peringkat siswa perempuan lebih tinggi daripada peringkat siswa laki-laki yang jumlah peringkatnya terpaut 1,138.
Tabel 4.11. Hasil Uji Hipotesis Mann-Whitney U-Test
Aspek Asymp. Sig. 2-
tailed Keterangan
Jenis Kelamin .264
H
o
diterima Tidak ada perbedaan
Pada tabel 4.11 di atas, peneliti menganalisis dari tes statistik siswa, yang menyatakan bahwa probabilitas atau
asymp.sig.2-tailed adalah 0,264. Hal tersebut menunjukkan
bahwa harga signifikansinya lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05 0,264 0,05. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa H diterima atau H
1
ditolak. Dari analisis yang telah peneliti lakukan tersebut, maka keputusan yang diambil
adalah bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Seyegan dilihat dari jenis
kelamin siswa.
B. Pembahasan Hasil Analisa Data
Penelitian yang dilakukan di SD Negeri se-Kecamatan Seyegan ini bertujuan agar mendapatkan data yang kemudian akan digunakan untuk
melihat apakah terdapat miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V dan apakah miskonsepsi tersebut dapat dilihat dari perbedaan jenis kelamin
siswa atau tidak. Data tersebut kemudian dianalisis sehingga menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
deskripsi tentang miskonsepsi IPA Fisika yang dialami oleh siswa dan perbedaan miskonsepsi berdasarkan jenis kelamin siswa. Data yang
didapatkan dari hasil penelitian tersebut berupahasil jawaban dari soal pilihan ganda yang telah dikerjakan oleh siswa.
Penelitian ini melihat miskonsepsi yang terjadi pada materi tentang gaya gesek, magnet, gravitasi pada KD 5.1, cermin dab cahaya pada KD
6.1 dan KD 6.2, pesawat sederhana pada KD 5.2, batuan pada KD 7.1, dan struktur bumi pada KD 7.3. Terdapat 217 siswa kelas V dari 21 SD Negeri
se-Kecamatan Seyegan yang dijadikan subjek dalam penelitian ini. Jumlah soal yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah 20 butir soal
pilihan ganda dan 5 butir soal uraian. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa terlihat dari jawaban siswa pada butir-butir soal pilihan ganda yang salah,
namun siswa memilih bahwa jawabannya adalah yakin benar. Pada butir soal pilihan ganda nomer 1 membahas tentang gaya gesek
pada roda yang digelindingkan, terdapat 16 siswa atau 7,37 yang memilih jawaban salah, namun menyatakan bahwa siswa meyakini benar jawaban
tersebut. Hal ini menyatakan bahwa 16 siswa tersebut mengalami miskonsepsi pada materi gaya gesek. Pada butir soal pilihan ganda nomer 2
membahas tentang gaya gravitasi, terdapat 30 siswa atau 13,82 yang memilih jawaban salah, namun meyakini benar jawaban tersebut. Hal
tersebut berarti bahwa 30 siswa tersebut mengalami miskonsepsi tentang materi gaya gravitasi. Pada butir soal pilihan ganda nomer 3 masih
membahas tentang gaya gravitasi, sebanyak 58 siswa atau 26,73 memilih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jawaban salah namun meyakini jawaban tersebut benar. Artinya bahwa 58 siswa tersebut mengalami miskonsepsi. Pada butir soal pilihan ganda nomer
4 tentang gaya gesek terdapat 68 siswa atau 31,34 yang memilih jawaban salah namun meyakini jawaban tersebut benar. Hal tersebut berarti bahwa
68 siswa itu mengalami miskonsepsi tentang gaya gesek. Butir soal nomer 1, 2, 3 dan 4 tersebut mewakili KD 5.1 tentang gaya, gerak dan energi.
KD selanjutnya yang disajikan dalam butir soal pilihan ganda adalah KD 5.2 tentang pesawat sederhana, yang diwakili butir soal nomer 5, 6, 7, 8,
9, dan 10. Pada butir soal nomer 5 tentang sifat roda, terdapat 72 siswa atau 33,18 yang memilih jawaban salah namun yakin bernar terhadap jawaban
tersebut. Hal ini berarti 72 siswa tersebut mengalami miskonsepsi tentang sifat roda. Pada butir soal pilihan ganda nomer 6 yang membahas tentang
letak posisi titik tumpu, beban dan kuasa pada gerobak roda satu, terdapat 44 siswa atau 20,28 yang memilih jawaban salah namun yakin benar
terhadap jawaban tersebut. Artinya bahwa, 44 siswa tersebut mengalami miskonsepsi tentang materi letak titik tumpu, beban dan kuasa. Butir soal
nomer 7 membahas tentang prinsip kerja bidang miring pada sekrup. Pada butir soal ini terdapat 72 siswa atau 33,18 yang mengalami miskonsepsi,
karena memilih jawabn yang salah namun yakin benar dengan jawabannya tersebut. Butir soal pilihan ganda nomer 8 membahas tentang tuas jenis
pertama. Pada butir soal ini terdapat 30 siswa atau 13,83 yang mengalami miskonsepsi, karena memilih jawaban salah namun yakin benar terhadap
jawaban tersebut. Selanjutnya ada butir soal nomer 9 yang membahas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tentang contoh jenis tuas golongan kedua. Pada butir soal ini terdapat 37 siswa atau 17,05 yang memilih jawaban salah namun yakin benar
terhadap jawaban tersebut, hal ini berarti bahwa 37 siswa tersebut mengalami miskonsepsi. Butir soal yang terakhir pada KD 5.2 ini adalah
butir soal nomer 10 yang membahas tentang penerapan bidang miring pada jalan yang berkelok-kelok. Pada butir soal pilihan ganda nomer 10 ini
terdapat 6 siswa atau 2,76 yang mengalami miskonsepsi, karena memilih jawaban yang salah namun meyakini benar jawaban tersebut.
KD selanjutnya dalam instrumen soal pilihan ganda adalah KD 6.1 tentang sifat-sifat cahaya, yang diwakili oleh butir soal nomer 11, 12, 13, 14
dan 15. Butir soal nomer 11 membahas tentang peristiwa perambatan cahaya lurus. Pada butir soal ini terdapat 96 siswa atau 44,24 yang
mengalami miskonsepsi karena memilih jawaban salah namun yakin benar terhadap jawabannya tersebut. Butir soal nomer 12 membahas tentang
bayangan pada cermin. Pada materi ini terdapat 30 siswa atau 13,82 yang mengalami miskonsepsi, karena memilih jawaban salah namu meyakin
jawabannya tersebut benar. Butir soal nomer 13 membahas materi tentang konsep bayangan maya. Pada materi ini terdapat 99 siswa atau 45,62
yang mengalami miskonsepsi karena memilih jawaban yang salah namun yakin bernar terhadap jawaban tersebut. Kemudian, butir soal nomer 14
membahas tentang sifat bayangan pada kaca spion motor atau mobil. Pada materi ini ada 106 siswa atau 48,85 yang mengalami miskonsepsi karena
memiliki pemahaman yang salah denga memilih jawaban salah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meyakini benar jawaban salah tersebut. Lalu, butir soal pilihan ganda nimer 15 membahas tentang sifat bayangan pada cermin cekung. Pada butir soal
ini ada sebanyak 102 siswa atau 47,00 mengalami miskonsepsi karena memilih jawaban yang salah namun yakin benar atas jawaban tersebut.
KD selanjutnya yang dibahas dalam butir soal pilihan ganda adalah KD 6.2 tentang contoh benda yang menerapkan sifat cahaya. KD ini
diwakili oleh butir soal nomer 16. Butir soal ini membahas tentang benda yang menerapkan sifat cahaya, yaitu periskop. Pada butir soal ini terdapat
65 siswa atau 29,95 mengalami miskonsepsi karena memilih jawaban salah namun meyakini benar jawaban tersebut.
KD selanjutya adalah KD 7.1 yang membahas materi tentang batuan dan pelapukan. KD ini diwakili 3 butir soal pilihan ganda, yaitu soal nomer
17, 18 dan 19. Butir soal nomer 17 membahas tentang ciri dari batuan granit. Pada butir soal ini ada sebanyak 74 siswa atau 34,10 mengalami
miskonsepsi pada materi ini. Kemudian soal nomer 18 membahas tentang penyebab pelapukan batuan di gurun pasir. Pada butir soal ini ada 59 siswa
atau 27,19 yang mengalami miskonsepsi yang diketahui dari hasil jawaban siswa yang salah namun siswa yakin benar atas jawabannya
tersebut. Pada butir soal pilihan ganda nomer 19 ini membahas tentang penyebab pelapukan biologi. Ada sebanyak 102 siswa atau 47,00 yang
mengalami miskonsepsi pada materi ini. Miskonsepsi tersebut dilihat dari siswa yang memilih jawaban salah namun meyakini benar jawaban tersebut.
KD yang terakhir dalam instrumen soal pilihan ganda ini adalah KD 7.3 tentang struktur bumi. KD ini diwakili oleh 1 butir soal, yaitu soal
nomer 20. Terdapat 51 siswa atau 23,50 yang memilih jawaban salah namun meyakini benar jawaban tersebut, sehingga siswa tersebut berarti
mengalami miskonsepsi. Dari pembahasan butir soal tiap-tiap KD di atas, menunjukkan
bahwamiskonsepsi IPA Fisika terjadi pada siswa di SD Negeri se- Kecamatan Seyegan. Miskonsepsi tersebut bahkan terjadi pada setiap KD,
namun miskonsepsi yang paling banyak terjadi yaitu pada butir soal nomer 14 yang mewakili KD 6.1 tentang sifat bayangan pada cermin.
Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan uji normalitas data yang digunakan untuk melihat apakah distribusi data yang digunakan normal atau
tidak. Uji normalitas ini dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS versi 20 for Windows. Hasil yang diperoleh dari
pengujian normalitas ini adalah bahwa data yang digunakan berdistribusi tidak normal, karena kurva pada histogram cenderung menjauhi nol.
Distribusi yang tidak normal tersebut ditunjukkan juga oleh nilai Asymp.Sig.2-tailed
yang lebih kecil daripada taraf signifikansi α = 0,05, baik itu dilihat dari data jenis kelamin siswa 0,000 0,05 maupun data
nilai siswa 0,005 0,05. Selain uji normalitas, peneliti juga melakukan uji homogenitas dala
penelitian ini. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji One Way Annova
dengan bantuan SPSS versi 20 for Windows. Hasil yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diperoleh pada uji homogenitas ini adalah bahwa data yang digunakan homogen. Hal ini ditunjukkan dengan nilaiSig.2-tailed pada Levene
Statistic yang lebih besar daripada taraf signifikansi α = 0,05, yaitu sebesar
0,725 0,725 0,05dan nilai Sig.2-tailedpada Anova juga lebih besar daripada taraf signifikansi α = 0,05, yaitu sebesar 0,248 0,248 0,05.
Selain uji normalitas dan uji homogenitas, peneliti juga melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney U-Test. Peneliti
menggunakan uji Mann-Whitney U-Test ini karena data yang digunakan distribusinya tidak normal. Pengujian hipotesis dilihat dari asymp.sig.2-
tailed yang nilainya 0,264, maka nilai tersebut lebih besar dari taraf
signifikasi 0,05 0,2640,05. Hal tersebut berarti bahwa H diterima atau
H
1
ditolak, artinya bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Seyegan dilihat dari jenis kelamin siswa.
Dari analisis data tersebut, peneliti mengetahui bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan
Seyegan yang dilihat dari jenis kelamin. Hal ini berarti bahwa miskonsepsi IPA Fisika yang terjadi pada siswa laki-laki maupun perempuan semuanya
sama. Yang dimaksudkan sama adalah bahwa baik siswa laki-laki maupun perempuan mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada semua materi di setiap
KD yang dimunculkan dalam instrumen soal pilihan ganda. Namun terdapat sedikit perbedaan antara jumlah peringkat siswa laki-laki dan siswa
perempuan. Dalam hal ini, jumlah peringkat siswa perempuan lebih tinggi daripada jumlah peringkat siswa laki-laki, yaitu 12.395,50 11.257,50.
Pada umumnya miskonsepsi disebabkan oleh beberapa faktor seperti diri siswa sendiri, guru yang mengajar, buku teks yang digunakan, konteks
pembelajaran dan juga metode yang digunakan dalam pembelajaran Suparno, 2005:29. Apabila dilihat dari siswa sendiri, miskonsepsi terjadi
karena prakonsepsi awal, kemampuan belajar siswa, perkembangan siswa, minat belajar, cara berpikir siswa serta pengaruh dari temannya yang lain
Suparno, 2005: 29. Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor penyebab miskonsepsi terjadi karena banyak hal, bukan hanya dilihat dari
kemampuan atau prestasi siswa yang dilihat dari perbedaan jenis kelamin saja. Bisa jadi miskonsepsi yang terjadi pada siswa dikarenakan minat
belajar siswa, cara guru mengajar, buku pelajaran yang digunakan atau hal lain yang terkait dengan pembelajaran.
Dari hasil penelitian ini, tidak adanya perbedaan miskonsepsi antara siswa laki-laki dan perempuan mematahkan hipotesis yang telah
diungkapkan sebelumnya. Anggapan selama ini bahwa siswa laki-laki lebih pandai atau lebih unggul daripada siswa perempuan ternyata salah. Seperti
yang diungkapkan oleh Mufida 2013: 79 bahwa anggapan tersebut hanya dipengaruhi karena adanya tradisi yang berkembang di masyarakat luas,
sehingga berpengaruh pada perbedaan pola pikir. Hal tersebut yang kemudian menjadi dasar bahwa intelegensi antara siswa laki-laki dan
perempuan tidak memiliki perbedaan, termasuk pada tidak adanya perbedaan miskonsepsi. Tidak dipungkiri lagi bahwa saat ini siswa
perempuan yang berprestasi di berbagai bidang termasuk IPA sudah banyak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bahkan, terbukti bahwa perempuan yang memiliki kepandaian luar biasa di Indonesia ini mampu menjadi setara dengan laki-laki di tingkat
pemerintahan, seperti Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang mulanya hanya seorang lulusan SMP namun beliau mampu membuktikan
kepada Indonesia bahkan dunia internasional bahwa ia sebagai seorang perempuan mampu menjadi setara dengan laki-laki dalam bidang
pemerintahan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini, peneliti akan menyajikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, peneliti juga menyajikan keterbatasan dalam penelitian
dan saran bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Siswa kelas V SD semester genap se-Kecamatan Seyegan mengalami
miskonsepsi pada mata pelajaran IPA Fisika. Miskonsepsi terjadi pada setiap kompetensi dasar yang dimunculkan pada instrumen soal
pilihan ganda. Miskonsepsi tersebut terjadi pada materi gaya, gerak dan energi KD 5.1, pesawat sederhana KD 5.2, sifat cahaya KD
KD 6.1, contoh benda yang menerapkan sifat cahaya KD 6.2, batuan dan pelapukan KD 7.1 dan struktur bumi KD 7.3.
Miskonsespsi paling banyak terjadi pada materi sifat cahaya pada butir soal nomer 14 tentang sifat bayangan yang dibentuk oleh kaca
spion pada mobil atau motor. 2.
Tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Seyegan dilihat dari jenis kelamin siswa. Hasil analisis
hipotesis yang dilakukan oleh peneliti memperoleh harga sig.2tailed adalah 0,264, yang berarti lebih besar dari taraf signifikansi 0,05