Persekutuan Cara Pandang Kosmologi Suku Lamaholot

Rera Wulan Tana Ekan sebagai pribadi-pribadi manusia. Rera Wulan diyakini sebagai penguasa langit dan Tana Ekan diyakini sebagai sosok yang berkuasa atas bumi. Mereka meyakini pula bahwa Rera Wulan Tana Ekan adalah orangtua bagi mereka karena telah menciptakan mereka. Namun mereka juga percaya bahwa ada roh-roh lain yang dapat mempengaruhi keselamatan, ketenteraman hidup mereka misalnya roh-roh nenek moyang, nitun lolonilé woka, nitun belatun, harin botan dan sebagainya. Rera Wulan Tana Ekan dan kekuatan lain yang disebutkan itu senantiasa dihormati dalam ritus-ritus yang dipentaskan oleh masyarakat dengan selalu mempersembahkan korban bagi mereka. Masyarakat percaya bahwa hanya molang dukun yang dapat melihat keberadaan mereka, sementara manusia biasa tidak. Orang Lamaholot sungguh yakin dan percaya bahwa Wujud Tertinggi yang mereka yakini adalah Tuhan mempunyai mata untuk melihat, yang berarti Tuhan mengetahuinya, Maha Tahu, Maha Adil, Ia akan bertindak adil. Hal ini terbukti dalam ungkapan dasariah seperti Rera Wulan Tanah Ekan no-on matan. Mereka juga meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah kepunyaan Wujud Tertinggi dan keyakinan mereka ini nampak dalam ungkapan Rera Wulan Tanah Ekan guti na-en: Tuhan mengambil pulang miliknya.

2.2.3.2 Persekutuan

Orang-orang Lamaholot dalam banyak hal tidak berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain. Mereka dipersatukan dalam budaya yang sama. Selain itu, ada juga ritus-ritus yang dilakukan secara bersama. Hal ini membuat persekutuan mereka menjadi tangguh. Persekutuan mereka juga dikuatkan dalam pemahaman mereka yang sama akan sejarah yang dikisahkan di dalam mitos-mitos tentang asal muasal kehidupan mereka dan tentang keyakinan-keyakinan mereka akan kekuatan yang luar biasa di luar kemampuan mereka sebagai manusia biasa Ama Kayan, 2013. 2.2.3.3 Ritus, Pemimpin Ritus, Doa dan Tempat Ibadat Terkait dengan ritus, dalam masyarakat Lamaholot terdapat banyak ritus yang dirayakan dengan latar belakang dan tujuan tertentu. Ritus-ritus yang dibuat itu Ama Kayan, 2013, misalnya:  Ritus untuk menerima kehadiran seorang anak yang baru lahir,  Ritus yang dibuat untuk seseorang yang bertobat dari kesalahan dan dosanya,  Ritus yang dibuat untuk membuka kebun baru,  Ritus menanam,  Ritus syukuran atas panen hasil kebun,  Ritus berburu,  Ritus yang dibuat untuk menangkap ikan  Ritus perang dan masih banyak lagi ritus yang lain Ritus-ritus yang dibuat itu selalu dipimpin oleh kepala-kepala suku di mana masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Secara umum, masyarakat Lamaholot memiliki empat suku besar yaitu Koten, Kelen, Hurit, Maran. Biasanya, ritus-ritus yang dijalankan dengan mempersembahkan korban persembahan itu dilakukan di Koke Bale, sebuah rumah panggung yang dibuat tidak berdinding. Rumah ini didirikan untuk menghormati Wujud Tertinggi. Pada bagian depan rumah ini, terdapat sebuah pelataran tarian dan untuk penyembahan yang dikenal dengan sebutan Nama. Di tengah Nama ini terdapat satu onggokan batu kecil berbentuk bundar yang disebut Nubanara. Nubanara ini dipakai sebagai tempat untuk mempersembahkan korban bagi Wujud Tertinggi atau roh- roh halus yang lain. Pembangunan Koke Bale dimulai dengan ritus penebangan pohon yang kayunya akan dijadikan sebagai tiang-tiang rumah ini. Mereka yang ditugaskan untuk menebang pohon harus membawa serta persembahan untuk para Nitu yang menghuni pohon-pohon itu. Ritus itu dimaksudkan agar para Nitu dapat merelakan pohon-pohon itu untuk ditebang dan kayu dari pohon-pohon yang ditebang yang kemudian dijadikan sebagai tiang-tiang Koke Bale itu tidak mudah lapuk termakan ngengat sehingga Koke Bale itu tidak mudah rusak. Sedapat mungkin Koke harus didirikan di dalam kampung dan berhadapan dengan rumah suku dari suku pertama Suku Koten atau rumah pendiri kampung. Doa-doa dalam ritus-ritus yang diselenggarakan disampaikan dalam bahasa-bahasa adat Lamaholot. Sebagai contoh, pada perayaan syukur panen hasil kebun, ada kewajiban bagi para anggota masyarakat untuk mempersembahkan sebagian hasil panen itu sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan sebelum menikmati hasil panen tersebut. Adapun doa yang didaraskan sebagai berikut: Bapa Rera Wulan lodo hau Bapak Rera Wulan turunlah ke sini Ema Tanah Ekan gere haka Ibu Tanah Ekan bangkitlah ke sini Tobo tukan Duduklah di tengah Pae bawan Hadirlah di antara kami Ola di ehin kae Karena kerja ladang sudah berbuah Here di wain kae Karena menyadap tuak sudah berhasil Goong molo Makanlah terlebih dahulu Menu wahan Minumlah mendahului kami Nein kame mekan Barulah kami makan Dore menu urin Barulah kami minum kemudian

2.2.3.4 Korban Kurban