Dari penggalan cerita tesebut jelas bahwa kisah BPTW mau mengajarkan satu nilai bahwa segala sesuatu yang ada di dunia punya “pemilik” dan kita
sebagai manusia yang diberi cuma-cuma sebisanya menjaga dan merawat dan juga melestarikannya agar tidak hilang maupun punah. Segala sesuatu yang ada di
bumi baik itu kayu, batu, pohon, air dan udara adalah anugerah atau pemberian dari Sang Pencipta, yaitu Tuhan. Dialah yang berkuasa atas buah dan sayur di
hutan, ikan di laut dan burung di udara. Maka lewat kisah ini, kita diajarkan untuk selalu bersyukur atas anugerah dan pemberian Tuhan yang senantiasa kita rasakan
dan alami dalam hidup kita. Jangan sampai merusak dan melenyapkan anugerah dan pemberian dari Tuhan. Selain itu lewat kisah BPTW, manusia diajarkan untuk
bersyukur kepada Tuhan dan menghargai sesama termasuk alam sekitarnya.
5.2.3 Fungsi Hiburan Rekreatif
Kisah BPTW berfungsi juga sebagai hiburan. Kisah BPTW juga bisa digunakan sebagai cerita untuk anak-anak sebagai hiburan di waktu senggang.
Pada zaman dahulu ketika masyarakat mengenal teknologi seperti media cetak, media elektronik dan media online seperti sekarang ini. Untuk menghilangkan
rasa jenuh, mengisi waktu senggang dan juga sebagai cerita penghantar tidur. Cerita seperti BPTW atau cerita dongeng lainnya diceritakan malam hari biasanya
dan juga disaat anak kecil sedang nangis diceritakan kisah atau dongeng agar anaknya bisa diam.
Selain momen penceritaannya di saat malam hari, cerita atau dongeng juga biasa di ceritakan di dalam ruang kelas saat les atau kegiatan belajar mengajar
sedang berlangsung. Guru bisa menghibur anak-anak atau siswanya dengan cerita
atau dongeng. Cerita atau dongeng tersebut biasanya diceritakan pada saat les atau mata pelajaran terakhir, maka untuk menghindari ngantuk karena materi, maka
digantikan dengan kisah atau dongeng seperti BPTW. Cerita atau dongeng dipakai untuk hiburan sekaligus menanamkan nilai penting dalam hidup lewat bercerita.
5.2.4 Fungsi Sosial
Manusia adalah makhluk utama dari dunia yang mempunyai esensi uniknya sendiri dan sebagai sesuatu yang bersifat istimewa dan mulia
dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Manusia dikarunia perasaan dan kesadaran akan sebuah hal yang merupakan sebuah petanda bahwa manusia
adalah makhluk berkualitas. Kesadaran ini adalah kemampuan memahami kualitas dunia, mengungkap rahasia yang tersembunyi dan mampu menganalisa
setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi. Secara kodrati, manusia memiliki otoritas otonom terhadap alam dan isinya. Oleh karena itu, manusia harus mampu
menyelaraskan hidup antara dirinya dan seisi alam, menghormati martabat makhluk hidup yang lain sebagai ciptaan Tuhan. Ini merupakan nilai penting yang
harus dimiliki setiap insan di dunia. Ketidakpatuhan terhadap setiap nilai hidup dapat mengakibatkan ketidakharmonisan antara manusia dan alamnya, dan juga
manusia dengan Wujud Tertinggi. Lewat kisah atau cerita Tonu Wujo, si gadis yang berubah jadi padi dan
jagung makanan mau mengajarkan kepada kita sebagai makhluk hidup yang istimewa tentang penghargaan kita terhadap makhluk ciptaan lain harus tetap
dipertahankan. Menghargai sesama manusia, alam dan lingkungan sekitar adalah suatu langkah yang baik untuk tetap menjaga keharmonisan. Jika kita langgar dan
tidak patuh pada kodrat hidup kita, hidup seorang manusia pasti akan dilanda malapetaka atau musibah.
Selain fungsi sosial yang mengajarkan rasa untuk saling menghargai, juga ada fungsi sosial lain yaitu kaitannya dengan ajaran tentang gotong-royong.
Dalam tiga varian cerita memang tidak diceritakan bahwa akhir dari semua cerita adalah panen hasil yang tentunya harus dipanen secara bersama. Dalam proses
panen ini dibutuhkan kerja sama untuk memanen hasil kebun. Tidak hanya saat musim panen saja tapi juga musim tanam dimulai ada nilai gotong-royong sudah
terbentuk.
5.2.5 Fungsi Pengesah Pranata Sosial