RELEVANSI SEMANGAT KEDINAAN SANTO FRANSISKUS ASSISI

86 semua orang yang tersingkirkan itu. Karena itulah karya yang tidak selesai harus dilanjutkan sebagai kesatuan karya penyelamatan Allah. Dengan membantu mereka yang difabel maka kongregasi SFD melanjutkan karya itu dan meningkatkannya serta mengembangkannya sehingga semakin banyak orang yang dapat dibantu merasakan kebaikan Tuhan melalui sesama mereka. Jika pandangan medis, sosial dan post-modern hanya memperhatikan unsur fisik, sosial dan kepribadian kaum difabel, maka spiritualitas kedinaan SFD membawa umat dan masyarakat lebih jauh lagi yaitu pada religiositas kaum difabel; martabat keilahian yang juga menjadi anugerah yang diberikan Allah kepada seluruh umat-Nya. Dan pelayanan bagi kaum difabel adalah tindakan menjadi perpanjangan tangan Allah dalam menciptakan kebaikan dan keselamatan bagi manusia dan semesta sebagaimana diteladankan Fransiskus karena dalam Injil telah ditunjukkan betapa banyak karya nyata Kristus yang menjadi sahabat dan penyembuh bagi mereka yang sakit dan difabel. Dari perspektif religius inilah semangat kedinaan dipahami sebagai sumber inspirasi dan dasar pelayanan bagi kaum difabel.

B. Semangat Kedinaan sebagai Sumber Inpirasi dan Dasar Pelayanan bagi

Kaum Difabel 1. Semangat Kedinaan sebagai Sumber Inspirasi dalam Pelayanan Kedinaan merupakan suatu sikap hidup, dimana harus mampu merendahkan hati dan merendahkan diri dengan rela mendengarkan, serta menyadari bahwa semua karya dan tugas perutusan adalah karya Allah semata bagi manusia. Dan 87 orang-orang terpanggil itu adalah perpanjangan tangan dan hati-Nya untuk menyalurkan berkat bagi mereka yang miskin dan menderita. Dasarnya adalah yang Yesus mencintai orang-orang cacat difabel. Yesus yang mencintai orang-orang cacat atau kaum difabel adalah salah satu tindakan bahwa Dia mau mengangkat orang-orang yang hilang dari masyarakat. Bagi Yesus mereka itu sungguh berharga. Dan inilah yang menjadi misi Yesus ke dunia yakni menyampaikan kabar gembira bagi orang miskin. Memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan tertindas, penglihatan bagi orang buta, dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang Luk 4:18-19. Seluruh isi teks ini mau mengatakan inti pelayan Yesus, yakni mau membawa kabar gembira, seperti Fransiskus Assisi sebagai pembawa suka cita Injil kepada seluruh dunia tanpa ada sekat perbedaan. Ketika di penjara Yohanes meragukan tentang keberadaan Yesus. Maka Yohanes mengirimkan utusannya untuk menanyakan siapakah Yesus itu. Namun Yesus mengirim mereka kembali kepada Yohanes, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik Luk 7:22. Di sini Yesus hadir bagi semua orang, termasuk orang-orang cacat difabel. Salib adalah simbol “penderitaan”, karena penderiaan di salib itu maka Ia mengetahui apa arti menderia bagi manusia. Karena ia sungguh menyatu dengan orang miskin, cacat dan menderita. Maka Ia sungguh-sungguh tahu dan merasakan apa yang diderita manusia yang menderita. Demikian juga dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI