Miskonsepsi dalam IPA Jenis Kelamin

batuan endapan batuan sedimen yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan. Selanjutnya ada juga batuan malihan batuan metamorf yang terbentuk dari batuan sedimen yang mengalami perubahan.

6. Miskonsepsi dalam IPA

Miskonsepsi dalam IPA terjadi atau terdapat pada semua bidang IPA tanpa ada pengecualian Suparno, 2005: 9. Miskonsepsi tersebut terjadi pada bidang biologi, kimia astronomi dan fisika. Dalam penelitian ini yang disoroti adalah miskonsepsi tentang fisika. Bidang-bidang fisika yang sering ditemui mengalami miskonsepsi adalah bidang mekanika, listrik, panas, optika, sifat-sifat materi, bumi dan antariksa, serta fisika modern. Dalam bidang mekanika terdapat banyak miskonsepsi yang terjadi, terutama pada materi gerak, vektor, gaya, massa dan berat, hukum Newton, kerja, kekekalan energi dan momentum, serta mekanika fluida. Seperti yang dingkapkan Suparno 2005:11 dalam bidang fisika, materi mekanika ini memiliki masalah miskonsepsi yang terbanyak menurut penelitian, jumlah studinya sekitar 300. Selain materi mekanika, yang paling sering ditemukan miskonsepsinya adalah materi panas dan termodinamika, gelombang dan optika, listrik dan magnet, fisika modern, astronomi dan bumi antariksa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi IPA adalah miskonsepsi yang terjadi di semua cabang ilmu IPA, baik fisika, biologi maupun kimia.

7. Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini menggunakan jenis kelamin sebagai variabel yang akan dilihat perbedaannya tentang miskonsepsi IPA Fisika, Fakih dalam Nuruzzaman, 2005: 17 menyatakan bahwa jenis kelamin adalah suatu sifat yang dibagikan ke dalam dua jenis kelamin manusia, yang mana sifat tersebut ditentukan dengan cara biologis, yang mana sifat tersebut sudah melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya seorang laki-laki adalah manusia yang dapat menghasilkan sel sperma, sedangkan perempuan adalah manusia yang memiliki ovarium atau rahim yang nantinya bisa melahirkan, dan juga memiliki kelenjar susu untuk menyusui. Hal ini sifatnya permanen dan merupakan anugerah dari Tuhan YME. Jenis kelamin pada masa sekarang ini juga dikenal dengan istilah gender. Gender yang memiliki arti seks atau jenis kelamin, dpat juga diartikan sebagai suatu sifat maupun karakter yang terdapat dan melekat pada kedua jenis kelamin yang dibentuk secara sosial dan budaya Amanah, 2012: 30. Sesuai dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dalam Amanah 2012: 30 definisi gender mengacu pada berbagai peran yang dibentuk dan dibebankan kepada perempuan dan laki-laki oleh masyarakat. Berbagai peran ini dapat berubah dari waktu ke waktu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan dipelajari dalam setiap budaya yang berbeda. Gender ini mengacu pada perilaku seseorang yang dipelajari dan berbagai harapan masyarakat yang kemudian membedakan antara femininitas dan maskulinitas, artinya gender ini tidak seperti seks yang dibedakan berdasarkan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Terdapat perbedaan secara emosional dan intelektual antara laki- laki dan perempuan seperti yang diungkapkan Unger dalam Amanah, 2012: 32. Pada tabel 2.1 berikut ini akan disajikan perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan menurut Unger. Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Emosional dan Intelektual Laki-laki Masculine Perempuan Feminin 1. Sangat agresif 2. Independen 3. Tidak emosional 4. Dapat menyembunyikan emosi 5. Lebih objektif 6. Tidak mudah terpengaruh 7. Tidak submisif 8. Tidak mudah goyah terhadap krisis 9. Lebih aktif 10. Lebih logis 11. Lebih ambisius, dll. 1. Tidak terlalu agresif 2. Lebih emosional 3. Sulit menyembunyikan emosi 4. Mudah terpengaruh 5. Lebih pasif 6. Kurang rasa percaya diri 7. Kurang ambisi Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin adalah ciri biologi yang sifatnya permanen yang dimiliki oleh seorang laki-laki maupun perempuan. Dari tabel 2.1 di atas juga dapat diketahui bahwa pemikiran laki-laki lebih logis daripada pemikiran perempuan. Selain itu, terdapat juga berbagai perbedaan antara laki- laki dan perempuan, baik dari segi emosional ataupun psikologi. Dagun dalam Amanah, 2012: 31 mengatakan bahwa pada sekolah campuran laki-laki perempuan ternyata siswa perempuan kurang berminat dan memiliki prestasi rendah dalam bidang Matematika dan IPA. Biasanya siswa perempuan lebih menonjol pada bidang Biologi saja dan dibandingkan dengan bidang Fisika hanya sedikit.

B. Hasil Penelitian yang Relevan