannya menikahi Wati, suara Feng menjadi lebih pelan, dan datar. Ketika menjawab Feng tidak melakukan kontak mata dengan peneliti tapi memandangi asbak rokok yang ada di meja. - Hari ke tujuh, Sabtu, 3 Maret 2007 Feng tidak berada di rumah. Wati mengatakan kalau suaminya mendapat proyek dari temannya untuk bekerja di Riau dan mungkin baru kembali sebulan kemudian. - Hari ke delapan, Jumat, 6 April 2007 Peneliti tidak sengaja berpapasan dengan Feng di jalan. Ini adalah hari pertama peneliti bertemu dengan Feng yang baru kembali dari Riau. Ia tersenyum dan berkata baik-baik saja ketika peneliti bertanya mengenai keadaannya. Ia kemudian berterima kasih karena peneliti memberikan les tambahan pada anaknya. Ia juga bersedia diwawancarai esok harinya di tempat mamak Deno. - Hari ke sembilan, Sabtu, 7 April 2007 Hari ini wawancara dilakukan di rumah mamak Deno. Saat itu Feng mengenakan kemeja lengan pendek berwarwarna putih dipadukan dengan Universitas Sumatera Utara 64 celana jeans biru yang sudah pudar warnanya. Kali ini ia tidak memakai topi coklat yang biasa ia pakai. Rambutnya juga lebih pendek karena baru di pangkas. Wawancara hari ini berjalan lancar tanpa ada gangguan. Feng juga lebih koperatif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. - Hari ke sepuluh, Senin, 9 April 2007 Pagi hari, di teras rumah Feng sang mertua terlihat sedang memanaskan sepeda motornya. Tiba-tiba mertuanya berteriak memanggil nama Feng. Teriakannya makin keras ketika Feng tidak muncul juga. ia berhenti `menggas ` sepeda motornya dan berteriak lagi. Setelah tujuh kali namanya di panggil, akhirnya Feng keluar dari dalam rumah. Ia mengenakan kaos lengan pendek berwarna hijau tua dan celana panjang berwarna hitam. Mertuanya marah pada Feng. Mertua : Kowe itu kalo di panggil itu ngeyel, lama kali dipanggil-panggil dari tadi nggak datang-datang kowe. Orang mau dikasih kerjaan, ya kalo dipanggil itu nyahutlah. Nggak mau kerjaan kowe. Mau makan apa anak-anakmu kao kek gini juga. Ngapai kowe di dalam, budek apa, dari tadi orang udah teriak-teriak, jam segini itu orang nggak ada lagi yang tidur. Feng : Maaf Pak, tadi nggak denger jadi..... Mertua : Nggak denger- nggak denger. Ya nggek denger lah orang kowe molor kayak kebo. Jam segini itu orang gak ada lagi molor, kalo orang mau kaya dari pagi subuh-subuh itu udah bangun. Mau jadi apa kowe kayak gini. Dasar pemalas Kalo memang nggak mau kerjaan bilang Nggak usah cape-cape aku nyruh-nyuruh kau. Pemalas. Udah pigi sana, nggak jadi sama kowe, si Budi aja. Pemalas kek kowe nggak usah dikasihlah. Molor lagi sana. Mau jadi apa kowe... Universitas Sumatera Utara 65 Mertua Feng kemudian berteriak memanggil Budi, tetangganya. Feng diam saja, lalu masuk ke dalam rumah setelah mendengar mertuanya menawarkan pekerjaaan pada Budi.

IV. B. 1. 2. Partisipan II Lie a.