2. Perkembangan Seksual Anak
Pada anak-anak usia awal, seksualitas mereka terbagi dalam 2 tujuan besar, self-stimulation dan self-curiosityexploration. Sedangkan pada
anak pra remaja 10-12 tahun, aktifitas seksual mereka lebih terarah dan bertujuan untuk bereksperimen dengan partner. Hal ini disebabkan
karena siring dengan peribahan kognitif, sosial, fisik, dan psikologis. Pada usia tersebut terjadi perubahan hormonal yang cukup signifikan.
Perubahan tersebut membuat mereka menjadi lebih menyadari posisi mereka sebagai sexual being. Pada masa pra remaja, laporan orang tua
cenderung berkurang karena anak menjadi lebih tertutup akan seksualitasnya McAnulty Burnette, 2006.
2.1. Masa Anak Pra Sekolah
Pada masa ini, perkembangan seksualitas anak terlihat dengan cara anak membangun identitas jenis kelaminnya. Hal ini mulai
terlihat dari usia 3 tahun. Santrock 1995 mengatakan bahwa anak membangun identitas gender nya melalui proses identifikasi dan atau
belajar sosial. Menurut teori identifikasi, anak mempelajari identitas gendernya dengan meniru orang tua yang berjenis kelamin sama.
Sedangkan teori belajar sosial mengatakan bahwa anak mempelajari hal tersebut melalui observasi, meniru, serta mekanisme hadiah dan
hukuman atas perilaku gender yang sesuai atau tidak sesuai.
Seiring dengan semakin matangnya indera pendengaran, bicara, serta fungsi berpikir, kemampuan berkomunikasi anak secara lisan
juga semakin berkembang. Perkembangan fisik, kognitif, serta derasnya arus informasi yang masuk, membuat anak-anak menjadi
sangat komunikatif, penasaran dan sering bertanya banyak hal, salah satunya mengenai seksualitas Gunarsa dan Yulia, 2008.
2.2. Masa Anak Sekolah
Pada masa ini mulai terjadi stereotip gender. Stereotip maskulinitas dan feminitas semakin meningkat di usia ini sehingga
anak merasa lebih nyaman berteman dengan sesama jenis kelamin Santrock, 1995. Selain itu anak mulai belajar membangun pola
persepsi berbasis gender, seperti anak perempuan lebih kalem daripada anak laki-laki. Anak laki-laki lebih pintar olah raga
daripada anak perempuan.
D. Perilaku Seksual Anak
1. Seksualitas dan Nilai-nilai
Seksualitas manusia
mengacu kepada
bagaimana manusia
mengalami dan mengekspresikan dirinya sebagai makhluk seksual Rathus, Nevid, Rathus, 2008. Masyarakat kita merupakan
masyarakat yang plural. Setiap masyarakat terbentuk oleh nilai-nilai
budaya, sosial, dan kepercayaan tertentu. Perilaku, sikap, serta pengalaman seksual seseorang sangat dipengaruhi tidak hanya oleh
perubahan fisik dan hormon, tetapi juga tradisi budaya dan kepercayaan mereka.
Nilai-nilai masyarakat mempengaruhi sikap dan perilaku seksual mana saja yang legal dan sah dilakukan oleh masyarakatnya. Nilai-nilai
juga mempengaruhi pandangan seseorang mengenaui seksualitas itu sendiri.
2. Perilaku Seksual
Secara umum, perilaku seksual adalah segala aktifitas seksual yang bertujuan untuk membangkitkan gairah, atau dilakukan atas dasar
keinginan seksual. Perilakunya dapat sangat beragam, tetapi pada dasarnya adalah adanya stimulasi ke area seksual. Akan tetapi, definisi
tersebut tidak seutuhnya berlaku pada perilaku seksual anak. Perilaku seksual secara umum terbagi ke dalam 2 dimensi dilihat dari aspek
keterlibatan pasangan Rathus, Nevid, Rathus, 2008. 2.1.
Perilaku Seksual Soliter Solitary Sexual Behavior Perilaku seksual soliter merupakan berbagai macam aktifitas
seksual tanpa melibatkan pasangan. Tujuan dari dilakukannya perilaku tersebut adalah selain untuk kesenangan, tetapi juga relaksasi,
menghindari dosa apabila pasangan legal tidak tersedia, menghindari