Perilaku Seksual Anak Perilaku Seksual Anak

2. Autoerotic Behavior and Pattern

Dari sudut pandang moral dan budaya di Indonesia, autoerotis sering dianggap dosa walaupada kenyataannya orang dewasa etap melakukannya. Nilai-nilai agama yang masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat mengajarkan bahwa masturbasi merupakan perilaku seksual yang salah dan berdosa Francoeur Noonan, 2004. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia memiliki persepsi bahwa perilaku autoerotis merupakan perilaku seksual yang menyimpang. Pada anak-anak, autoerotis juga dianggap abnormal oleh orang tua, sekalipun mereka sering mendapati anak mereka berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran orang tua bahwa kelak anak mereka akan berperilaku seksual abnormal. Auto erotis juga ditemukan pada orang dewasa. Akan tetapi masih terjadi misunderstanding dan misinformation tentang autoerotis Francoeur Noonan, 2004.

3. Homosexuality and Bisexuality

Secara umum, masyarakat Indonesia menganggap homoseksualitas dan biseksualitas sebagai hal yang berdosa, dilarang, baik secara moral dan agama. Hal ini didukung dengan nilai agama yang mensahkan hubungan laki-laki dan perempuan, dan hanya pada pasangan yang terikat perkawinan Francoeur Noonan, 2004.

F. Persepsi Orang Tua dan Guru di Indonesia mengenai Perilaku Seksual

Anak Budaya memiliki pengaruh yang besar terhadap persepsi. Pemaknaan hal- hal di sekitar manusia merupakan proses pembelajaran dan pembuatan pola sepanjang hidupnya Wood, 2009. Proses tersebut yang pada akhirnya membentuk pola persepsi seseorang, dan sifatnya subjektif. Persepsi mempengaruhi pikiran, emosi dan perilaku seseorang terhadap orang lain atau objek dan situasi di sekelilingnya Wood, 2009; Martin Nakayama, 2007. Orang tua dan guru merupakan pihak-pihak yang berpengaruh besar terhadap anak. Pada masa awal kanak-kanak, sebagian besar tindakan anak sangat bergantung pada penerimaan pihak otoriternya, dalam hal ini orang tua dan guru Santrock, 1995. Keduanya menjadi pihak otoriter dalam lingkungan rumah serta sekolah. Persepsi mereka terhadap anak merupakan investasi dari harapan mereka akan bagaimana seharusnya anak berperilaku Turner, 2005; Johnston, 1996. Pada akhirnya persepsi mereka akan akan mempengaruhi sikap, perasaan dan perilakunya terhadap anak. Masih banyak didapati orang tua dan guru yang mengeluhkan “abnormalitas” anak mereka karena menunjukkan perilaku tertentu terkait seksualitas. Hal ini didasari oleh adanya persepsi bahwa anak-anak tidak seharusnya memiliki perhatian terkait seksualitas Kellog, 2004; Larsson Svedin, 2001. Selain itu, di Indonesia sendiri seksualitas masih menjadi suatu topik “semi-terbuka” untuk didiskusikan Francoeur Noonan, 2005.