F. Persepsi Orang Tua dan Guru di Indonesia mengenai Perilaku Seksual
Anak
Budaya memiliki pengaruh yang besar terhadap persepsi. Pemaknaan hal- hal di sekitar manusia merupakan proses pembelajaran dan pembuatan pola
sepanjang hidupnya Wood, 2009. Proses tersebut yang pada akhirnya membentuk pola persepsi seseorang, dan sifatnya subjektif. Persepsi
mempengaruhi pikiran, emosi dan perilaku seseorang terhadap orang lain atau objek dan situasi di sekelilingnya Wood, 2009; Martin Nakayama, 2007.
Orang tua dan guru merupakan pihak-pihak yang berpengaruh besar terhadap anak. Pada masa awal kanak-kanak, sebagian besar tindakan anak
sangat bergantung pada penerimaan pihak otoriternya, dalam hal ini orang tua dan guru Santrock, 1995. Keduanya menjadi pihak otoriter dalam
lingkungan rumah serta sekolah. Persepsi mereka terhadap anak merupakan investasi dari harapan mereka akan bagaimana seharusnya anak berperilaku
Turner, 2005; Johnston, 1996. Pada akhirnya persepsi mereka akan akan mempengaruhi sikap, perasaan dan perilakunya terhadap anak.
Masih banyak didapati orang tua dan guru yang mengeluhkan “abnormalitas” anak mereka karena menunjukkan perilaku tertentu terkait
seksualitas. Hal ini didasari oleh adanya persepsi bahwa anak-anak tidak seharusnya memiliki perhatian terkait seksualitas Kellog, 2004; Larsson
Svedin, 2001. Selain itu, di Indonesia sendiri seksualitas masih menjadi suatu topik “semi-terbuka” untuk didiskusikan Francoeur Noonan, 2005.
Pada selanjutnya menyebabkan adanya tindakan-tindakan hukuman yang diambil oleh keduanya untuk memperingatkan anak.
Hal ini menjadi kurang tepat, mengingat pada dasarnya anak terlahir sebagai makhluk seksual sexual being Rathus, Nevid Rathus, 2008.
Selain itu, seiring pertumbuhan fisiknya serta perkembangan kognitifnya, secara
alamiah anak
akan mengalami
perkembangan seksual
Kambouropoulos, Mitchell, Staiger Tucci, 2005. Anak bertanya dan mengeksplorasi
tubuhnya sebagai
bentuk keingintahuannya
terkait seksualitas. Respon yang tidak tepat dari pihak-pihak signifikan anak
significant others dapat menyebabkan pelabelan yang berbahaya, pemaksaan standar perkembangan yang tidak tepat bagi anak, hingga
kesalahan perlakuan maltreatment Thingpen, 2009. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi orang tua
dan guru mengenai perilaku seksual yang terjadi pada anak-anak mereka. Tujuan dari penelitian ini agar dapat mengetahui pemahaman orang tua dan
guru mengenai perilaku seksual anak dan melakukan pembandingan dengan acuan literatur mengenai perilaku seksual anak. Sehingga apabila terdapat
celah gap pemahaman terkait perilaku seksual anak, para akademisi dan praktisi dapat memberikan sosialisasi lebih lanjut mengenai perilaku seksual
anak secara tepat.
25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Creswell 2008, penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan yang digunakan
untuk penelusuran, serta mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat persepsi orang tua dan
guru di Indonesia mengenai perilaku seksual anak.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif biasa digunakan untuk meneliti sebuah fenomena yang masih
sedikit diketahui. Oleh karena itu, penelitian eksploratif biasanya tidak banyak garis pedoman yan gharus diikuti serta tidak terlalu terstruktur.
Penelitian eksploratif biasa menggunakan metode kualitatif Richey Klein, 2007.
C. Fokus Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sarana penyelidikan dan menunjukkan
variasi, baik
dalam jenis
maupun tingkatannya
Shaughnessy, ZechmeisterZechmeister,
2007. Variabel
dalam