Kategori “Perilaku” Hasil Penelitian

berusaha melihat aktifitas seksual orang dewasa 0,1 bertanya mengenai hubungan suami istri 0,4 menyentuh organ seksual orang lain 4,9 bertanya mengenai sunat 0,3 menyentuh alat kelamin teman 1,2 bertanya mengenai alat kelamin hewan 0,1 menyentuh alat kelamin orang tua 3,7 bermain dengan alat kelamin 0,6 saling meraba tubuh 0,1 membandingkan alat kelamin dengan teman 0,4 memeluk 0,1 menggunakan alat kelamin sebagai permainan lomba kencing 0,2 meminta berpelukan dalam kondisi telanjang 0,1 bermain peran 0,6 menirukan adegan porno 1,9 bermain manten-mantenan 0,5 berbahasa seksual 2,9 bermain dokter-dokteran 0,1 berbincang terkait seksualitas 2,9 memeluk 1,5 clinging dengan lawan jenis dewasa 0,2 memeluk orang lain yang dikenal 1,5 berusaha kontak fisik dengan teman lawan jenis 4,2 berusaha kontak fisik dengan teman lawan jenis 0,8 duduk berdesakan dengan lawan jenis 1,7 bermain dengan teman lawan jenis 0,8 bermain dengan teman lawan jenis 1,8 bermain dengan teman sejenis kelamin 0,5 bergandengan tangan dengan teman lawan jenis 0,7 Total 17,8 menyentuh bagian tubuh teman lawan jenis 1,6 mencolek teman lawan jenis 0,9 menyentuh bagian tubuh teman perempuan 0,5 membelai rambut teman 0,2 menempelkan alat kelamin ke orang lain 0,2 pacok-pacokan 4,2 Total 31,5 Selain dengan pasangan orang dekat, subjek juga menyebutkan perilaku seksual anak dengan pasangan romantis. Pasangan romantis yang dimaksud disini adalah kekasih. Perilaku seksual anak yang disebutkan di sini merupakan perilaku yang cenderung dilakukan oleh anak usia akhir 10 hingga 12 tahun. Tabel 5. Perilaku Seksual Anak dengan Pasangan Romantis Partner – Romantic Partner Partner Romantic Partner Arousal Persentase beradegan intim dengan pacar pacaran seperti orang dewasa 0,8 mencium 0,3 cipokanciuman di leher 0,2 french kiss 0,1 memperlihatkan organ seksual 0,1 membuat film porno 0,1 memeluk 0,4 merangkul orang yang disayang pacar 0,2 berboncengan sambil memeluk 0,2 berpacaran 0,8 berhubungan badan intercourse 0,7 Total 3,0 Contoh perilaku pada kategori tersebut adalah memeluk, mencium, berpacaran dan sebagainya. Subjek cenderung menyebutkan perilaku seksual yang biasa dilakukan oleh pasangan kekasih. Kategori perilaku seksual anak yang dilakukan dengan pasangan romantis memperoleh persentase sebesar 3. “Saat pulang sering terlihat ada noda cipok-cipokan.” 155.f “Membuat film porno.” 041.n “Dari apa yang dilihatnya hubungan intim orang tuanya dia mulai coba-coba punya pacar, pacaran di dekat rumahnya tapi gelap-gelapan. Kadang jalan-jalan dengan pacarnya sampai malam hari ddan tidak dilarang orang tuanya, ada yang pernah melihatnya berciuman dengan pacarnya dalam tingkahpergaulan seperti orang dewasa. meski baru 5 SD, tapi payudaranya sudah kelihatan dan sudah menstruasi. badannya ge muk jadi mudah dikira sudah remajadewasa.” 214.b Subjek juga menyebutkan beberapa perilaku yang termasuk ke dalam kategori perilaku seksual anak dengan pasangan orang asing. Pada kategori ini, subjek menyebutkan beberapa perilaku seksual anak kepada orang asing. Kategori ini memperoleh persentase sebesar 0,5. Contoh perilaku pada kategori ini adalah memperlihatkan alat kelamin ke orang yang tidak dikenal, menyentuh alat kelamin orang yang tidak dikenal serta menerima pelukan dari orang asing. Tabel 6. Perilaku Seksual Anak dengan Pasangan Orang Asing Partner – Strange People Partner Strange People Arousal Persentase memperlihatkan organ seksual 0,2 memperlihatkan alat kelamin ke orang lain yang tidak dikenal 0,2 menyentuh organ seksual orang lain 0,2 menyentuh organ seksual orang lain tidak dikenal dengan sengaja 0,2 menerima pelukanciuman dari orang asing 0,1 Total 0,5 Kategori perilaku seksual anak dengan pasangan yang terakhir adalah perilaku seksual anak dengan pasangan hewan. Yang dimaksud dengan pasangan hewan adalah anak menunjukkan perilaku seksual tertentu kepada hewan. Kategori ini memperoleh persentase sebesar 0,5. Kategori ini hanya terdiri dari 1 perilaku, yaitu menyentuh alat kelamin hewan. Tabel 7. Perilaku Seksual Anak dengan Pasangan Hewan Partner – Animal Partner Animal Arousal Persentase menyentuh alat kelamin 0,2 menyentuh alat kelamin hewan 0,2 Total 0,2 b. Perilaku Anak terkait Seksualitas Kategori “Perilaku Anak terkait Seksualitas” berisi perilaku- perilaku anak pada umumnya, tetapi ada kaitannya dengan seksualitas. Kategori ini memiliki persentase sebesar 2,9. Tabel 8. Perilaku Anak terkait Seksualitas Kategori Persentase menendang alat kelamin 0,3 bercanda dengan topik seksualitas 0,6 memiliki idola 0,7 berusaha melindungi lawan jenis yang ditaksir 0,2 bicara istilah pacaran 0,3 pakaian dalam terlihat ketika duduk 0,2 bercerita ke orang tua mengenai lawan jenis 0,3 membuat kriteria pasangan 0,2 mengikuti teman yang disukai 0,2 Total 2,9 Contoh perilaku yang disebutkan subjek pada kategori ini adalah seperti membuat kriteria pasangan, serta terlihat pakaian dalamnya ketika duduk atau jongkok. “Mengharapkan apabila suatu saat punya pacar mempunyai fisik menarik sepert i idolanya.” 053.c “Terkadang lupa bahwa sudah besar comtoh, anak perempuan kalau duduk roknya kemana-manakurang sopan.” 159.n Pada kategori ini, subjek menyebutkan perilaku-perilaku anak yang terkait dengan seksualitas, tetapi tidak termasuk ke dalam kategori perilaku seksual. Hal ini disebabkan karena perilaku-perilaku yang disebutkan oleh subjek tidak bersifat pengumpulan informasi anak mengenai seksualitas Kambouropoulos dkk, 2005. Perilaku-perilaku tersebut pada dasarnya adalah perilaku yang pada umumnya terjadi pada setiap orang. Bahkan perilaku terlihat pakaian dalamnya ketika duduk atau jongkok merupakan perilaku yang terjadi pada anak tanpa intensi dan tendensi apapun. c. Perilaku Non-Seksual Pada kategori perilaku non seksual, subjek menyebutkan beberapa perilaku anak yang sama sekali bukan perilaku seksual dan tidak terkait dengan seksualitas. Kategori ini memperoleh persentase sebesar 1,4. Tabel 9. Perilaku Non-Seksual Kategori Persentase bertingkah seperti orang dewasa 0,6 merokok, dugem, minum-minuman keras 0,4 Agresif 0,4 Total 1,4 Perilaku yang disebutkan oleh subjek contohnya adalah perilaku agresif anak, perilaku merokok, serta berperilaku seperti orang dewasa. “Saya pernah melihat seorang anak laki-laki yang berumur SD sudah suka merokok secara terang-terangan di depan umum dan menggunakan motor secara ugal- ugalan.”042.c “Anak ini laki usia sekitar 8 tahun. Dari kecil dia diasuh ibunya di lingkungan yang kebanyakan orang tua atau ibu- ibu. Karena kebiasaan itulah dia masih anak kecil tetapi omongannya sudah seperti orang dewasa.”022.a

2. Kategori “Non-Perilaku”

Menurut para orang tua dan guru, perilaku seksual anak tidak hanya berupa perilaku yang secara eksplisit terlihat. Mereka memiliki pandangan bahwa emosi dan pemahaman anak terkait seksualitas juga termasuk perilaku seksual. Kategori “Non-Perilaku” memiliki persentase sebesar 7,4, dan terdiri dari 2 kategori besar yaitu pemahaman terkait seksualitas 5 dan emosi terkait seksualitas 2,4. Tabel 10. Pemahaman Anak terkait Seksualitas Kategori Persentase Memahami identitas gender 2,4 memahami konsep lawan jenis yang menarik secara fisik 1,5 memahami fungsi dan pemakaian alat kontrasepsi 0,3 mengerti istilah pornografi 0,2 mengerti norma sosial terkait seksualitas 0,4 mengerti tentang konsep hubungan badan 0,1 mengingat materi pelajaran terkait seksualitas 0,1 Total 5 Tabel 11. Emosi Anak terkait Seksualitas Kategori Persentase Malu 0,7 Takut 0,2 Cemas 0,3 Tidak Nyaman 0,2 Senang 1 Total 2,4 Para orang tua dan guru memiliki persepsi bahwa kemampuan anak untuk memahami konten atau materi terkait seksualitas adalah merupakan perilaku seksual. Hal ini disebabkan karena pemahaman anak mengenai seksualitas tercermin dari perkataan atau perbuatannya, sehingga hal tersebut dianggap subjek sebagai perilaku seksual juga. Contoh perilakunya adalah sebagai berikut. “Saya wali dari anak yang berjenis kelamin perempuan kira- kira umur 10 tahun, dia sudah mengerti bedanya kelamin anak perempuan dan laki-laki. Dia sudah mulai mengenal lawan jenis.” 119.a “Anak-anak pada umumnya sudah dapat menilai wajah temannya mana yang cantik, ganteng, maupun jelek.”009.a Subjek juga seringkali memandang bahwa pengetahuan anak mengenai seksualitas adalah hal yang tidak wajar. Pengetahuan anak terkait objek seksual seringkali dianggap aneh dan belum waktunya anak tahu. “Anak seusianya yang masih duduk di bangku sekolah dasar sudah mengerti apa itu alat kontrasepsi padahal belum waktunya mereka tahu itu.”087.e Padahal perkembangan teknologi yang semakin maju sangat memungkinkan hal tersebut terjadi. Anak-anak dapat dengan mudah mengetahui berbagai info terkait seksualitas dari internet atau media massa. Serupa dengan pemahaman anak terkait seksualitas, subjek juga menganggap bahwa emosi anak terkait seksualitas merupakan perilaku seksual anak. Secara umum, subjek melaporkan emosi anak terkait seksualitas berupa 4 macam, yaitu, malu, tidak nyaman, takut atau cemas, serta senang. “Agak bereaksi berlebihan jika misal rok ibu terbuka, ibu keliatan. Tapi akhir- akhir ini agak berkurang.”052.f “Menutupi ketika datang bulan pertama kalitidak berani bicara.”159.j “Wanita, usia 9,5 tahun masih malu dan marah jika digoda teman pria.”216.f “Ada yang cowok lebih seneng digendong tantenya yang cantik - cantik, kalo yang cewek lebih seneng digendong om nya yang ganteng2.”070.c

3. Kategori “Reaksi terhadap Stimulus Seksual”

Para orang tua dan guru juga mengungkapkan reaksi terhadap stimulus seksual sebagai suatu perilaku seksual anak. Reaksi yang dimaksud adalah ereksi. Kategori ini memperoleh persentase sebesar 0,1. Contoh dari perilaku ini adalah terangsang. Contoh reaksi terhadap stimulus seksual yang disebutkan oleh subjek adalah sebagai berikut. “Menonton tv gambarnya orang cantik lalu katanya burungnya dia ereksiberdiri.”149.b “Tiba-tiba penis berdiri katika berkhayal yang tidak- tidak.”159.l Tabel 12. Reaksi terhadap Stimulus Seksual Kategori Persentase Terangsang 0,1 Total 0,1

4. Kategori “Konsekuensi dari Perilaku Seksual”

Para orang tua dan guru juga mengungkapkan reaksi serta dari perilaku seksual sebagai suatu perilaku seksual anak. Konsekuensi yang dimaksud adalah hamil dan menjadi korban pelecehan seksual. Tabel 12. Konsekuensi dari Perilaku Seksual No Kategori Persentase 1 Hamil 0,3 2 menjadi korban pelecehan seksual 0,2 Total 0,4 Contoh akibat dari perilaku seksual menurut subjek adalah sebagai berikut. “Ada salah satu warga kampung saya yang sedang duduk di bangku sekolah sedang hamil di luar nikah karena kurangnya perhatian orang tua, kasih sayang dan pengawasannya yang kurang. Hal itu sangat disayangkan karena masa depannya hancur. Hal itu bisa terjadi karena alat modern saat ini sangat modern. contoh laptop, HP semua itu bisa ditiru anak remaja zaman sekarang.”078.a “Ada tetangga saya yang di bawah umur udah menikah karena waktu sekolah hamil karena kurangnya pengawasan orang tua dan kasih sayang dan perhatiannya. Hal itu sangat disayangkan karena zaman sekarang sudah canggih karena ada alat komunikasi yang modern HP, laptop. cukup itu yang saya ketahui.”073.a “Anak umur di bawah 5 tahun pernah menjadi korban pelecehan seksual, saat main ke rumah tetangganya, dia disuruh membuka celana dalamnya oleh aak SMA yang ada di rumah itu. Lalu alat kelamin anak ini dipegang-pegang sama anak laki- laki tersebut.”188.f

5. Kategori “Lain-Lain”

Kategori terakhir adalah kategori “Lain-lain”. Kategori ini memperoleh persentase sebesar 2,9. Kategori ini memuat perilaku- perilaku dan hal-hal yang tidak terkait dengan topik. Selain itu, kategori ini juga memuat hal-hal yang tidak jelas dan tidak dapat dianalisa. Contoh item pada kategori ini adalah sebagai berikut. “Film kartun yang tidak mendidik , misal Sinchan.”001.d “membaca novel.”200.e

C. Pembahasan

Lingkungan sosial budaya memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan persepsi seseorang serta pemaknaan seseorang mengenai seksualitasnya Wood, 2011; Martin Nakayama, 2007. Persepsi seseorang mengenai seksualitas berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku seksual masyarakatnya. Pengaruh tersebut bersifat cenderung konstan dan tidak banyak perubahan dari waktu ke waktu Thigpen, 2009; Wellings, 2006; Sandnabba, 2003. Berdasarkan pengaruh budaya dan ajaran agama yang sangat kental di Indonesia, masyarakatnya memandang seksualitas sebagai upaya untuk melanjutkan keturunan Pangkahila, dalam Francoeur, 2004. Oleh karena itu, mereka menganggap hanya orang yang dinilai sudah dewasa dan terikat dalam pernikahan sajalah yang pantas untuk terlibat di dalamnya. Selain itu, adanya pensakralan seksualitas membuat pembicaraan mengenai hal tersebut menjadi pembicaraan yang tertutup dan cenderung ditabukan untuk dibahas secara terbuka, serta dipelajari secara otodidak. Pada era sekarang, pandangan terkait seksualitas mengalami banyak perubahan pada budaya Indonesia. Tingginya arus informasi menyebabkan perubahan pandangan serta sikap dan perilaku masyarakat Francoeur Noonan, 2004. Hal ini mempengaruhi orang tua dan guru yang merupakan produk dari budaya lampau. Mereka dihadapkan pada benturan keyakinan pada masa lampau dengan fenomena perilaku seksual anak. Pada era terdahulu, seksualitas hanyalah topik bagi orang dewasa, dan perilaku seksual merupakan perilaku yang seharusnya muncul pada orang dewasa. Akan tetapi, saat ini keduanya dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak anak telah menunjukkan ketertarikannya akan seksualitas. Hal tersebut menjadi sebuah konflik tersendiri bagi para orang tua dan guru. Di satu sisi, mereka memiliki pandangan dan keyakinan bahwa seksualitas adalah hal yang privasi dan merupakan topik di antara orang dewasa. Akan tetapi di satu sisi, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa anak-anak mereka sekerang sudah menunjukkan ketertarikan akan seksualitas. Fenomena tersebut tampak pada hasil penelitian ini. Secara umum, dapat diketahui bahwa para orang tua dan guru memiliki kecemasan dan ketakutan terkait perilaku seksual pada anak. Hal ini terlihat dari beberapa hal. Yang pertama adalah, alih-alih diminta untuk memberikan perilaku seksual anak yang mereka ketahui, subjek juga memberikan konsekuensi- konsekuensi negatif terkait perilaku seksual. Subjek juga turut menyebutkan emosi dan pemahaman anak terkait seksualitas. Berdasarkan