13
memihak kepada Kaisar Frederik Barbarosa II di Jerman. Fransiskus ikut dalam serangan itu, tetapi gagal dan bersama dengan beberapa orang lain Fransiskus
masuk tawanan Groenen, 1970: 150. Dalam tahanan yang cukup keras itu,
Fransiskus tetap mempertahankan semangat gembira dan tetap berusaha menghibur teman-temannya. Dan dalam tahun berikutnya, ayahnya berhasil
menebusnya. Fransiskus pulang ke rumah, dan dalam beberapa hari kemudian Fransiskus sakit keras Groenen, 2000: 11.
Thomas dari Celano, menuliskan bahwa penyakit itu ternyata menjadi sentuhan pertama rahmat Tuhan. Pengalaman sakit membawa pertobatan bagi
Fransiskus. Pemandangan yang indah di sekitar kota Assisi tidak lagi menarik untuk Fransiskus. Ia merasa bahwa segalanya tidak lagi berarti apa-apa. Orang-
orang yang selama ini mengaguminya dianggapnya sebagai sebuah kebodohan. Fransiskus mulai merenungkan arti dan tujuan hidupnya Celano, 1984: 3.
2. Situasi Masyarakat dan Gereja di Jaman Fransiskus
Situasi masyarakat dan Gereja pada zaman Fransiskus disampaikan di sini untuk dapat membantu memahami pertobatan Fransiskus dengan lebih baik.
a. Situasi Politik
Bruder Bram Homel, MTB Maria Tak Bernoda dalam catatannya pada kursus Fransiskan bagi para novis kongregasi SFD dan MTB pada tanggal 5-12
Januari 2001 di Pati, mengatakan bahwa organisasi politik masyarakat Eropa pada abad XI sampai abab ke XII seluruh kehidupan masyarakat terikat dalam sistem
feodal-agraris. Penguasa tertinggi adalah Kaisar, raja-raja lokal menjanjikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kesetiaan kepadanya dan tuan-tuan tanah yang lebih kecil menjanjikan lagi ketaatan kepada raja-raja itu. Antara tuan tanah dan bawahan ada ikatan perjanjian
yang mengatur semua hak timbal balik umpamanya: Bawahan wajib membayar upeti dan atasan wajib menjamin keamanan mereka.
Setiap bangsawan memiliki sejumlah hamba yang terikat pada tuannya seumur hidup. Biasanya mereka itulah yang menggarap tanah, mengurus rumah
dan harta serta melayani segala kebutuhan tuannya. Karena setiap tuan tanah biasanya mencukupi kebutuhannya sendiri dari tanah yang dimilikinya.
Selain para hamba, ada juga para pegawai yang bertugas mengawasi pekerjaan atau melayani kebutuhan atasan setempat. Dalam kelompok ini
termasuk para ksatria atau tentara bangsawan yang bertugas untuk membela dan melindungi setiap kesatuan hidup kelompok tadi.
Selain kelompok ini dalam masyarakat masih terdapat para rohaniwan, pedagang dan seniman. Mereka adalah orang-orang bebas yang tidak takluk
kepada tuan-tuan tanah. Mereka tidak termasuk kelompok atasan atau kelompok hamba, tetapi dalam relasi sosial mereka lebih dekat dengan kaum atasan.
Dengan gambaran ringkas ini tampak bahwa hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat diatur secara ketat berdasarkan fungsi dalam relasi atasan dan
bawahan; atasan adalah penguasa dan pemilik, sedangkan bawahan adalah hamba dan pekerja. Walaupun antara kelompok-kelompok ini ada pembagian status yang
jelas namun dalam kehidupan sehari-hari mereka saling mengisi Homel, 2001: 4.