Pada persamaan 17 dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan interaksi komponen PEG 400-laktosa memberikan pengaruh respon indeks
kompresibilitas. Nilai positif menunjukkan penggunaan komponen PEG 400 dan komponen laktosa masing-masing menaikkan indeks kompresibilitas yaitu dengan
nilai 24942,45 dan 0,10. Komponen PEG 400 merupakan komponen yang dominan
terhadap komponen laktosa dalam menaikkan respon indeks kompresibilitas. Hal ini disebabkan karena komponen PEG 400 sebagai pelarut akan membuat serbuk
menjadi padat dan terbasahi sehingga menyebabkan sifat alir kurang baik. Berdasarkan model plot interaksi indeks kompresibilitas gambar 8, kurva yang
dihasilkan sigmoid. Hal ini menunjukkan adanya interaksi negatif PEG 400-laktosa dengan nilai interaksi sebesar -143,06. Interaksi antara komponen tersebut dalam
formula dapat menurunkan indeks kompresibilitas. Penurunan indeks kompresibilitas serbuk terjadi karena komponen laktosa akan mudah mengabsorbsi
PEG 400 menjadi serbuk kering secara maksimal sehingga menurunkan indeks kompresibilitas. Berdasarkan data indeks kompresibilitas lampiran 3
menunjukkan bahwa semua formula memiliki nilai indeks kompresibilitas yang berada pada rentang 15 - 22,22. Kategori indeks kompresibilitas yang
dihasilkan adalah baik sampai agak baik. Hasil uji stastistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antar formula Run R.
5. Uji homogenitas serbuk
Uji homogenitas serbuk dilakukan dengan menggunakan penetapan kadar serbuk campuran. Campuran dinyatakan homogen jika kadar zat aktif pada
beberapa titik sama. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
spektrofotometer UV. Glibenklamid diukur untuk menentukan panjang gelombang maksimum dengan konsentrasi 0,995 µgml Hasil Serapan maksimum yang terukur
sebesar 229,0 nm ditunjukkan pada gambar 9.
Gambar 9. Hasil panjang gelombang maksimum glibenklamid dalam metanol
Menurut Bilal 2013, serapan glibenklamid dalam metanol berada pada panjang gelombang dalam kisaran 229,5 nm. Metanol memiliki absorbansi UV cut
off pada panjang gelombang 210 nm Moffat, Oselton, and Widdop, 2011. Hasil yang didapat pada panjang gelombang 229 nm membuktikan bahwa serapan
tersebut merupakan serapan dari zat akitif glibenklamid. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi absorbansi yaitu zat yang dianalisis, peralatan, suhu, konsentrasi
tinggi dan zat penggangu Gandjar and Rohman, 2009. Hasil kemudian dibuat beberapa seri konsentrasi untuk menentukan kurva baku glibenklamid. Persamaan
regresi linier kurva baku glibenklamid dalam metanol adalah y = 0,062x + 0,025 dan nilai r
= 0,995. Hasil regresi r uji yaitu sebesar 0,995. Menurut Miller dan 229,0
Miller 2010, nilai r yang dianjurkan untuk sebuah analisis dengan menggunakan persamaan regresi linier adalah r dengan nilai diatas 0,99. Persamaan kurva baku
menunjukkan korelasi yang linier karena r hitung lebih besar dari r tabel pada n= 5 0,995 0,511,dengan demikian Hukum Lambert-Beer terpenuhi bahwa
absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar glibenklamid. Berikut kurva baku glibenklamid yang
ditunjukkan pada gambar 10.
Gambar 10. Kurva baku glibenklamid dalam metanol
Pengujian homogenitas dilakukan pengambilan 10 titik sampel serbuk pada bagian atas 3, tengah 4, dan bawah 3 titik sampel pada cube mixer.
Pengambilan 10 titik tersebut diharapkan dapat mewakili keseluruhan campuran serbuk akhir. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil diperoleh
dengan rata-rata kadar 128,03 ± 2,5 dan koefisien variansi CV sebesar 1,95. Hasil yang didapat memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 5 yang berarti serbuk
yang dibuat homogen.
y = 0,062x + 0,025 R² = 0,995
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
2 4
6 8
10 12
14 A
b so
rb an
si
Konsentrasi µgml
B. Hasil Uji Sifat Fisik Tablet Liquisolid