A. 2. Partisipan II Lie

51 kehadiran Feng beserta istri dan anaknya. Kini, jika Imlek tiba, Feng selalu mengajak istri dan kedua putranya mengunjungi kedua orang tuanya. Namun, Feng tidak pernah mengajak mertuanya, demikian juga ketika Lebaran tiba, orang tua Feng juga tidak pernah datang ke rumahnya. Saat ini, tidak lagi memikirkan masalah penyesalan karena menikah terlalu dini. Ia ingin rumah tangganya berjalan dengan baik. Ia ingin memiliki rumah sendiri, dengan demikian ia bisa menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga.

IV. A. 2. Partisipan II Lie

Wawancara dilakukan lima kali di rumah partisipan dan dilakukan pada malam hari, yaitu: 1. Sabtu, 10 Maret 2007 2. Sabtu, 14 April 2007 3. Sabtu, 28 Maret 2007 4. Sabtu, 12 Mei 2007 5. Sabtu, 23 Juni 2007 Selain wawancara dilakukan kunjungan-kunjungan untuk melakukan wawancara dengan istri partisipan Universitas Sumatera Utara 52 Tabel 2 Gambaran Umum Partisipan II No. Dimensi Partisipan Pasangan 1. Inisial Lie Mali 2. Pekerjaan Salesman Ibu rumah tangga 3. Usia ketika kawin campur 28 tahun 20 tahun 4. Etnis Tionghoa Hailhokhong India 5. Agama -Sebelum kawin campur -Setelah kawin campur Budha Budha Hindu Budha 6. Pendidikan SD sampai kelas V SMA 7. Urutan dalam keluarga Anak ke delapan dari delapan bersaudara Anak tujuh dari tujuh bersaudara 8. Usia perkawinan. Tiga tahun 9. Masa pacaran Tidak pacaran berkenalan selama tiga bulan 10. Jumlah anak Dua orang 11. Kondisi lingkungan -Sebelum kawin campur -Selama kawin campur Mayoritas beretnis Tionghoa Campuran dari berbagai etnis Jawa, Tionghoa, Batak 12. Status tempat tinggal Rumah sendiri 13. Alasan kawin campur Faktor usia dan ingin memiliki keturunan Lie adalah anak bungsu dari delapan bersaudara. Kedua orang tuanya berasal dari Etnis Tionghoa dan beragama Budha. Pada saat Lie berusia lima tahun, ibunya meninggal dunia. Lima tahun kemudian, ayah Lie juga meninggal dunia. Sepeninggal kedua orang tuanya, Lie dan saudara-saudaranya diasuh oleh sanak saudaranya secara terpisah. Lie sendiri di asuh oleh bibinya yang juga beretnis Tionghoa. Karena masalah biaya Lie tidak dapat melanjutkan sekolahnya dan hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas V SD. Lie menjalani masa kanak- kanak dan remajanya untuk mencari uang. Universitas Sumatera Utara 53 Kesibukannya bekerja tidak menghalanginya untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Lie sudah beberapa kali berpacaran dengan wanita dari berbagai etnis. Namun, karena belum memiliki kecocokan dengan mereka hubungan tersebut tidak bertahan lama. Menjelang usianya yang ke dua puluh delapan, Lie mulai berfikir untuk berumah tangga. Ia takut tidak memiliki keturunan yang akan meneruskan marganya kelak. Saat itulah ia berkenalan dengan seorang, Mali, wanita beretnis India yang kini menjadi istrinya. Setelah tiga bulan berkenalan, Lie akhirnya memutuskan untuk melamar Mali. Awalnya orang tua Mali tidak merestui mereka. Namun, karena kegigihan mreka berdua, akhirnya orang tua Mali merestui perkawinan mereka, dengan syarat pelaksanaan upacara perkawinan harus dilangsungkan dengan adat India. Lie menyetujui syarat tersebut asalkan ia tidak perlu merubah agamanya. Setelah kedua belah pihak sepakat, perkawinanan pun dilangsungkan di rumah di rumah Mali dengan menggunakan adat India. Setelah menikah, Lie dan Mali tinggal di rumah ibu angkatnya. Seminggu kemudian, Lie berhasil menyewa sebuah rumah minimalis di sebuah komplek perumahan di kota Medan. Lie merasa tidak mengalami banyak masalah dalam rumah tangganya. Berbeda dengan Feng yang tinggal bersama mertuanya, Lie yang tinggal di rumah sendiri memiliki kebebasan untuk menjalankan rumah tangganya sendiri. Lie berusaha meminimalisir campur tangan mertuanya dalam mengatur rumah tangganya. Universitas Sumatera Utara 54 Perubahan yang dialami Lie berbeda dengan yang dialami Feng. Lie tetap dapat menjalankan kewajibannya sebagai penganut agama Budha. Lie bahkan dapat melakukan upacara Ma Gwe penyambutan kelahiran anak pada kedua putranya. Ia juga telah memberikan nama Tionghoa pada keduanya. Lie tidak merasa berkewajiban mempelajari budaya istrinya. Sebaliknya, ia justru merasa istrinya lah yang wajib mengenal budayanya. Lie juga berhasil mewujudkan harapan terakhir ayahnya untuk meneruskan marga mereka. Saat ini Lie hanya berharap agar rumah tangganya dapat berjalan dengan baik. Ia tidak melarang anaknya untuk melakukan perkawinan campur, asalkan anaknya tetap meneruskan marganya. Universitas Sumatera Utara 55

IV. A. 3. Partisipan III Liang