Usaha Meningkatkan Pelayanan dalam Tugas Perutusan

103 dipinggirkan” maka SFD yang mempunyai semangat kedinaan Fransiskus dipanggil untuk melayani mereka dengan penuh cinta dan kerendahan hati. 4. Menurut suster, apakah karya pelayanan di bidang difabel sudah cocok dengan visi dan misi SFD Persekutuan membangun persaudaraan yang mengimani bahwa Tuhan adalah Bapa semua orang, mencintai dan meninggikan setiap orang. Rumusan singkat ini adalah merupakan visi Kongregasi SFD yang diyakini sebagai sebuah penglihatan yang dianugerahkan Tuhan kepada para suster, dan menjadikannya sebagai sebuah pedoman hidup dalam gerak bersama untuk melayani Tuhan dan sesama lewat karya pelayanan. Sebagaimana Bapa meninggikan setiap orang, maka SFD pun dipanggil untuk melayani dengan rendah hati dan murah hati dalam karya pelayanan. Terlibat dengan sepenuh hati dalam karya perutusan. Selain itu, SFD harus “siap dan terbuka bagi kebutuhan zaman seraya meneladan Yesus Kristus dalam keprihatinanNya terhadap manusia dengan mendampingi, memberdayakan, menghimpun kaum muda, perempuan, orang kecil orang sakit bersama saudara lain. Dengan misi seperti ini maka karya difabel merupakan salah satu karya untuk menunjukan bahwa SFD berusaha untuk melihat kebutuhan zaman. Di mana pada masa ini ada banyak anak-anak difabel yang membutuhkan pelayanan kasih dan pendidikan ini. Anak-anak difabel juga merupakan “orang kecil” yang harus mendapat perhatian. Oleh karena itu, visi dan misi SFD sejalan dengan apa yang dilakukan dalam karya pelayanan lewat karya di bidang sosial tentang difabel. Tuhan sendiri mencintai dan meninggikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 mereka yang kecil, lemah, miskin, dipinggirkan, dan cacat. Para suster SFD dipanggil untuk melayani mereka dengan sepenuh hati dan hati terbuka. 5. Spiritualitas Fransiskan mana yang masih harus ditingkatkan agar supaya karya pelayanan semakin dicintai para suster SFD Gelar sebagai seorang Suster Fransiskus Dina SFD yang secara langsung tanpa perantara Santo atau Santa mengakui Fransiskus memiliki kekayaan sangat banyak tetapi yang sangat melekat padanya adalah sikap Dina. Maka dipertajam lagi supaya SFD yang menyandang nama sebagai orang Dina berusaha untuk meneladani Fransiskus yang Dina itu. Sikap kedinaan dalam hidup bersama dan bermasyarakat dapat dipupuk dengan sikap penuh kerahiman hati, penyangkalan diri, cinta satu sama lain, dan hidup dengan sederhana dan ugahari. Selanjutnya bisa juga dengan rela memberi dan menerima teguran persaudaraan, berani meminta maaf dan memaafkan dan mau berbagi suka dan duka hidup pada sesama. Dengan mengambil semangat kedinaan dari Santo Fransiskus Assisi, hendaknya sanggup menerima dan mencintai semua orang apa adanya tanpa syarat. Seperti Santo Fransiskus yang menyadari dan melihat bahwa Allah hadir terhadap diri orang kusta, sehingga dia mampu mencintai orang kusta tersebut maupun orang-orang yang ada di sekitarnya tanpa memandang status sosialnya. Jika para suster SFD memiliki semangat seperti Santo Fransiskus, dengan melihat Yesus hadir dalam setiap pribadi orang yang layani dalam aneka ragam karya pelayanan maka karya apapun yang dipercayakan kepada setiap suster SFD PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 dapat menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki dengan sepenuh hati dalam diri para suster. Karena seorang suster SFD sadar bahwa yang mereka layani bukan hanya pribadi orang tersebut melainkan diri Yesus Kristus yang hadir dalam pribadi mereka yang dilayani setiap hari. 6. Apa yang suster pahami tentang kedinaan? Kedinaan merupakan sebuah sikap yang tampak dalam kesederhana, atau keugaharian hidup sehari-hari. Tidak sombong dan tidak memegahkan diri dengan pamer. Sikap yang sederhana tidak hanya berkaitan dengan penggunaan uang tetapi lebih ditekankan pada sikap hidup bersama dan berkarya dalam pelayanan setiap hari pada sesama. Bertutur kata yang sopan terhadap sesama, menerima tugas perutusan dengan rendah hati, dan tidak pamer dengan kelebihan yang dimiliki. Sikap Dina itu berarti juga dipenuhi dengan semangat doa dan pertobatan yang terus menerus seraya menumbuhkan sikap sederhana, rendah hati, bermati raga, tulus, rela berkorban serta hidup tanpa pamrih dalam pemberian diri. Maka hal ini dapat diwujudkan melalui keyakinan akan penyelenggaran ilahi dalam setiap gerak langkah hidup. Melakukan pembaharuan diri atau matenoia yang terus menerus, sederhana, mati raga, tidak sombong dan mampu menerima semua orang apa adanya termasuk anak-anak difabel, murah hati, memberikan waktu dan tenaga, iklas, berani menjadi yang terkecil, lepas bebas dan setia adalah merupakan bentuk yang khas dalam pelayanan SFD. Kedinaan seperti inilah yang sangat dibutuhkan dalam karya pelayanan bagi kaum difabel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI