Rumusan Masalah Tujuan Penulisan
12
Sebagaimana lazimnya pada zaman itu, Fransiskus bersekolah pada seorang imam yang bekerja di Gereja Santo Georgio di Assisi. Di sana Fransiskus belajar
membaca, menulis, menghitung dan sedikit belajar bahasa Latin. Pada usia dewasa ayahnya meminta Fransiskus untuk ikut berdagang kain wol ke Perancis.
Selama bersama dengan ayahnya, Fransiskus tidak mempunyai bakat sebagai pedagang. Apalagi watak Fransiskus sangat berbeda dengan ayahnya. Fransiskus
jauh lebih riang dan murah hati, gemar bersenda gurau dan suka bernyanyi. Dalam Kisah Tiga Sahabat K3S diceritakan bahwa sebagai orang kaya,
Fransiskus bersama dengan kelompok sebayanya, siang dan malam hidup berfoya-foya. Ia begitu gemar mengeluarkan uang sehingga segala apa yang
mungkin ia miliki atau peroleh sebagai laba dihabiskan dengan makan minum. Ia adalah seorang pemboros namun murah hati pada sesamanya. Dalam berpakaian
ia sangat berlebih-lebihan Groenen, 2000: 27-28. Waktu berumur 20 dua puluh tahun Fransiskus secara aktif mengambil
bagian dalam perang yang pecah antara warga kota terutama antara para pedagang dengan kaum bangsawan yang diam di kota Assisi. Golongan masyarakat yang
kecil atau buruh, dan termasuk kaum pedagang yang disebut “minores”
mengalahkan kaum bangsawan yang disebut “mayores” dan mengusir mereka.
Kaum bangsawan melarikan diri ke kota Perugia yang letaknya dekat Assisi dan di sanalah mereka menyusun strategi untuk melawan. Hal itu menyebabkan
hubungan antara Assisi dan Perugia selalu bermusuhan. Maka pecahlah perang antara kota Assisi dan Perugia tahun 1202. Kota
Perugia memihak kepada Paus Innosensius III, sedangkan warga kota Assisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
memihak kepada Kaisar Frederik Barbarosa II di Jerman. Fransiskus ikut dalam serangan itu, tetapi gagal dan bersama dengan beberapa orang lain Fransiskus
masuk tawanan Groenen, 1970: 150. Dalam tahanan yang cukup keras itu,
Fransiskus tetap mempertahankan semangat gembira dan tetap berusaha menghibur teman-temannya. Dan dalam tahun berikutnya, ayahnya berhasil
menebusnya. Fransiskus pulang ke rumah, dan dalam beberapa hari kemudian Fransiskus sakit keras Groenen, 2000: 11.
Thomas dari Celano, menuliskan bahwa penyakit itu ternyata menjadi sentuhan pertama rahmat Tuhan. Pengalaman sakit membawa pertobatan bagi
Fransiskus. Pemandangan yang indah di sekitar kota Assisi tidak lagi menarik untuk Fransiskus. Ia merasa bahwa segalanya tidak lagi berarti apa-apa. Orang-
orang yang selama ini mengaguminya dianggapnya sebagai sebuah kebodohan. Fransiskus mulai merenungkan arti dan tujuan hidupnya Celano, 1984: 3.