menunjukkan korelasi yang linier karena r hitung lebih besar dari r tabel pada n= 5 0,998 0,503, sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk perhitungan
uji disolusi tablet liquisolid glibenklamid.
3. Hasil uji disolusi
Uji disolusi digunakan untuk menentukan profil disolusi obat glibenklmid yang sesuai dengan masing-masing monografi. Pengujian disolusi diasumsikan
bahwa selama proses tersebut terjadi pada seluruh permukaan tablet yang ada dalam tabung disolusi. United State Pharmacope XXXVII mensyaratkan bahwa kelarutan
tablet glibenklamid dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 75. Pada penelitian ini digunakan waktu 45 menit. Waktu tersebut digunakan untuk melihat
apakah obat masih melepaskan zat aktif atau tidak. Hasil pengungkapan disolusi obat dengan melihat nilai Q
30
yaitu persentase kadar obat terdisolusi dalam medium pada waktu 30 menit.
Persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y = 59030,87X
1
+ 0,46X
2
-340,06X
1
X
2
-0,67X
1
X
2
X
1
X
2
-0,00005X
1
X
2
X
1
X
2 2
...................................................22 Keterangan :
X
1
= komponen PEG 400 X
2
= komponen laktosa Berikut model plot respon disolusi tablet ditunjukkan pada gambar 17.
Keterangan : Y= respon obat terdisolusi Q
30
A= komponen PEG 400 B= komponen Laktosa
= Design point = Convidence interval
-- = Tolerence interval
Gambar 17. Model plot respon disolusi tablet
Pada persamaan 22 dapat diketahui bahwa PEG 400, laktosa, dan interaksi komponen PEG 400-laktosa memberikan pengaruh respon disolusi tablet.
Nilai positif menunjukkan penggunaan komponen PEG 400 dan komponen laktosa masing-masing meningkatkan disolusi tablet yaitu dengan nilai 59030,87 dan 0,46.
Komponen PEG 400 merupakan komponen yang dominan dalam peningkatan kecepatan disolusi karena komponen PEG 400 akan membasahi obat sehingga
dapat meningkatkan luas permukaan obat menyebabkan kecepatan disolusi meningkat. Berdasarkan model plot interaksi disolusi, kurva yang dihasilkan adalah
sigmoid. Hal ini menunjukkan interaksi komponen PEG 400-laktosa akan menurunkan laju disolusi karena memiliki nilai negatif sebesar -340,06. Penurunan
disolusi terjadi karena komponen PEG 400 akan membuat obat menjadi bentuk cair sehingga sulit terabsorbsi dengan laktosa yang berfungsi sebagai adsorbent. PEG
400 dalam jumlah banyak dapat menyebabkan fraksi obat yang tidak larut lebih banyak dibanding dengan fraksi obat yang larut sehingga terjadi penurunan laju
disolusi Hadisoewignyo, 2012. Hasil persamaan menunjukkan nilai p-value yang diperoleh oleh diperoleh 0,2578 p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antar formula sehingga penambahan tunggal maupun interaksi PEG 400 dan laktosa memberikan pengaruh yang besar terhadap disolusi tablet
liquisolid. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antar formula. Berikut profil hasil uji disolusi tablet liquisolid glibenklamid
dinyatakan dalam disolusi, hasil kadar yang didapat dimasukkan dalam kurva grafik antara persen obat terdisolusi dengan waktu.
Gambar 18. Kurva jumlah terdisolusi tablet liquisolid glibenklamid terhadap waktu menit
Pada gambar 18 menunjukkan profil disolusi tiap formula Run R dari menit ke-0 sampai menit ke-45. Hasil ini mencapai 75 zat aktif larut dalam waktu
30 menit. Hasil memenuhi persyratan glibenklamid yang harus 75 dalam waktu 30 menit. Dalam penelitian ini seharusnya perlu dibuat satu formula glibenklamid
yang digunakan sebagai kontrol. Kontrol yang dimaksud adalah kontrol formula tanpa penambahan pelarut PEG 400. Kontrol tersebut digunakan sebagai
pembanding dari kedelapan formula Run R tablet liquisolid glibenklamid untuk menunjukkan terjadinya peningkatan kelarutan. Dalam hal ini pelarut PEG 400
berpengaruh besar dalam formula tablet liquisolid glibenklamid karena digunakan untuk melarutkan atau mensuspensikan obat yang tidak larut dalam air sehingga
akan dapat merubah kondisi lingkungan yang hidrofobik menjadi hidrofilik.
E. Penentuan Formula Optimum