15 mengingat peristiwa atau kejadian yang telah terjadi. Selain itu perlunya
menyadari betapa agungnya karya ciptaan Allah serta syukur atas anugerah yang diberikan dalam hidup Green, 1988:87
Berdoa itu sebaiknya dengan mantap, percaya kepada Tuhan bahwa permohonan kita akan dikabulkan. Berdoa sebaiknya juga penuh dengan
ketekunan, terus menerus tanpa merasa pesimis takut kalau doa tersebut tidak dikabulkan. Berdoa juga sebaiknya dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan
pamrih. Berdoa itu mengandaikan kepasrahan dan ketulusan manusia memohon dan mensyukuri apa yang sudah diberikan kepada hidupnya dengan berserah
kepada Allah, memberikan seluruh hidupnya kepada Allah sebagai tenda penyerahan diri seutuhnya dan membiarkan Allah yang berkuasa atas dirinya.
Mat 6:5-8. Rendah hati karena kita ini orang-orang yang berdosa. Sikap rendah hati ini menunjukkan bahwa manusia itu lemah, tak berdaya dihadapan Allah.
Penuh dengan dosa dan meminta belas kasih kepada Allah yang maha murah Luk 18:9-14 Wahjasudibja, 1987:91.
3. Sumber Doa
Sumber doa bagi umat katolik yang utama adalah Sabda Allah. Gereja menasihati agar semua umat beriman sungguh-sungguh membaca Kitab Suci, dan
sampai kepada suatu pengetahuan yang unggul mengenai Kristus. Kita harus selalu ingat bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujud
wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila berdoa dan mendengarkan-Nya bila membaca Kitab Suci KGK 2653.
16 Menurut agama Kristen, sebetulnya yang berdoa bukanlah manusia,
melainkan roh Allah sendiri. “Kita sendiri tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita” Rm 8:2. Itu berarti bahwa kita
berdoa bukan berdasarkan jasa-jasa kita, tetapi berdasarkan kasih sayang Allah yang berlimpah-limpah. Doa merupakan pernyataan kepercayaan akan kasih
sayang Allah. Maka hanyalah doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan manusia. Doa adalah ungkapan iman dan tidak dapat dilepaskan dari ungkapan
serta perwujudan iman yang lain KWI, 1996:194-196.
4. Isi Doa
Dalam kebiasaan Gereja dibedakan dua bentuk doa yang pokok yaitu doa syukur dan doa permohonan. Doa syukur sebagai ungkapan syukur atas kebaikan
Tuhan. Selain itu bentuk doa syukur juga menyatakan kegembiraan atas kebaikan manusia kepada manusia atas anugerah-Nya. Hal ini ditegaskan Katekismus
Gereja Katolik no 2637:224 menyatakan bahwa: Ucapan syukur merupakan ciri khas doa di dalam Gereja, yang dalam
perayaan Ekaristi [= ucapan syukur] menyatakan hakikatnya dan terbentuk menurut apa yang dinyatakan itu. Sesungguhnya melalui karya
penyelamatan-Nya, Kristus membebaskan ciptaan dari dosa dan kematian, menahbiskannya secara baru dan mengembalikannya kepada Bapa, demi
kemuliaan-Nya. Ucapan terima kasih anggota-anggota tubuh mengambil bagian dalam ucapan terima kasih Kepalanya.
Doa permohonan bukan hanya mengajukan suatu permohonan, melainkan meminta belas kasihan Tuhan supaya memberikan kekuatan untuk terus berjuang
di dunia dengan sebuah pengharapan KWI, 1996: 197-199. Hal ini ditegaskan Katekismus Gereja Katolik no 2629:396 menyatakan bahwa:
17 Dalam Perjanjian Baru kita temukan pelbagai kata untuk permohonan:
memohon, meminta, meminta dengan sangat, menyeru, menjerit, berteriak, malahan juga bergumul dalam doa. Tetapi ungkapan yang paling biasa dan
paling cocok adalah memohon. Dalam doa permohonan terungkap kesadaran akan hubungan kita dengan Allah. Kita adalah makhluk, dan
karena itu, bukan asal-usul kita sendiri, bukan tuan atas keberadaan kita, dan juga bukan tujuan kita yang terakhir. Sebagai orang berdosa, kita orang
Kristen pun tahu bahwa kita selalu saja memalingkan diri dari Bapa kita. Permohonan itu sendiri sudah merupakan langkah berbalik kepada Allah.
a. Doa Syukur
Puji Syukur dalam bahasa kuno disebut eukharistia, yang merupakan tanggapan manusia atas anugerah Tuhan atas dirinya. Puji Syukur tidak selalu
mengucap terimakasih atas anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia tetapi mengungkapkan rasa kagum atas kebaikan Tuhan. Tidak heran bahwa
dalam madah Kemuliaan, Gereja juga berdoa: “Kami bersyukur kepada-Mu, karena kemuliaan-Mu yang besar”. Gereja bersyukur karena kemuliaan Tuhan,
bukan karena anugerah yang telah diterimanya. Puji syukur merupakan kegembiraan bahwa ada Tuhan. Tentu saja atas kebaikan Tuhan karena anugerah-
anugerah yang telah diberikan-Nya. Mulai dari kisah penciptaan, dan kemudian bermuara pada sejarah keselamatan melalui Putera-Nya Yesus Kristus, serta Roh
Kudus yang diutus Bapa. Atas anugerah itu orang Kristiani memuji dan memuliakan Tuhan. Bersyukur berarti memuliakan kebaikan dan keluhuran Allah.
KWI, 1996:197 Hidup dirasa memiliki kekuatan bila orang merasakan bahwa Tuhan yang
mencintai sungguh hadir dan dekat dalam dirinaya. Sesungguhnya Allah selalu dekat dan terlibat dalam hidup manusia. Rasa dekat dengan Allah sendiri
18 memberikan kekuatan kepada Manusia untuk selalu bersyukur dan menghadapi
konflik dalam hidupnya. Karena pada kenyataannya, manusia diperlemah dan dihambat untuk tumbuh dan berkembang karena tidak dapat berdamai dengan
pengalaman-pengalaman tertentu. Bersyukur, berarti mampu melihat Allah yang tetap menyertai dan membuat orang mampu melihat iman dalam dirinya sekaligus
menerima kenyataan dalam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya Darminta, 1997:51.
Doa puji syukur lahir dari ingatan atas kebaikan-kebaikan Allah yang telah dilakukan-Nya bagi umat-Nya dan dilakukan demi keselamatan orang-orang yang
dicintai-Nya. Dalam doa puji syukur itu, manusia berterimakasih atas rahmat penciptaan Mzm 67 ataupun atas peristiwa penyelamatan yang telah dialaminya
Darminta, 1983:15.
b. Doa Permohonan
Doa permohonan adalah doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya. Doa permohonan yang ajarkan oleh Yesus adalah sebagai
berikut: Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti
berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-
muridnya. Jawab Yesus kepada mereka: Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.
Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang
bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Luk 11:1-4
19 Semua ajaran doa akan terus berkaitan erat dengan soal doa permohonan
dan bagaimana kita memohon kepada Allah. Tentunya dalam memohon sesuatu kepada Allah, manusia memohon dengan penuh belas kasih dan kerendahan hati.
Bukan semata-mata agar permohonan kita dikabulkan, tetapi lebih menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dihadapan Tuhan. Maka, yang
pertama-tama dimohon adalah pengampunan dan belas kasihan Tuhan karena dosa manusia merupakan sumber kemalangan yang terbesar. KWI, 1996:197-
198 Doa permohonan memiliki kekuatan tertentu untuk membangun hidup kita
di dalam Tuhan. Doa permohonan, kalau dilihat dari segi dinamika manusia dan kebutuhannya untuk membangun hidup, yaitu perlunya memiliki pengalaman
dicintai dan berharga. Pada dasarnya merupakan ungkapan kerinduan untuk mengalami dan meyakini bahwa dirinya sungguh berharga dan dicintai. Yang
utama bukanlah soal meminta-minta melainkan Allah yang mencintai Darminta, 1997:47-48.
5. Bentuk Doa
Berdoa berarti berkata jujur menyatakan isi hati di hadapan Tuhan. Dalam Tradisi katolik mengenal tiga cara utama mengungkapkan doa, antara lain doa
lisan, doa renung, dan doa batin. Ketiga bentuk doa tersebut menuntut ketenangan hati. Katekismus Gereja Katolik art 7 mengungkapkan bahwa bentuk doa antara
lain:
20
a. Doa lisan
Doa ini berbentuk kata-kata, baik yang dipikirkan maupun yang diucapkan. Tetapi yang terpenting ialah bahwa hati selalu hadir di depan Dia. Kebutuhan
untuk mengikutsertakan pancaindera lahiriah yang sejalan dengan tuntunan kodrat manusiawi. Kita adalah tubuh dan roh, dan merasakan kebutuhan untuk
menyatakan perasaan kita. kita harus berdoa dengan seluruh diri kita, supaya sebanyak mungkin memberikan kekuatan kepada permohonan kita.
b. Doa renung
Doa renung atau meditasi, pada dasarnya adalah suatu pencarian. Tuhan mengajak kita untuk menemukan Dia dalam keheningan dan mengajarkan kita
untuk memiliki sikap kerendahan hati dan iman untuk menemukan dan menilai di dalam meditasi gerakan-gerakan hati. Metode-metode meditasi sangat beragam
tetapi satu metode hanyalah merupakan satu penuntun. Yang terpenting adalah ialah maju bersama Roh Kudus menuju Yesus Kristus, jalan doa satu-satunya.
Meditasi memakai pikiran, daya khayal, gerak perasaan dan kerinduan. Usaha penting ini untuk menggerakkan pertobatan hati dan memperkuat kehendak guna
mengikuti Yesus Kristus.
c. Doa batin
Doa batin adalah ungkapan sederhana misteri doa. Doa batin merupakan anugerah yang hanya dapat diterima dalam kerendahan hati dan kemiskinan. Doa
batin adalah puncak doa karena di dalam doa batin kita merasakan kekuatan Allah
21 melalui Roh-Nya. Kontemplasi ialah memandang Yesus dengan penuh iman,
kontemplasi memandang misteri kehidupan Kristus dan dengan demikian memperoleh pengertian batin mengenai Tuhan untuk mencintai-Nya lebih
sungguh dan mengikuti-Nya dengan lebih baik lagi.
d. Doa pribadi
Doa pribadi terarah pada Allah dengan menyerahkan diri kepada-Nya. Doa merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan maka doa pribadi dilakukan seorang
pribadi kepada Allah seperti yang diungkapkan dalam Mat 7:7 “Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka
pintu akan dibukakan bagimu”. Ketika melaksanakan doa pribadi janganlah doa permohonan dipusatkan pada keinginan, tetap kepada kebaikan Tuhan dan
memohon belas kasih Tuhan atas segala dosa-dosa yang telah dilakukan Jacobs, 2004:39.
6. Doa bersama
Doa bersama adalah doa yang dilakukan secara bersama-sama, seperti yang telah Tuhan Yesus ungkapkan kepada para murid-Nya:
“Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-
Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. Mat 18:19-20
Doa bersama menampakkan bentuk persatuan dan persekutuan para warga dalam Gereja Kristus. Semua bentuk doa tersebut baik, karena merupakan hasil
22 perjuangan manusia menanggapi panggilan Allah sekaligus komunikasi kepada
Tuhan. Doa merupakan bagian pengalaman hidup rohani seseorang yang terjadi karena rahmat Allah kepada manusia. Di dalam doa bersama, orang merasakan
kehadiran Allah di tengah-tengah mereka dan bersatu dalam doa tersebut. Doa bersama merupakan sarana dalam membangun kebersamaan antara
manusia dengan Allah dan memampukan manusia untuk membangun kehidupan cinta dan relasi dengan orang lain dalam cinta kasih. Doa bersama juga berarti
mengangkat hati secara bersama-sama, mengarahkan hati kepada Tuhan dan menyatakan diri dengan rendah hati sebagai anak Allah dan mengakui-Nya
sebagai Bapa. Dari pengertian mengenai doa bersama di atas maka, pengertian doa bersama merupakan salah satu bagian dari pendidikan iman yaitu adanya
suatu gerak hati umat beriman yang rindu untuk berkumpul dan berhimpun bersama dalam suasana persaudaraan dan cinta kasih untuk bersama-sama
mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan melalui madah, pujian, doa-doa dan ungkapan hati.
a. Doa bersama dalam Keluarga Katolik
Keluarga merupakan Gereja Kecil di mana setiap anggota keluarga berkumpul dalam satu iman dan melakukan doa bersama. Keluarga melakukan
doa bersama sebagai bentuk persatuan dan kesatuannya dengan Allah dan dengan Gereja dalam bentuk doa bersama. Yesus Kristus telah mengajarkan kepada kita
tentang doa yang baik, yaitu pertobatan hati, berdoa dalam iman dan dalam keberanian memohon anak kepada Bapa-Nya KGK. 2606-2610. Di dalam doa
23 bersama dalam keluarga dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti doa
rosario bersama seluruh anggota keluarga, doa sebelum dan sesudah makan, doa malaikat Tuhan, doa bersama dengan intensi khusus keluarga seperti saat anak
akan ujian kelulusan maupun ulangtahun. Doa bersama dalam keluarga merupakan sebuah dinamika bersama keluarga yang terjalin di antara semua
anggota keluarga dengan tujuan untuk saling menguatkan dan meneguhkan dalam hal iman.
b. Doa bersama di Lingkungan
Sebagai seorang yang beriman, tentu saja manusia memiliki relasi dengan orang-orang disekitarnya, khususnya dengan orang yang seiman untuk melakukan
doa bersama di lingkungan maupun di Gereja. Salah satu kegiatan pokok yang pasti terjadi dalam lingkungan adalah kegiatan doa bersama yang merupakan
suatu agenda khusus yang dilaksanakan bersama keluarga-keluarga di lingkungan untuk melaksanakan doa bersama. Seperti doa rosario bersama, perayaan Ekaristi
di lingkungan, ibadat pemberkatan rumah, dan doa arwah Nambo, 1980:4-5. Keluarga bersama-sama dengan lingkungan berdoa bersama dalam satu ujud
yang sama, misalnya doa arwah untuk mendoakan arwah yang sudah meninggal. Meskipun berbeda corak dan bentuk doa bersama di lingkungan, namun akan
selalu ada bentuk persatuan dan persekutuan di tengah umat beriman.
24
B. Keluarga Katolik
Keluarga Katolik harus berjuang pada masa kini, tetap diwarnai ciri-ciri perjuangan Yesus Kristus dan kemudian dicerna dalam tradisi kehidupan iman
kristiani. Perjuangan hidup orang katolik bukan perjuangan yang mudah, namun sesuatu yang indah. Perjuangan dan semangat besar itulah yang hendaknya
diwariskan kepada generasi muda. Pewarisan nilai-nilai perjuangan tersebut pada awalnya terlaksana di dalam
keluarga. Keluarga sebagai “persemaian” nilai-nilai perjuangan iman Kristiani tersebut hendaknya merupakan lahan subur, penuh daya kehidupan yang
mengembangkan untuk mencapai lahan subur itulah, harus dicari, dilengkapi, dari segala penjuru. Keluarga Kristiani yang peka akan panggilannya, tentu akan
mengusahakan semua itu dengan kebesaran hati St. Darmawijaya 1994:21. Keluarga juga merupakan persekutuan pribadi-pribadi FC 1981:29.
Dalam pernikahan dan keluarga dibentuk suatu kompleks hubungan-hubungan antar pribadi yang hidup menjadi suami istri, bapak, ibu, hubungan anak dan
persaudaraan. Melalui relasi-relasi itu setiap keluarga diintegrasikan ke dalam “keluarga manusia” dan “keluarga Allah”, yakni Gereja. Pernikahan dan keluarga
kristiani membangun gereja sebab keluarga manusia tidak hanya menerima kehidupan dan secara berangsur-angsur memasuki persekutuan manusiawi.
Melalui pembabtisan dan pembinaan iman anak juga diajak untuk memasuki keluarga Allah, yakni Gereja. Perintah untuk berkembang biak dan berlipat ganda,
yang pada awal mula diberikan kepada pria maupun wanita dengan demikian mencapai seluruh kebenarannya dan realisasi sepenuhnya. Begitulah Gereja
25 menemukan keluarga yang tumbuh dari sakramen, tempat kelahiran serta
lingkungannya untuk memasuki generasi-generasi manusia untuk memasuki gereja Familiaris Consortio art 15.
1. Pengertian Keluarga Katolik
Keluarga merupakan anugerah Allah yang pantas untuk diterima, dihormati, disyukuri, dipertahankan dan diperkembangkan dalam hal iman.
Pengertian keluarga secara lebih luas dapat dibedakan menjadi keluarga inti yaitu terdiri dari ayah, ibu dan anak. sedangkan keluarga dekat adalah saudara
sekandung dari ayah dan ibu yang seketurunan dalam garis kakek dan nenek. Keluarga merupakan sel pertama dan terpenting dalam masyarakat, oleh
karena itu, keluarga merupakan tempat asal dan sarana untuk mewujudkan masyarakat yang semakin manusiawi, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai
kebajikan, dipelihara, dilaksanakan dan diteruskan ke generasi berikutnya Familiaris Consortio art 45-46
Dalam kutipan dari Dokumen Familiaris Consortio tersebut jelas bahwa keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama dimana sebuah keluarga
tumbuh dan berkembang. Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat meminta agar keluarga bersikap terbuka dan membawakan sumbangannya bagi masyarakat
serta pengembangannya. Begitu pula supaya masyarakat jangan pernah mengabaikan tugas fundamentalnya menghormati dan mendukung keluarga-
keluarga. Keluarga dan masyarakat berperanan saling melengkapi dalam membela serta mengembangkan kesejahteraan setiap orang. masyarakat dan negara harus
mengakui bahwa keluarga ialah rukun hidup yang mempunyai hak aslinya
26 tersendiri. Negara dan masyarakat mendukung peranan dan prakarsa yang diambil
oleh keluarga-keluarga secara bertanggung jawab. Hidup berkeluarga adalah suatu hal yang dikehendaki Allah dengan
bersatunya pria dan wanita dalam sebuah sakramen perkawinan. Manusia pertama-tama diciptakan pria dan wanita yang saling dipertemukan dalam satu
ikatan cinta. Keluarga pertama itu menerima tugas hidup saling mencinta dalam keluarga dan menjamin kelangsungan umat manusia, dengan ikut serta
menciptakan manusia baru yang lahir berkat cinta kasih dan tumbuh menjadi manusia utuh dewasa berkat pembinaan dengan cinta kasih pula. Keluarga
dikuduskan oleh teladan keluarga kudus dan sakramen perkawinan. Mau menerima sakramen perkawinan berarti mau menerimanya, mau menguduskan
keluarganya. Inilah yang menjadi tugas panggilannya, namun juga daya kekuatannya. Al. Wahjasudibja Pr, 1987:109-110.
2. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga
Dalam 1 Kor 13:4-7 dijelaskan bahwa persekutuan cinta kasih dalam keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang dibabtis menjadi perwujudan
ideal yang sering diistilahkan dengan ecclesia domestica Gereja Rumah Tangga. Persekutuan yang dibentuk oleh semangat cinta kasih dari sang suami kepada
isteri dan anak-anak, begitu juga sebaliknya. Cinta kasih dalam keluarga tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan mau berkorban untuk keluarganya dan
bertindak secara adil.
27 Sakramen babtis menjadikan suami istri dan anak-anak menerima dan
memiliki tiga martabat Kristus sekaligus yaitu martabat kenabian, imamat dan rajawi. Dengan martabat kenabian, mereka mendapat rahmat mewartakan Injil,
dengan martabat imamat mereka mendapat tugas untuk menguduskan hidup terutama dalam menghayati sakramen-sakramen dan hidup doa, dan dengan
martabat rajawi, mereka memiliki tugas untuk melayani sesama KWI, Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 15. Keluarga menjadi anggota Gereja dan terlibat
dalam membangun Gereja karena keluarga merupakan komunitas basis gerejawi yang ikut ambil bagian dalam pengembangan Gereja dengan kesaksian iman
sekaligus mengambil karya penyelamatan Allah. Keluarga adalah sungguh- sungguh Gereja Rumah Tangga karena mengambil bagian dalam lima tugas
Gereja yakni seperti yang diungkapkan dalam KWI 2011:15-17 sebagai berikut:
a. Persekutuan Koinonia
Keluarga adalah persekutan seluruh hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan berdasarkan perjanjian yang telah diungkapkan dalam
sakramen perkawinan dan diperluas dengan hadirnya seorang anak dan keluarga besar. Ciri pokok persekutuan tersebut adalah hidup bersama berlandaskan cinta
dan kasih sayang serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain. Persekutuan dalam keluarga diwujudkan dengan menciptakan kebersamaan
yaitu melalui doa bersama, kesetiaan saat suka maupun duka, sehat maupun sakit, untuk maupun malang.
28
b. Liturgi Leiturgia
Kepenuhan keluarga katolik tercapai dalam sakramen dan hidup doa karena keluarga dapat bertemu dan berdialog dengan Allah. Bersama-sama dengan Allah,
keluarga menguduskan dan dikuduskan oleh Allah bersama jemaat gerejawi dan dunia. Melalui sakramen perkawinan sepasang suami isteri menjadi dasar
panggilan dan tugas perutusan dunia. Melalui perjanjian dalam sakramen perkawinan, sepasang suami isteri mempunyai tanggung jawab membangun
kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya dengan doa dan karya. Doa dalam keluarga yang dilakukan akan memberikan kekuatan iman dalam hidu p mereka
terutama ketika mereka sedang menghadapi kesukaran dan membuahkan berkat rohani yaitu relasi mesra dengan Allah.
c. Pewartaan Injil Kerygma
Keluarga merupakan Gereja Rumah Tangga sehingga ikut ambil bagian dalam pewartaan Injil di tengah masyarakat. Mewartakan Injil tersebut hendaklah
dengan mendengarkan, penghayatan, pelaksanaan dan mewartakan Sabda melalui kesaksian dalam keluarga. Keluarga seperti Gereja, harus menjadi wadah Injil
untuk diwartakan dan menyadari tugas perutusan sehingga bukan hanya orang tua saja yang mewartakan Injil kepada anak-anaknya, tetapi anak-anak juga ikut ambil
bagian dalam mewartakan Injil.
29
d. Pelayanan Diakonia
Keluarga merupakan persekutuan cinta kasih, maka keluarga dipanggil untuk mengamalkan cinta kasih itu melalui pengabdian kepada masyarakat dan
Gereja terutama kepada mereka yang miskin, lemah, dan terlantar. Dengan semangat pelayanan yang tinggi, keluarga katolik menyediakan diri untuk
melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah. Pelayanan keluarga ini hendaknya memberdayakan mereka yang dilayani dengan tujuan untuk
memandirikan manusia yang dilayani.
e. Kesaksian iman Martyria
Setiap keluarga hendaknya berani untuk memberikan kesaksian iman di tengah masyarakat melalui perkataan maupun tindakannya dan siap menanggung
resiko yang muncul dari imannya tersebut. Kesaksian iman itu dilakukan dengan berani menyuarakan kebenaran, bersikap kritis terhadap berbagai tindakan
ketidakadilan dan tindak kekerasan yang merendahkan martabat manusia serta merugikan masyarakat umum.
3. Tugas dan peranan Keluarga Kristiani
Rencana Allah tidak hanya menyerukan makna keluarga tetapi juga peranannya, yaitu dengan melakukan apa yang harusnya di lakukan. Suami istri
adalah sepasang pria dan wanita yang telah disatukan oleh Allah, sehingga mereka tidak lagi dua melainkan satu Mat 19. Kepada mereka berdua itulah Allah
menyerahkan anak, sebagai sebuah “titipan” dari-Nya.