Semangat Kedinaan sebagai Tujuan dan Model Pelayanan bagi Kaum

98 Buah-buah penghayatan kedinaan bermanfaat untuk semua orang di sekitar terlebih bagi mereka yang difabel. Selain itu buahnya juga bermanfaat untuk pelayanan itu sendiri. Melayani dengan hati gembira, tulus dan penuh rasa syukur, maka kepercayaan orang pun terbangun dan yang terpenting mereka merasakan kehadiran Tuhan melalui perhatian dan cinta dalam karya pelayanan suster SFD. Dengan demikian apa yang ditanam oleh SFD dalam karya pelayanan bagi kaum difabel dipupuk oleh penghayatan pada kedinaan hingga menghasilkan buah yang bukan hanya dirasakan oleh orang yang dilayani tetapi juga bermanfaat untuk usaha dan karya SFD itu sendiri. Semua ini semacam siklus tidak berhenti yakni menanam karya, tumbuh, dipupuk dan kemudian berbuah. Buah ini juga bisa menyuburkan tanah tempat tanam dan dirasakan manisnya oleh banyak orang terutama mereka yang mengalami difabilitas. Siklus ini menjadi cara bagaimana mempertahankan kualitas pelayanan kepada kaum difabel. Dengan mengenal siklus karyanya, SFD dapat memberikan pelayanan sehingga mereka yang dilayani merasakan Tuhan menjadi Bapa yang sungguh-sungguh peduli pada mereka.

E. Usaha Meningkatkan Pelayanan dalam Tugas Perutusan

Berbicara tentang usaha meningkatkan pelayanan dan perutusan tentu saja tidak terhindarkan dari kemajuan zaman. Namun juga tetap memperhatikan penghayatan kedinaan dalam pelayanan. Keduanya harus berjalan seimbang dalam meningkatkan pelayanan dan perutusan di tengah-tengah masyarakat dan Gereja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Meningkatkan mutu pelayanan dengan konteks saat ini berarti juga harus memanfaatkan apa yang ada saat ini sebagai bagian dari peningkatan mutu. Misalnya pelayanan bagi mereka yang difabel dapat menggunakan teknologi yang sekiranya cocok dengan kebutuhan mereka yang difabel. Dalam dinamika bersama dan renungan atau pelajaran dapat menggunakan media audio atau visual sesuai dengan situasi atau keberadaan difabilitas. Sebagai contoh pada beberapa siaran TVRI sering ditampilkan dalam berita penyampaian berita dengan bahasa isyarat untuk penyandang difabilitas tuna rungu. Hal ini tentu saja sangat berguna bagi mereka yang menyandang difabilitas tuna rungu. Mereka dapat mengerti berita yang disampaikan. Hal ini tentu saja menjadi contoh yang baik dalam peningkatan mutu SFD dalam bidang difabilitas. Menjadikan media sebagai sarana untuk mendekatkan Kristus kepada semua orang terutama kepada mereka yang dijauhi, dan tidak diperhatikan karena mengalami keterbatasan secara fisik dan mental. Melalui media, mereka yang difabel merasa bahwa Bapa adalah juga Bapa bagi mereka karena mereka sama seperti orang normal lainnya yaitu dapat memanfaatkan teknologi dan menikmatinya. Usaha untuk menyesuaikan pelayanan dengan zaman dilakukan dengan mendasarkan diri pada visi yang ada yakni “Persekutuan membangun persaudaraan yang mengimani bahwa Tuhan adalah Bapa semua orang, mencintai dan meninggikan setiap orang”. Dengan demikian segala usaha dapat lebih terarah. 100 Namun tentu saja segala usaha yang dilakukan harus tetap mendasar pada penghayatan kedinaan. Keduanya harus berjalan bersama-sama. Di sanalah kekuatan perutusan berasal dan berkembang. Dengan menghayati kedinaan usaha menggunakan media modern dalam peningkatan pelayanan merupakan gerakan yang berisi dan memiliki kekuatan rohani.

F. Life Story Suster SFD yang Melayani Kaum Difabel

Dari beberapa suster yang ditanyakan tentang pendapat dan pengalaman mereka dalam melayani kaum difabel di sekolah dan asrama SLB-C melalui hand phone dan email, tentang karya kongregasi di bidang difabel, semangat yang menjiwai mereka dalam melayani, visi dan misi SFD yang berkaitan dengan difabel, arti dari kedinaan, sampai pada hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam pelayanan seturut semangat Fransiskan, maka penulis menyimpulkannya. 1. Bagaimana pendapat suster tentang karya kongregasi dalam karya pelayan bagi kaum difabel? Karya pelayanan bagi kaum difabel merupakan karya yang sangat relevan di zaman ini, karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini. Melihat kenyataan bahwa anak-anak difabel bukannya berkurang tetapi semakin bertambah jumlahnya. Hal ini dapat dilihat di tempat karya pelayanan SFD. Di mana masih ada beberapa orang tua yang selalu menunggu untuk mendapat tempat di sekolah dan asrama bagi anak-anak mereka, terutama bagi anak laki- laki. Karya pelayanan bagi kaum difabel juga merupakan karya yang sesuai dengan semangat kongregasi yang memilih namanya sebagai Suster Fransiskus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Dina. Hal ini tentu terinspirasi dari semangat Santo Fransiskus Assisi yang mencintai segala mahluk di bumi yang bukan hanya manusia saja tetapi juga hewan dan segala tumbuh-tumbuhan. Selain itu, Santo Fransiskus juga menyadari bahwa semua ciptaan adalah saudara-saudari dan anak-anak Allah yang secitra dengan-Nya dan karena itu mau mengangkatnya. Dengan satu Bapa dan satu sumber hidup, maka harus saling mencintai dan menerima satu dengan yang lain sebagai sesama. Pada zaman itu dikisahkan bahwa, Santo Fransiskus bertemu dengan orang kusta dan mencium dia yang menderita itu, karena dalam diri orang kusta itu, Fransiskus melihat wajah Allah. Maka tak perlu diragukan bahwa Santo Fransiskus pun pasti juga sangat mencintai anak-anak difabel, melayani dan meninggikan mereka dengan penuh cinta serta kerendahan hati. Jadi Suster SFD yang menamakan diri sebagai Suster Fransiskus Dina diharapkan ikut serta untuk mengangkat martabat hidup anak-anak difabel itu dengan mendampingi mereka, merawat mereka, mendidik dan membekali mereka keterampilan hidup terutama kemandirian dalam mengurus diri sendiri sehingga dapat bersosialisasi dengan santun di tengah keluarga dan masyarakat. 2. Bagaimana pendapat suster lain yang suster dengar tentang karya pelayanan kongregasi di bidang difabel? Pertama-tama mereka merasa kagum dan bangga mempunyai karya pelayanan seperti yang disampaikan di atas. Suster SFD dapat menyalurkan dan membagikan kasihnya kepada Tuhan dengan melayani dan memberi perhatian 102 kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus. Secara umum mereka menilai positif dan mendukung karya pelayanan ini dengan cara hadir atau berkunjung di tempat anak-anak difabel ini atau ikut terlibat untuk melayani mereka dengan kesiapan secara lahir batin bila mendapat tugas perutusan dari kongregasi. Namun masih ada juga yang belum siap bila mendapat tugas perutusan dalam karya ini. Karya pelayanan ini cocok dengan semangat kedinaan kongregasi SFD, bahwa semua ciptaan Allah adalah saudara dan anak Allah yang secitra dengan Allah. 3. Spiritualitas Fransiskan manakah yang menyinggung tentang karya difabel Semangat kedinaan dari Santo Fransiskus dan rasa cintanya terhadap orang kusta, menjadi inspirasi bagi SFD. Bagi Santo Fransiskus, dalam diri orang kusta itu Allah. Karena itu, Santo Fransiskus menyadari bahwa Allah yang Mahatinggi dan Mahaluhur sudi hadir dalam diri mereka yang menderita dan dipinggirkan. Hal ini memperdamaikan dia dengan keberadaannya sendiri yang rapuh dan berdosa, dan membuat dia menjadi saudara bagi mereka yang miskin. Dengan menganggap dirinya yang paling hina di antara semua insan, Santo Fransiskus memperoleh mereka bagi Allah yang Mahabaik dan penuh kasih. Oleh karena itu, SFD yang terinspirasi dengan semangat Santo Fransiskus berusaha melayani dengan rendah hati dalam mendidik dan membimbing serta mengupayakan hidup mereka. SFD berjuang mengangkat harkat dan martabat anak-anak difabel sebagai salah satu peruwujudan dari semangat kedinaan. Anak- anak difabel ini, dalam banya k hal adalah “orang-orang kecil, lemah, dan