Hasil Impulse Buying dengan Menggunakan SmartPLS

Gambar 21. Hasil consumer decision model iklan televisi broadband AHA versi “I Like it”

4.5 Hasil Impulse Buying dengan Menggunakan SmartPLS

Impulse buying adalah perilaku konsumen yang melakukan pembelian terhadap suatu barang secara spontan, tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Faktor – faktor yang biasanya mendorong terjadinya impulse buying adalah h asrat untuk mencoba barang atau merek baru, pengaruh dari iklan yang ditonton sebelumnya, display dan kemasan produk yang menarik, bujukan salesman atau sales promotion girl. Pada model CDM impulse buying laten pesan iklan F memiliki pengaruh langsung terhadap laten pembelian nyata P sesuai dengan pengertian dari impulse buying itu sendiri. Pengujian outer model dan inner model dilakukan pada model awal Consumer Decision Model CDM impulse buying Gambar 22. Pengujian outer model dilakukan dengan melakukan aktivitas pendropan terhadap manifest yang memiliki nilai faktor loading dibawah 0,7. Setelah dilakukan aktivitas pendropan pada model CDM impulse buying, manifest yang tersisa tidak jauh berbeda dengan model CDM yang pertama Gambar 19 hanya saja pada model CDM impulse buying laten sikap konsumen A direflektifkan juga oleh manifest niat beli A5 Gambar 23. Hal ini berarti bahwa manifest A5 yaitu rasa suka terhadap produk karena itensitas penayangan iklan yang sering memberikan pengaruh pada F C A I B P Berpengaruh Tidak Berpengaruh pembentukan perilaku impulse buying. Pengujian inner model juga telah dilakukan dan semua laten memiliki pengaruh terhadap laten lainnya. Pengujian inner model dilakukan untuk melihat hubungan variansi dan hubungan pengaruh antar laten. Hubungan pengaruh antar laten dapat dilihat pada kolom original sample pada Tabel 9. Gambar 22. Hasil analisis model awal impulse buying Gambar 23. Hasil analisis model akhir impulse buying Tabel 9. Hasil Path Coefficients model CDM Impulse Buying Original Sample O Sample Mean M Standard Deviation STDEV Standard Error STERR T Statistics |OSTERR| A - I 0,518102 0,520765 0,099548 0,099548 5,204545 B - A 0,119867 0,132152 0,18407 0,18407 0,651201 B - C 0,676377 0,682224 0,111516 0,111516 6,065268 C - I 0,144157 0,150224 0,120885 0,120885 1,192515 F - A 0,453011 0,452476 0,171665 0,171665 2,638931 F - B 0,753031 0,760439 0,058689 0,058689 12,83088 F - C 0,193378 0,188779 0,09738 0,09738 1,985802 F - P 0,096994 0,098954 0,073183 0,073183 1,325357 I - P 0,603706 0,594243 0,109203 0,109203 5,528309 Responden pada penelitian ini memiliki perilaku impulse buying yang sangat rendah, dapati dilihat dari hasil bootstraping didapatkan laten pesan iklan F tidak mempengaruhi laten pembelian nyata P secara signifikan atau memiliki nilai yang tidak signifikan sesuai dengan syarat nilai T hitung T tabel = 1,96, nilai T hitung yang didapatkan adalah 1,325 Gambar 24. Nilai signifikan jalur antar laten pada model CDM impulse buying dapat dilihat pada kolom T Statistics pada Tabel 9. Jalur yang didapatkan agar sampai pada tindakan pembelian nyata adalah sama dengan model CDM awal yaitu dari pesan iklan ke sikap konsumen kemudian ke niat beli dan berakhir pada pembelian nyata. Gambar 24. Hasil bootstraping impulse buying Iklan televisi broadband AHA tidak dapat membangun perilaku impulse buying yyang mengasumsikan pesan iklan memiliki pengaruh langsung terhadap pembelian nyata. Hal ini dikarenakan broadband AHA merupakan produk yang baru di masyarakat, sehingga responden belum mengetahui lebih dalam informasi tentang produk. Selain itu, responden pada penelitian ini sangat hati – hati dalam melakuakan pembelian barang dan sangat teliti dalam pemilihan barang yang akan digunakan. Tidak cukup hanya dengan melihat iklan sesekali dan hanya dengan melihat bentuk atau model dari produk broadband AHA tetapi responden memerlukan informasi yang lebih mengenai produk. Selain itu, produk broadband di Indonesia sangatlah banyak, sehingga konsumen banyak memiliki pilihan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklan broadband AHA bersi “I Like it” tidak dapat membangun perilaku impulse buying dan responden memiliki perilaku impuls buying yang rendah. Analisis juga dilakukan pada model Consumer Decision Model CDM dengan laten pesan iklan F yang diasumsikan memiliki pengaruh langsung terhadap laten niat beli I. Pengujian outer model dan inner model juga dilakukan pada model CDM awal tersebut Gambar 25. Gambar 25. Hasil analisis model awal hubungan pesan iklan dan niat beli Pengujian outer model dilakukan dengan melakukan aktivitas pendropan terhadap manifest yang memiliki nilai faktor loading dibawah 0,7. Setelah dilakukan aktivitas pendropan pada model CDM impulse buying, manifest yang tersisa tidak jauh berbeda dengan model CDM yang pertama Gambar 19 hanya saja pada model pada laten niat beli I manifest kesan I2B tidak mereflektifkan laten, selebihnya manifest yang mereflektifkan laten sama dengan model CDM awal Gambar 26. Hal ini menggambarkan bahwa manifest niat beli karena kesan yang mudah dimengerti tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku pembentukan perilaku impulse buying, konsumen masih menganggap bahwa iklan yang ditampilkan membutuhkan pemahaman lebih dan tidak bisa dilihat hanya sesekali kemuadian langsung melakukan pembelian nyata. Pengujian inner model juga telah dilakukan dan semua laten memiliki pengaruh terhadap laten lainnya. Pengujian inner model dilakukan untuk melihat hubungan variansi dan hubungan pengaruh antar laten. Hubungan pengaruh antar laten dapat dilihat pada kolom original sample pada Tabel 10. Gambar 26. Hasil analisis model akhir hubungan pesan iklan dan niat beli Tabel 10. Hasil Path Coefficients Model CDM F ke I Original Sample O Sample Mean M Standard Deviation STDEV Standard Error STERR T Statistics |OSTERR| A - I 0,543326 0,538035 0,092665 0,092665 5,863353 B - A 0,013978 0,030719 0,164053 0,164053 0,085202 B - C 0,67895 0,678358 0,129875 0,129875 5,227733 C - I 0,15836 0,143985 0,152009 0,152009 1,041778 F - A 0,474914 0,452562 0,154171 0,154171 3,080432 F - B 0,751564 0,740165 0,069195 0,069195 10,86153 F - C 0,19322 0,188372 0,115747 0,115747 1,669336 F - I -0,09326 -0,07763 0,11435 0,11435 0,815588 I - P 0,61171 0,616798 0,100952 0,100952 6,059436 Laten pesan iklan F juga tidak mampu untuk menimbulkan niat beli I pada responden iklan televisi broadband AHA, dapat dilihat pada Gambar 27, laten pesan iklan F tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laten niat beli I T hitung T tabel=1,96 dengan nilai sebesar 0,815. Hubungan signifikansi antar laten dapat dilihat pada kolom T Statistics pada tabel 10. Jalur yang dihasilkan untuk sampai kepada pembelian nyata pun sama dengan model CDM awal dan dengan model CDM impulse buying, yaitu dari pesan iklan ke pembentukan sikap konsumen, kemudian ke niat beli dan berahir pada pembelian nyata. Gambar 27. Hasil bootstraping hubungan pesan iklan dan niat beli Hal ini dikarenakan perilaku impulse buying yang dimiliki oleh responden tidak ada, dan informasi yang ditampilkan dari iklan televisi broadband AHA kurang jelas atau kurang menarik sehingga niat beli responden tidak langsung tumbuh setelah melihat tayangan iklan tersebut. Karena broadband AHA merupakan produk yang baru, maka produsen harus lebih berusaha lagi untuk menimbulkan kesadaran akan merek terhadap konsumen dan lebih menonjolkan keunggulan produk dibandingkan dengan produk lainnya agar timbul niat beli pada konsumen yang pada akhirnya akan menimbulkan tindakan dalam melakukan pembelian nyata. Iklan televisi broadband AHA versi “I Like it” tidak mampu menimbulkan perilaku impulse buying baik dengan asumsi pesan iklan yang memiliki pengaruh langsung terhadap pembelian nyata maupun pesan iklan yang memiliki pengaruh langsung terhadap niat beli. Iklan tersebut hanya mampu memenuhi jalur dari consumer decision model CDM tanpa dapat membentuk perilaku impulse buying dari pesan iklan ke pembelian nyata ataupun pesan iklan ke niat beli, yaitu pesan iklan yang mampu membangun sikap konsumen, kemudian menumbuhkan niat beli, dan mempengaruhi untuk melakukan pembelian nyata sesuai dengan model awal CDM sesuai dengan Gambar 21.

4.6 Analisis Diskriminan