51
E. Fokus Penelitian
Penelitian difokuskan mengenai doa bersama yang dilaksanakan dalam setiap keluarga di lingkungan St Petrus, mengenai pembinaan iman dini di dalam
keluarga, pengertian dan peranan doa dalam rangka pembinaan iman dalam keluarga, bentuk-bentuk doa bersama yang berlangsung dalam keluarga, faktor
pendukung dan penghambat kebiasaan doa bersama dalam doa bersama di tengah keluarga, dan usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan penghayatan hidup
doa dalam keluarga.
52
BAB III PENELITIAN TENTANG PERANAN DOA BERSAMA
DALAM KELUARGA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN USIA DINI DI LINGKUNGAN ST PETRUS PAROKI ST YOHANES RASUL
KEDATON, BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG
Setelah melihat doa bersama dalam keluarga dan pembinaan iman dini pada bab terdahulu, dalam bab ini dipaparkan gambaran umum Paroki St Yohanes
Rasul Kedaton, penelitian doa bersama dalam keluarga sebagai sarana pembinaan iman dini, hasil penelitian dan pembahasan.
A. Gambaran Umum Paroki St Yohanes Rasul Kedaton.
Dalam bagian ini dipaparkan mengenai sejarah berdirinya Paroki St Yohanes Rasul kedaton dan lingkungan St Petrus, keadaan dan perkembangan
umatnya, serta kehidupan keluarga katolik di Lingkungan St Petrus Paroki St Yohanes Rasul.
1. Sejarah Berdirinya Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Berdasarkan buku kenangan dinamika umat 25 tahun Paroki St Yohanes Rasul Kedaton, Gedung gereja Santo Yohanes merupakan salah satu dari lima
gedung gereja yang terdapat di Kotamadya Bandar Lampung. Yang lainnya terdapat di Tanjungkarang, dua di Telukbetung, dan satu di Panjang. Dalam
rangkaian sejarah Keuskupan Tanjungkarang, paroki Kedaton merupakan paroki yang ke- 10. Lahir langsung berdiri dan jalan pada 1971. Sebelum berdiri menjadi
sebuah Paroki, pada awalnya hanya ada dua gedung gereja katolik di kota kembar
53 Tanjungkarang-Telukbetung, ibukota kabupaten Lampung Selatan. Satu di
Tanjungkarang dan satu di Telukbetung. Pada masa itu umat hanya mempunyai dua pilihan untuk beribadat. Mereka yang bertempat tinggal di Wilayah
Kecamatan Kedaton, Negeri Balau, Kabupaten Lampung Selatan tentu wajar bila “bergereja” di Tanjungkarang. Artinya secara administrasi umat di Wilayah
Kecamatan Kedaton, Negeri Balau, Kabupaten Lampung Selatan masih tergabung dalam warga paroki Tanjungkarang.
Akhirnya sampailah pada sebuah kesimpulan atas prakarsa sejumlah orang termasuk pastor paroki Tanjungkarang, Wilhelminus Lorentius Cornelius Boeren
SCJ. Karena perkembangan umat yang terus meningkat, menjelang tahun 1970 gedung gereja Christi Regis terasa penuh sesak dan hampir tidak dapat
menampung umat. Pasalnya selain dari Kedaton dan Tanjungkarang sendiri, para umat yang berdomisili di seputar Karanganyar, Bergen, Natar juga “nebeng” misa
secara rutin di gereja ini. Maka pastor Boeren, pastor Jan Emil Vranken SCJ, dan beberapa tokoh umat dari Kedaton khususnya mulai berunding membuat satu
gedung gereja baru untuk wilayah Kedaton. Ada peluang di gang PU kini Jalan Pagar Alam. tetapi kemudian dibatalkan setelah ada kepastian yang lebih baik,
yakni di gang Bhakti kini jalan Tupai. Tanah ex Perkebunan Kedaton inipun segera dibeli, seluas ±1500 m²
kemudian segeralah dibuat tim kerja yang dipelopori oleh HY Tuwuh Sunyoto, Bapak Yohanes Sarwono DP, dan Bapak Agus Suharno. Pastor Yohanes A. Vaan
Kaam SCJ bertindak sebagai konsultan. Pada 8 april 1970 panitia pendiri Gereja Katolik Kedaton mulai ditetapkan. Terdiri dari Ketua I Tuwuh Sunyoto, Ketua II
54 Agus Suharno, sekretaris Yohanes Sarwono, bendahara Celsus Sudjas
Tjiptosudiro, dan pembantu umum Suharto. Rupanya bukan mendirikan Gereja namanya kalau tidak ada halangan. Hal
itulah yang sempat dialami oleh gereja pertama ini. Wujudnya berupa surat unjuk rasa dengan surat pernyataan tidak setuju pada 5 Agustus 1970. Sementara pihak
panitia sendiri sudah mendapatkan sejumlah izin dan persetujuan resmi. Ada surat izin lingkungan tertanggal 9 April 1970. Untuk menjaga kemungkinan yang tidak
diinginkan, terpaksa pembangunan gedung gereja yang sudah hampir jadi itu ditunda. Pada 24 Agustus 1970 Camat Kedaton, lewat surat meminta kepada
panitia pembangunan agar tidak dilanjutkan. Pada 29 September 1970 bapak FX Soedar Adowasito menghubungi Bupati Lampung. Karena belum juga ada
tanggapan, Monseignur Hermelink berkirim surat kepada Gubernur, pada 2 Nopember 1970. Pada 19 Januari ijin mendirikan bangunan diterbitkan oleh
Bupati. Dengan demikian pembangunan gedung gereja dilanjutkan kembali. Sekitar dua minggu kemudian datanglah hal yang tidak diinginkan.
Tepatnya pada 31 Januari, hari minggu sekitar pukul 10.00 WIB unjuk rasa. Seorang ABRI yang beragama katolik, Serda Latman yang jauh hari telah
bersedia membantu Panitia khususnya di bidang keamanan berhasil menghentikan kerusuhan. Panitiapun segera melaporkan kerusuhan kepada pihak berwajib.
Setelah situasi kembali tenang, barulah pekerjaan dimulai kembali sampai akhirnya pembangunan selesai dan terwujud sesuai harapan. Perayaan Kamis
Putih 7 April 1971 menjadi begitu istimewa bagi para umat Kedaton karena pada hari itulah Gereja diberkati. Umat Kedaton sudah memiliki gedung gereja sendiri,
55 dan namanya ditetapkan sebagai Santo Yohanes Rasul. Pada akhir 1971 Pastor
Andreas Hendrisoesanta SCJ ditempatkan di pastoran Kedaton sekaligus menjadi Pastor paroki yang pertama. Dengan demikian Kedaton menjadi sebuah Paroki
yang kesepuluh dalam jajaran paroki se Keuskupan Tanjungkarang. Pada 1972 pastoran mulai sedikit diperluas, dengan dibelinya sebidang
tanah berikut rumah di sebelah kiri pastoran. Sampai dengan 1973 luas tanah kompleks gereja ini baru sekitar 1.200 m². Terasa masih sempit, sekalipun jumlah
umat pada saat itu barulah 1.071 orang. Itupun sudah termasuk para umat di Way Kandis dan Margo Agung, Natar dan sebagainya. Maret 1975 Pastor
Henrisoesanta bersama Pastor Boeren membeli tanah berikut rumahnya yang letaknya kebetulan berhadapan langsung dengan gereja. Luasnya sekitar 450 m².
Dua tahun kemudian dibeli pula sebidang tanah di samping kiri pastoran, luasnya sekitar 250 m² . Dalam tahun yang sama bagian belakang gereja mendapat
perluasan sekitar 390 m². Pada Mei 1989 dibeli tanah sekaligus rumah di samping kanan gereja, seluas kurang lebih 1.300 m². Terakhir pada Nopember 1994, dibeli
pula tanah beserta rumah di Gang DelimaGang Salak. Luasnya sekitar 250 m².
2. Letak Geografis Paroki
Stasi pusat Gereja St Yohanes Kedaton terletak di wilayah Kelurahan Sidodadi Kecamatan Kedaton Kotamadya Bandar Lampung, membawahi 17
Lingkungan yang berada pada wilayah-wilayah sebagai berikut: a.
Sebelah Utara, Kecamatan Kedaton meliputi: kelurahan Kedaton, kelurahan Labuhan Ratu, kelurahan Gedongmeneng, kelurahan Kampung Baru,
56 kelurahan Sukamenanti, kelurahan Sidodadi, kelurahan Surabaya, kelurahan
Perumnas Way Halim, kelurahan Rajabasa, kelurahan Tanjung Senang b.
Sebelah Timur, Kecamatan Sukarame meliputi: kelurahan Sukarame, kelurahan Gunung Sulah, kelurahan Way Halim Permai
c. Sebelah Barat, Kecamatan Tanjungkarang Barat meliputi: kelurahan
Segalamider, kelurahan Gunung Terang.
3. Jumlah Umat Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
Paroki St Yohanes Kedaton mengalami perkembangan dalam hal jumlah Umat. umat tidak hanya beeibadah di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton tetapi
juga di Paroki Lain misalnya Paroki Ratu Damai Telukbetung dan Paroki Kristusraja Tanjungkarang. Berdasarkan data yang diperoleh pertumbuhan umat
pada tahun 1995 mencapai 3244 umat. dengan jumlah 17 lingkungan. Berkembang pesat dari 11 lingkungan pada tahun 1995 menjadi 17 lingkungan
Dinamika Umat Paroki: 2.5
4. Perkembangan Umat Katolik di Paroki St Yohanes Rasul Kedaton
a. Sejarah Lingkungan St Petrus
Berdasarkan buku Dinamika Umat Gereja St Yohanes Rasul Kedaton 1997:41 Sebelum bernama St Petrus, lingkungan ini bernama Kring Labuhan
Ratu. Berdiri pada tanggal 29 Juni 1971 diprakarsai oleh Alm. Bapak M. Reso Dinomo dan Alm Bapak PC. Sukamto. Pada 1975 sudah terjadi perubahan
komposisi Lingkungan yang tadinya bernama Labuhan Ratu diganti menjadi