1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti dan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konteks kisah asal-usul Besi Pare Tonu Wujo?
2. Bagaimanakah wujud teks-teks kisah asal-usul Besi Pare Tonu Wujo?
3. Bagaimana struktur kisah Besi Pare Tonu Wujo?
4. Apa fungsi kisah Besi Pare Tonu Wujo dalam kebudayan Lamaholot?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil analisis terhadap cerita rakyat Lamaholot Besi Pare Tonu Wujo. Secara khusus tujuan
penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1.
Mendeskripsikan konteks kisah BPTW. Hal ini akan dipaparkan pada Bab II.
2. Menerbitkan dan menerjemahkan kisah asal usul BPTW dengan lengkap.
Hal ini akan dipaparkan dalam Bab III 3.
Mendeskripsikan hasil analisis struktur cerita atau kisah BPTW. Hal ini akan dipaparkan dalam Bab IV
4. Mendeskripsikan hasil analisis fungsi kisah BPTW dalam kepercayaan
masyarakat Lamaholot. Hal ini akan dipaparkan dalam Bab V
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ada dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah mendeskripsikan hasil analisis struktur dari kisah BPTW menurut teori strukturalisme A.J Greimas dan
mendeskripsikan hasil analisis fungsi dari kisah BPTW terhadap kebudayaan masyarakat Lamaholot. Hasil dari penelitian ini akan bermanfaat memberikan
penjelasan mengenai cara menganalisis struktur sastra lisan dengan menggunakan teori pola aktansial dan struktur fungsional A.J Greimas. Selain itu bermanfaat
memberikan penjelasan mengenai cara menganalisis fungsi dari sebuah sastra lisan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Selain bermanfaat secara teoritis, penelitian ini juga mempunyai manfaat praktis. Manfaat paraktis dari penelitian ini adalah ingin mengembangkan
penelitian terhadap cerita rakyat Lamaholot dan mengangkat muatan lokal dalam kebudayaan Lamaholot. Mengembangkan karya sastra Lamaholot dan
melestarikan cerita rakyat atau dongeng Lamaholot kepada generasi selanjutnya. Kemudian membantu menerbitkan kembali dan dan mendokumentasikan kisah
BPTW. Selain itu tujuan lainnya adalah dalam maksud promosi pariwisata dan kebudayaan Lamaholot serta memperkenalkan cerita-cerita rakyat yang berasal
dari kebudayaan Lamaholot sebagai karya sastra.
1.5 Tinjauan Pustaka
Sejauh ini sudah cukup banyak penelitian yang mengkaji mitos atau cerita rakyat dari suatu daerah yang berkembang dalam masyarakat itu sendiri. Pada
pokok pembahasan tentang tinjauan pustaka ini akan mengulas pustaka sebelumnya yang erat kaitannya atau ada kesinambungan antara penelitian tentang
mitos-mitos terdahulu dengan studi kali ini. Selain itu, studi ini juga sebuah penelitian terhadap struktural cerita
tentang cerita rakyat masyarakat Lamaholot, BPTW yang adalah sebuah kisah yang menceritakan tentang asal mula padi dalam kepercayaan dan kebudayaan
Lamaholot. Sejalan dengan itu ada beberapa penelitian sudah terjadi sebelumnya, antara lain Suyami, dkk 1998, F.R.S Lord Raglan 1956, James Danandjaja
2002, Raden S. Roosman 1970 dan Yosheph Yapi Taum 2011. Suyami dan rekan-rekan dalam buku Kajian Budaya Naskah Kuna:
Cariyos Dewi Sri, mengkaji tentang mitos Dewi Sri dari teks atau naskah kuno yang berjudul Cariyos Dewi Sri dan mencoba membandingkan dengan beberapa
mitos dari Dewi Sri yang hidup di dalam masyarakat Jawa dan Bali. Perbandingan yang dilakukan Suyami, dkk 1998: 104 menyimpulkan mitos asal-usul padi
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama mengisahkan bahwa padi berasal atau tumbuh dari kubur jenazah. Kelompok kedua
mengisahkan tentang padi yang berasal dari empat ekor burung, yaitu burung merpati, derkuku, burung perkutut, dan burung puter. Kelompok ketiga
mengisahkan bahwa padi berasal dari buah Kuldi dari surga.
Lord Raglan, pernah melakukan penelitian tentang mitos. Dalam bukunya yang berjudul The Hero: A Study in Tradition, Myth, and Drama mengemukakan
teori yang beranggapan bahwa mite dan legenda bukanlah sejarah. Menurutnya, walaupun pribadi-pribadi dalam mite atau legenda adalah tokoh-tokoh sejarah,
namun riwayat hidup yang kini kita kenal sebagai mite atau legenda bukanlah sejarah pribadi orang-orang itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh riwayat hidup
tokoh-tokoh itu bukanlah diambil dari riwayat hidup yang asli, melainkan dari riwayat hidup tradisional, yang telah ada dalam repertoar folklor. Pola riwayat
hidup tradisional menggambarkan pola lingkaran hidup life cycle pattern, yang mencerminkan upacara peralihan dari kelahiran, inisiasi, dan kematian, mungkin
tokoh-tokoh bangsawan yang dianggap sebagai titisan Dewa Dundes dalam Danandjaja, 2002:60.
James Danandjaja dalam bukunya Folklor Amerika: Cermin Multikultural yang Manunggal mengatakan bahwa penelitiannya terhadap mitos Amerika dan
menunjukan bahwa mitos orang Amerika tergantung pada agama apa yang mereka anut, seperti Nasrani dan lain-lain. Namun kebanyakan penduduk
Amerika adalah Nasrani, maka umumnya kisah-kisah mitenya berasal dari Kitab Injil Holly Bible, terutama pada Kitab Perjanjian Lama Old Testament. Jadi
kisah mitenya hampir sama dengan seluruh dunia Danandjaja, 2003: 104. Roosman dalam karangannya, yang berjudul Coconut, Breadfruit, dan
Taro in Pacific Oral Literature Kelapa, Sukun, dan Talas di dalam Kesusastraan Lisan Lautan Teduh menyebut secara singkat tentang mitos asal-usul padi dari
Tubuh Dewi Sri. Roosman berpendapat bahwa mite itu adalah sinkertisme dari
Dewi Hindu dengan bidadari yang dalam mitologi bulan dari Jawa. Selanjutnya Roosman setuju dengan pendapat Stith Thompson dan J. Balys bahwa jika motif
cerita asal-usul tanaman dari jenazah manusia atau hewan bukan produk asli setempat tetapi dipinjam dari India. Hal ini disebabkan motif cerita semacam itu
terdapat juga pada prosa rakyat India Danandjaja, 2002:53. Taum 2011, menganalisis cerita rakyat Jaka Budug dan Putri Kemuning
dengan menggunakan teori A.J. Greimas. Dalam bukunya Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode, dan Pendekatan Disertai Contoh Penerapannya, Taum
melakukan analisis struktur aktansial dan struktur fungsional terhadap kisah Jaka Budug dan Putri Kemuning.
1.6 Landasan Teori