Sekilas tentang Kongregasi Suster Fransiskus Dina SFD 1. Sejarah Kongregasi SFD

45 melelahkan. Pendiri membutuhkan perjuangan yang tulus, kuat, dan kesungguhan. Ia mencatat bahwa semangat hidup religius harus diperbaharui, dan pembaharuan itu didasari dari tradisi injili-Fransiskan. Adapun semangat Fransiskus yang dihidupi oleh para suster SFD tampak dalam lima sikap dasar. Lima sila itu adalah semangat cinta kasih, kesederhanaan kristiani yang sejati, semangat rajin dan giat, sikap lepas bebas, dan semangat doa de Raat, 2000: 60-63.

a. Semangat Cinta Kasih Suster Mere Constansia van Der Linden, pendiri kongregasi menyadari

bahwa pembaharuan hidup religius harus diwujudkan dengan sungguh-sungguh, dan harus kembali ke sumber-sumber asli yakni Kitab Suci. Dia terinspirasi dengan cara hidup Jemaat perdana yang terdapat dalam Kisah Para Rasul: Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dan hidup sehati sejiwa. Dan tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka bdk. Kis 2:42-47. Semangat cinta kasih ini menjadi penopang dan tanda pengenal kongregasi ini. Mereka bersatu hati dalam hidup seperti jemaat perdana. Tidak ada batas yang menghalangi gerak mereka dalam membagi kasih kepada sesama. Kaya miskin, tuan atau hamba semua sama pasti mendapat pelayanan dengan penuh kasih. Mereka saling berbagi dalam kekurangan dan kelebihan. Mereka percaya bahwa Roh Kudus selalu memberi kekuatan dalam hidup bersama. Terutama saat-saat menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan hidup. Dalam catatannya, Suster Marie Yoseph menyebutkan ciri khas cinta Tuhan itu adalah: “Cinta itu tidak gentar menghadapi kesulitan, melainkan bertahan 46 dalam keadaan bagaimanapun”. Hal ini motivasi untuk mewujudkan cinta kasih di luar batas komunitasnya seperti yang dihidupi oleh komunitas Gereja Perdana. Belajar dari komunitas perdana hendaknya komunitas-komunitas SFD, yang beraneka ragam suku, budaya dan latar belakang, hendaknya hidup dalam ikatan cinta kasih satu sama lain, saling mengasihi dan saling melayani. Persaudaraan ini harus sesuai dengan anggaran dasar yang telah dijanjikan dengan mengikuti teladan Santo Fransiskus dan Yesus Kristus Raaymakers, 1991: 11-13.

b. Kesederhanaan Kristiani yang Sejati

Suster Marie Yoseph mengingatkan bahwa persaudaraan SFD harus ditandai dengan semangat kesederhanaan. Kesederhanaan sejati itu meliputi kejujuran dalam kata-kata dan tindakan dengan disemangati oleh bimbingan Roh Kudus. Sikap sederhana tampak dalam tutur kata yang tulus, adanya kejujuran yang sungguh-sungguh tidak berliku-liku, tidak berpura-pura, dan hanya satu yang diinginkan yakni, melaksanakan kehendak Allah. Yesus Kristus menjadi kepala Gereja yang hidup sebagai manusia dengan merendahkan dirinya bahkan sampai wafat di salib. Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, namun Dia telah mengosongkan diri-Nya dengan menjadi seorang hamba Flp 2:5-11. Jadi, seorang SFD hanya boleh mempunyai satu tujuan yakni “melaksanakan kehendak Allah”. Maka sikap sederhana dalam hidup persaudaraan serta karya pelayanan menuntut para SFD untuk selalu siap dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 terbuka terhadap kebutuhan dan tuntutan zaman dan dengan semangat cinta kasih memperlakukan semua mahluk yang ada di bumi Raaymakers, 1991: 14-19.

c. Semangat Rajin dan Giat

Sifat yang ketiga pada hidup Jemaat perdana adalah semangat rajin dan giat. Hidup dalam pengabdian pada Allah dan sesama dalam kongregasi SFD harus ditopang dengan semangat rajin dan giat. Sikap ini menunjukkan rasa terikat satu sama lain. Rasa keterlibatan dalam aneka ragam usaha dalam persaudaraan demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan sesama. Kebersamaan dan keberagaman anggota dalam komunitas memberi semangat untuk melayani sesama dan Tuhan Kenangan, 70 thn SFD di Indonesia, 1993: 47-48. Suster Marie Yoseph menganjurkan supaya SFD ini tidak menganggap tugas atau pekerjaan sebagai suatu keterpaksaan untuk melaksanakannya. Tetapi menganggapnya sebagai suatu kewajiban cinta kasih Raaymakers, 1991:20. Seorang religius yang menanggapi dan menjalani panggilannya dengan tulus akan bersemangat dan bahagia bila diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan atau pelayanan kepada sesama, karena hal ini diibaratkan dilakukan kepada orang yang dikasihi atau dicintai yakni Tuhan sendiri Sang Guru sejati. Yesus adalah Guru dan teladan hidup bagi para suster kongregasi SFD. Ia memberikan kebahagiaan dan suka- cita kepada orang lain karena “tergerak hati- Nya oleh belas kasihan kepada orang banyak” Mrk 8:2. Dalam Wasiatnya, Santo Fransiskus Assisi mengajak saudara-saudaranya untuk melakukan suatu pekerjaan tangan dengan penuh kasih. Saudara yang 48 belum menguasai pekerjaan hendaknya mau belajar bukan karena ingin mendapatkan upah atau imbalan tetapi untuk menjauhkan diri dari sikap bermalas- malasan. Kemalasan adalah musuh jiwa dan bantal setan Laba Ladjar, 1988: 161. Demikianlah halnya, para suster SFD dipanggil untuk terlibat secara sungguh-sungguh untuk melayani orang lain. Sikap rajin dan giat sangat penting dimiliki oleh setiap SFD, karena di mana tidak ada keterlibatan, dan kebersamaan dalam melayani, maka daya gerak persaudaraanpun akan mulai hilang. Dengan demikian, haruslah disadari bahwa pekerjaan bukanlah tempat pelarian melainkan wadah untuk menyalurkan kasih bagi sesama dan Tuhan Marie Joseph, 1867: 25. Dalam Anggaran Dasar Tanpa Bulla, Santo Fransiskus mengingatkan para saudaranya untuk bekerja: Semua saudara harus berusaha dengan jerih payah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik, karena ada tertulis, lakukanlah selalu sesuatu dengan baik agar setan mendapati engkau sedang sibuk. Dan lagi menganggur adalah musuh jiwa. Karena itu para hamba Allah harus selalu bertekun dalam doa atau dalam suatu pekerjaan baik AngTBull VII, 10-12.

d. Sikap Lepas Bebas

Sifat yang keempat dari semangat para rasul dan orang beriman pertama, ialah: sikap lepas bebas. Mereka meletakkan segala milik mereka pada kaki para rasul dan menjadikannya milik bersama Kis 2:45. Sikap ini menjadi tanda pembaharuan yang diharapkan oleh Tuhan dalam semangat hidup religius Marie Yoseph, 1867: 28. Sikap lepas bebas mendapat tempat istimewa karena dalam sikap inilah tertuang kerinduan hati untuk menjadi bebas di hadapan Allah. Menghayati kemiskinan dan kerendahan hati berarti berani hidup lepas bebas dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 ikatan duniawi dan bebas sebagai anak-anak Allah dan di hadapan Allah menjadi hamba yang merdeka. Dalam buku “Bersatu Hati” karangan Suster Marie Joseph, dikutip juga tentang Injil Lukas yang berbunyi: Ikutlah Aku Pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah ke seluruh penjuru dunia” Luk 9:57-62 Marie Joseph, 1867: 30. Kristus mengundang semua orang untuk terlibat dalam pewartaan kabar gembira keseluruh dunia. Menanggapi undangan Kristus itu, hendaknya SFD dengan hati terbuka, iklas dan murah hati seperti Bapa adalah murah hati. Menanggapi undangan Kristus berarti bersedia untuk merelakan diri kepada sesama seraya menyerahkan diri seutuhnya kepada Dia yang telah memanggil. Sikap lepas bebas berarti melepaskan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Karena itu melepaskan diri dari keterikatan duniawi berarti melepaskan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Sikap lepas bebas bukan berarti merasa kehilangan tetapi dengan melepaskan hal-hal duniawi akan memperoleh kehidupan sejati yang berasal dari-Nya. Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya Luk 9:24. Sikap lepas bebas menjadikan SFD miskin di hadapan Allah. Lepas bebas kristiani berasal dari cinta kasih karena itu adalah karunia Roh Kudus. Kemiskinan hanyalah yang pantas dicari dan dijadikan satu-satunya teman hidup. Janganlah kamu mau memiliki sesuatu lainnya di bawah kolong langit demi nama Tuhan Yesus Kristus AD 6. 22. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50

e. Semangat Doa

Yesus pernah bersabda, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku ” Yoh 15:4. Teks ini mengundang setia orang untuk bersatu dengan Tuhan melalui doa. Sebab Dialah sumber hidup. Betapa pentingnya persatuan batin dengan Allah, menjalin relasi dengan-Nya akan menghasilkan buah yang berlimpah yang tidak akan berkesudahan. Menurut Suster Marie Joseph, “Semangat doa adalah kehidupan jiwa.” Jiwa yang paling dalam, paling pribadi dari manusia. Dalam jiwa terdapat sumber kekuatan batin dan di situlah Tuhan akan menyentuh manusia Marie Joseph, 1867: 38. Semangat doa harus menjadi yang pertama dan utama bagi masing- masing anggota Kongregasi SFD supaya berbuah limpah. Kehidupan berlimpah yang diterima dari Allah hendaknya dijaga dan dibagikan pula kepada sesama, sebab Allah menghendaki agar masing-masing orang menjadi saluran rahmat bagi sesamanya. Maka dari itu, setiap orang yang dipanggil-Nya bertanggung jawab untuk memberikan hidup itu kepada orang lain. Mangalirkan rahmat itu melalui karya pelayanan SFD. Buah itu akan bertumbuh dan berkembang bila didasari dengan doa. Oleh karena itu, para SFD perlu secara teratur menjalin relasi dengan Allah, dengan mencari waktu untuk hening guna membangun relasi itu secara lebih intim. Dalam buku Anggaran Dasar dan Cara Hidup Saudara-saudari Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus fasal 3 diungkapkan demikian: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Di setiap tempat dimana pun juga, pada setiap saat dan segala waktu hendaklah saudara-saudari dengan sungguh-sungguh dan rendah hati mengimani Allah yang kekal, mahatinggi, mahaluhur, Bapa dan Putra dan Roh Kudus; hendaklah mereka memilikinya dai dalam hati dan mencintai- Nya, menghormati, menyembah, mengabdi, memuji, meluhurkan serta memuliakan-Nya. Hendaklah mereka menyembah Dia dengan hati yang murni, karena kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu; sebab Bapa mencari penyembah yang demikian AD III, 1984: 13. Melalui doa dapat bersatu dengan Kristus dan dapat memahami apa yang dikehendaki oleh Dia. Melalui doa itu pula dapat bersatu dengan Bapa, dengan manusia dan dengan seluruh alam ciptaan. Lewat doa orang boleh hidup dengan iman, harapan, dan cinta kasih. Dengan demikian setiap orang akan dimampukan untuk menghadirkan Kerajaan Allah lewat karya perutusannya di mana pun berada. Dari uraian lima sikap dasar di atas sangat jelas dipaparkan bahwa semangat kongregasi SFD berakar dari tradisi injili Fransiskan. Semangat cinta kasih menjadi penopang seluruh bangunan SFD dan tanda pengenal bagi persekutuan ini sesuai dengan cara hidup Jemaat Perdana. Membangun persekutuan dalam kongregasi SFD dibutuhkan sikap hidup sederhana, jujur dalam kata-kata dan tindakan, tulus, sungguh-sungguh dan tidak berliku-liku, tidak berpura-pura, dan hanya satu yang diinginkan yakni, melaksanakan kehendak Allah. Dengan demikian memudahkan diri untuk membangun, dan memelihara kerendahan hati, kesabaran serta ketenteraman hati. Tugas perutusan hendaknya dilaksanakan dengan rajin dan giat, dengan keterlibatan yang sungguh-sungguh tanpa harus merasa terpaksa dalam pemberian diri, tetapi ini dilaksanakan dengan penuh cinta demi yang dicintai yakni Yesus Kristus. Untuk mengikuti Yesus Kristus dalam dan sempurna, seorang SFD PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 hendaknya berani untuk bersikap lepas bebas, tanpa milik, seperti yang dihidupi dan diwariskan oleh Santo Fransiskus, hidup tanpa milik, hidup hanya dengan mengandalkan belaskasih orang lain. Seluruh semangat hidup SFD di atas diteguhkan dan ditopang oleh semangat doa. Karena dengan doa, dan melalui doa bisa menjalin hubungan secara lebih akrab dengan Tuhan sang pemberi hidup. Semangat doalah yang paling menjiwai dan menggerakkan satu sama lain, karena itu mendoakan ibadat harian secara pribadi dan bersama-sama dalam komunitas mengajak SFD untuk tetap bersatu dan bersyukur kepada Allah. Dengan demikian semua dapat bermanfaat bagi Kongregasi demi tercapainya tujuan luhur Kongregasi SFD yakni menguduskan anggotanya melalui pelaksanaan kesempurnaan kristiani yang dipersembahkan kepada Tuhan dan sesama.

4. Visi dan Misi Kongregasi SFD

Kegelisahan dan kerinduan kongregasi SFD melahirkan sebuah rumusan visi, misi dan credo serta kharisma dalam hidup persaudaraan dan pelayanan. Sejak semula pendiri kongregasi percaya bahwa ia sungguh-sungguh disemangati dan dijiwai oleh Roh Allah yang dikenal dengan Roh Pemersatu. Para pendahulu berkarya dengan dijiwai oleh semangat cinta kasih, kesederhanaan Kristiani yang sejati, semangat rajin dan giat, sikap lepas bebas dan semangat doa de Raat,

2000: 60-62. Rumusan visi, misi dan kharisma kongregasi SFD ini kemudian

dirumuskan dalam kapitel tahun 2001 di Girisonta, Semarang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Dari kapitel itu, dirumuskanlah visi SFD, “Persekutuan membangun persaudaraan yang mengimani bahwa Tuhan adalah Bapa semua orang, mencintai dan meninggikan setiap orang ” Konst. 2007 art. 4. Persaudaraan yang dibangun oleh SFD adalah persaudaraan yang berdasarkan pada keyakinan bahwa Tuhan adalah Bapa bagi semua orang. SFD membangun persekutuan dengan saling memperhatikan dan melayani dengan kasih. Dari keyakinan itu bahwa Tuhan adalah Bapa semua orang. Maka semua adalah satu saudara, semertabat dan setara. Tuhan yang diimani adalah Bapa yang mencintai setiap orang dan meninggikannya, maka setiap orang pun harus bersikap demikian kepada sesamanya, seperti Bapa yang mencintai setiap orang dan meninggikannya. Suster SFD mencintai dan meninggikan orang bukan hanya dalam persaudaraan, tapi juga dalam setiap karya pelayanan di mana SFD di utus. Dengan meneladan sikap Yesus, Santo Fransiskus, dan Pendiri, para SFD diajak untuk mencintai, menghargai dan mengangkat harkat dan martabat manusia yang diciptakan oleh Allah dan merupakan gambar dan citra-Nya SFD, 2007: 17. Beranjak dari penjelasan di atas, maka misi SFD pun disebutkan pula yakni, “Siap dan terbuka bagi kebutuhan zaman seraya meneladan Yesus Kristus dalam keprihatinan-Nya terhadap manusia dengan mendampingi, memberdayakan, menghimpun: kaum muda, perempuan, orang kecil, orang sakit, bersama saudara lain” Konst. 2007 art. 11. Para suster SFD adalah insan yang dina, terus berusaha membuka diri terhadap tuntutan dan kebutuhan zaman. Sikap terbuka dan siap berarti memiliki cinta yang mendalam kepada Tuhan dan sesama. Sebagai suster SFD siap dan rela memperbaharui hidup dengan semangat tobat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 mengubah hidup menjadi lebih baik. Keterbukaan terhadap kebutuhan zaman menuntut kerelaan untuk tidak memilih kesenangan pribadi namun lebih mengutamakan kepentingan umum SFD, 2007: 19. Meneladan Yesus Kristus berarti mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus Kristus berarti berani hidup dalam, seperti, dengan, dan bersama Yesus Kristus. Keprihatinan Yesus menjadi keprihatinan SFD. Adapun misi yang diemban oleh SFD berkaitan dengan Injil Lukas, adalah: “Menyampaikan kabar suka cita injili kepada semua orang yang menderita dan miskin” bdk. Luk 4:18-19. Teks Injil di atas menegaskan bahwa tujuan dari Roh Allah yang dicurahkan kepada Yesus adalah untuk keselamatan semua orang, terutama orang-orang lemah, sakit, dan miskin. Yesus yang diurapi sebagaimana ditampilkan oleh nabi Yesaya membawa sebuah visi dan misi pelayanan yakni mewartakan Kerajaan Allah. Arah misi Yesus adalah memberitakan pembebasan bagi para tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Kedatangan-Nya memberikan karunia istimewa kepada orang yang percaya kepada-Nya. Arah misi Yesus ini, sejak awal sudah mewarnai karya pelayanan kongregasi SFD dalam menjawab kebutuhan masyarakat seraya meneladan Sang Guru sejati yaitu Yesus Kristus. SFD hadir di tengah-tengah masyarakat, terutama yang menderita, kecil, lemah, miskin, tertindas, dan difabel KLMTD. Keprihatinan terhadap mereka ini diwujudkan dengan mendampingi mereka, mendekati mereka dengan penuh cinta dan kerahiman hati, berjalan bersama, mendengarkan keluh kesah, dan menjadi sahabat SFD, 2007:20. Supaya hal ini 55 dapat terwujud dengan baik, dibutuhkan suatu sikap berani meninggalkan segala sesuatu demi melayani sesama yang membutuhkan Luk 9:59-62. Sebagai murid-murid Yesus yang memiliki semangat seperti Santo Fransiskus, para SFD diminta untuk berani juga meninggalkan, kampung halaman, orang tua dan kesenangan pribadi. Semua itu ditinggalkan demi Kristus. Dengan kata lain, visi, misi dan kharisma kongregasi menjadi penggerak dan kekuatan dalam melaksanakan pelayanannya di tengah, Gereja, masyarakat dan dunia.

B. Karya Pelayanan dan Nilai-nilai Rohani dalam Karya Kongregasi SFD 1. Pengertian Pelayanan

Dalam buku kapitel kongregasi SFD disebutkan bahwa pelayanan diartikan sebagai sebuah sarana perpanjangan tangan Tuhan dalam melayani dan mencintai sesama yang sungguh membutuhkan perhatian dan cinta sehingga harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan suka cita Kap, 2011: 90. Menjadi suatu kegembiraan apabila setiap anggota SFD dapat melayani Tuhan yang hadir dalam diri sesama dengan tulus dan penuh suka cita, baik di komunitas, dalam tugas perutusan, pun dalam lingkungan masyarakat sekitar. Jadi, sikap pelayanan perlu diperhatikan sebagai intisari setiap pelayanan Kristus yang melayani. Yang menjadi pokok dalam pelayanan para SFD, yakni mengangkat harkat, martabat dan harga diri seseorang dalam melayani. Pelayanan dalam tugas perutusan merupakan wujud nyata dari cinta dan perhatian terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 sesama yang dilayani para SFD. Sekaligus menjadi gambar dan rupa Allah. Tak terpisahkan dengan apa yang dimulai oleh Allah sediri Kap, 2011: 91. Pelayanan tidak hanya berhenti pada perayaan liturgi di sekitar altar melainkan juga dilaksanakan demi keselamatan umat manusia seluruhnya. Para SFD dituntut untuk menunjukkan pelayanan dengan berbuat sesuatu yang nyata bagi sesama yang miskin dan menderita. Sikap pelayanan SFD berdasar pada sikap pelayanan Yesus sendiri yaitu melayani dengan cinta kasih. Hidup dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan dengan menyadari bahwa segala kemampuan dalam pelayanan adalah pekerjaan Allah sendiri bdk. 2 Kor 3:5; Flp 2:13.

2. Pelayanan dalam Gereja

Pelayanan dalam Gereja merupakan fondasi kokoh yang menyingkapkan tugas dan tanggungjawab serta eksistensi pelayanan Gereja di dunia GS, art 1: 43. Gereja sebagai umat Allah berkat sakramen pembaptisan menyadari diri memiliki tanggungjawab menunaikan tugas dan panggilannya dalam pelayanan Gereja di dunia LG, art 31. Bagi orang yang telah mengalami kelahiran baru di dalam Yesus Kristus, hidupnya tidak akan lepas dari apa yang disebut sebagai pelayanan. Pelayanan menjadi life style atau gaya hidup, dan menjadi nafasnya hingga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Setiap orang yang percaya kepada-Nya dipanggil untuk melayani sesama dengan penuh kasih Gal 5:13. Gereja melanjutkan dan mengambil bagian dalam tritugas Yesus Kristus, yakni tugas sebagai nabi, tugas imami, dan tugas rajawi. Tugas sebagai seorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 nabi adalah ikut mewartakan, dan imami merupakan tugas untuk menguduskan atau perayaan, sedangkan tugas sebagai rajawi dalam bahasa Konsili Vatikan II diartikan sebagai tugas untuk melayani KWI, 1996: 382. Pelayanan Gereja tersebut merupakan tindakan nyata dari tri tugas Yesus Kristus sendiri. Tugas pelayanan yang dipilih disesuaikan dengan talenta dan karunia Roh yang kita miliki; tak ada pelayanan yang tidak penting di hadapan Tuhan, semuanya penting dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Sikap penuh disiplin, tanggungjawab dan setia terhadap tugas pelayanan yang dipercayakan sangat dihargai Tuhan sehingga beroleh kebahagiaan sejati Mat 25:23. Dalam ensiklik Deus Caritas Est, Paus Benediktus XVI, mengungkapkan bahwa Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap ada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia 1 Yoh 4: 16 Benediktus XVI, 2005: 5. Pusat dari iman kristiani adalah tentang kasih Allah. Hal ini telah dipercaya bahwa kasih Allah akan selalu tinggal dan bersama umatnya. Tarekat hidup bakti bersama dengan seluruh anggota Gereja dipanggil untuk melayani Kerajaan Allah. Gerakan pelayanan itu berakar pada pelayanan Yesus Kristus, yakni pelayanan dengan cinta kasih. Pelayanan cinta kasih yang terpancar dalam diri Yesus menyelamatkan dan menyembuhkan banyak orang. Pelayanan yang dilakukan Yesus tidak terlepas dari pelaksanaan kehendak Bapa-Nya. Seperti Yesus yang melaksanakan misi-Nya atas kehendak Bapa, pelayanan yang dilakukan oleh Gereja juga didasarkan pada ketaatan kepada kehendak Allah. Tentang hal ini, Yesus bersabda, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan 58 kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri ” Mat 22:37-39. Kasih berasal dari Allah dan tertuju kepada Allah. Allah senantiasa memanggil para SFD untuk membagikan kasih-Nya kepada sesama, terutama dalam kehadiran- Nya di tengah kemiskinan ketidakberdayaan dan penderitaan orang lemah. Untuk mengenal Dia dan menjumpai Dia dalam diri mereka yang miskin merupakan langkah untuk mencintai- Nya. Rasul Paulus menuliskan, “Inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian ” Flp 1:9. Kasih seperti inilah yang menjadikan hidup semakin terdorong untuk melayani Gereja melalui sesama umat manusia. Sehubungan dengan sikap pelayanan yang dilakukan oleh para suster SFD, dalam Konstitusi art. 40 mengutip tulisan Muder Yohana Yesus MYY: Pendiri kongregasi kita berpendapat bahwa hidup mereka sebagai Peniten seharusnya ditandai oleh ketekunan dan terus giat dalam mengabdi sesama. Mereka yakin, bahwa pencurahan tenaga yang dituntut oleh pekerjaan merupakan suatu cara untuk melupakan diri, mengarahkan diri kepada orang lain, dan dengan demikian mengabdi Tuhan. Dalam pencurahan tenaga itu mereka mengalami, bahwa pekerjaan di mana mereka begitu saling membutuhkan, mempererat ikatan satu sama lain dan menciptakan suasana penuh rasa terima kasih dan rela mengabdi MYY, hal. 19-20, 35. Hal ini ingin menunjukkan bahwa SFD melayani Gereja dengan sungguh- sungguh dan tidak membeda-bedakan. Para SFD mengabdi Tuhan dan sesama mewujudkan cinta kasih dalam pelayanan, membagikan apa yang dimilikinya seperti bakat dan talenta untuk mereka yang miskin dan yang membutuhkan.

3. Pelayanan sebagai Fransiskan

Menjadi seorang yang murah hati bagi Fransiskan adalah keharusan. Santo Fransiskus dalam hidupnya telah menampilkan diri sebagai seorang yang murah 59 hati. Dia menjual harta miliknya dan membagikannya kepada orang miskin di Assisi, meninggalkan cita-citanya menjadi kesatria, dan kemudian menjadi pelayan Injil. “Allah yang menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus yang diikuti secara radikal oleh Fransiskus adalah Allah yang Murah hati. Kitab Suci menyatakan bahwa Allah adalah kasih 1Yoh 4:17. Allah lebih dahulu murah hati, maka pada saatnya manusia pun dituntut pula bermurah hati pada sesama. Pelayanan yang rendah hati dan penuh cinta menjadi ciri hidup sebagai seorang Fransiskan demi kepentingan bersama. Fransiskus dari Assisi menyadari bahwa tugas perutusannya datang dari Allah melalui Gereja yang merupakan lanjutan dari perutusan Yesus. Demikian juga tugas perutusan sebagai Fransiskan, tujuannya sama yaitu ikut ambil bagian dalam penyaluran kasih. “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani” Mrk 10:45. Yesus menunjukkan bagaimana melayani dengan tulus dan rendah hati. Melayani dengan mendahulukan mereka yang betul-betul memerlukan pertolongan. Melayani dengan mendahulukan yang lemah, tanpa mengharapkan imbalan. Sikap Yesus yang rendah hati dalam pelayanan menjadi teladan bagi karya pelayanan Fransiskan termasuk kongregasi SFD. Melayani dengan rendah hati dan meninggikan setiap orang menjadi credo dari SFD Pedoman Pembinaan, 2007:8. Mereka dipanggil menjadi pelayan dalam persaudaraan dan saling menaati karena cinta kasih rohani dengan berusaha hidup menurut semangat Santo Fransiskus supaya mereka tidak salah mempergunakan jabatan dengan menguasai orang lain, melainkan menunaikan tugasnya dengan penuh pengabdian AngTBul, V 9-13. 60 Santo Fransiskus menasehati para pengikutnya supaya dalam melayani sesama dalam persaudaraan, mereka tidak mencari kekuasaan sekalipun sebagai pemimpin. Sebaliknya, supaya tetap rendah hati untuk mengabdi sebagaimana Yesus Kristus yang selalu merendahkan diri-Nya demi kemuliaan Allah Bapa. Pelayanan yang dilakukan oleh kongregasi SFD, baik dalam komunitas, Gereja maupun dalam masyarakat merupakan pengabdian yang tulus iklas kepada Allah. Seorang SFD perlu memiliki kerendahan hati demi kesejahteraan bersama sebagaimana para rasul berani hidup, menjual hartanya dan berbagi kepada yang miskin dan segala sesuatu dijadikan sebagai milik bersama Kis 2:14. Para SFD juga perlu menyiapkan diri supaya siap sedia untuk menerima dengan rendah hati tugas perutusannya. Menjadikan tugas dan tanggungjawab sebagai sebuah sarana perjumpaan dengan Allah lewat orang miskin. Dengan demikian pelayanan dapat dihayati sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan berani melapaskan diri sendiri demi perkembangan Gereja dan masyarakat Kap, 2011: 110-111.

4. Corak Hidup Kongregasi SFD

Sebagai warisan rohani para suster membawa tradisi hidup yang kontemplatif, yang tertutup untuk dunia luar. Mereka merindukan dan meneruskan hal-hal seperti doa brevir malam, masa puasa yang panjang dan mati raga dalam menyiksa diri, sekaligus melayani pada putri asrama van Vooren, 1983: 13-14. Dalam cara hidup para suster yang kontemplatif kurang mendapat perhatian dan tanggapan positif dari pemerintah karena dirasa kurang memberi dampak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI