92
b. Keharmonisan Dalam Keluarga 1 Hasil Penelitian
Mengenai keharmonisan dalam keluarga, sebagaimana dalam wawancara dengan 10 responden ditemukan fakta bahwa semuanya berjalan dengan baik,
karena adanya sikap saling memaafkan, mengampuni, mengalah, juga ada kerinduan untuk selalu ada bersama dengan keluarga. R6 mengungkapkan bahwa
hubungan dalam keluarga selama ini baik, meskipun kadang ada konflik. Namun konflik tersebut selalu diusahakan untuk diselesaikan dengan baik Lampiran 2:
16. R5 menegaskan bahwa mengesampingkan ego adalah solusi yang tepat, karena jika tidak maka masalahnya akan semakin bertambah rumit Lampiran 2:
13. R4 menyebutkan bahwa bertengkar dan beda pendapat itu hal yang wajar, karena pola pikir dan latar belakang budaya pasti berbeda Lampiran 2: 10. R3
menggambarkan bahwa semakin bertambahnya usia perkawinan, relasi kedekatan semakin mendalam. Gambaran pernyataan tersebut dapat dibaca pada kutipan di
bawah ini: Ketika usia perkawinan semakin bertambah kami merasa semakin dekat
dan semakin mengenal satu sama lain. Relasi yang dibangun semakin dekat ini, membuat kami selalu merasa aman dan damai dalam
membangun keluarga. Kami berusaha untuk mengesampingkan ego demi kebaikan bersama Lampiran 2: 7.
Supaya keharmonisan dalam keluarga selalu terjaga, R2 mengungkapkan bahwa setiap hari selalu ada kerinduan untuk berkumpul bersama dalam keluarga
Lampiran 2: 5. Hal inipun ditegaskan oleh R3 bahwa usaha untuk berkumpul bersama dalam keluarga dilakukan melalui refreshing bersama pada hari libur
Lampiran 2: 8. R5 mengungkapkan bahwa ketika berkumpul bersama selalu
93
terjadi sharing pengalaman atau merencanakan kegiatan apa yang mau dilakukan Lampiran 2: 14. Sedangkan R4 mengatakan bahwa berkumpul bersama dalam
keluarga terjadi juga pada perayaan-perayaan penting. Hal tersebut bisa dilihat pada pernyataan di bawah ini:
Setiap hari kami selau berusha untuk berkumpul bersama. Selain ini pada pada perayaan-perayaan penting seperti ultah perkawinan, ultah
kelahiran, natal, dan Paskah kami rayakan dengan makan bersama. Pada saat kumpul bersama selain makan, ada-ada saja pembicaraan yang
disampaikan, seperti pekerjaan di kantor ataupun pengalaman keseharian. Untuk berdoa bersama dalam keluarga, jarang kami lakukan Lampiran
2: 11.
R6 menegaskan bahwa supaya keharmonisan dalam keluarga terjalin dengan baik, maka sikap yang diambil dalam menyikapi konflik adalah mengalah
dan memberi maaf Lampiran 2: 17, bahkan R8 mengatakan bahwa jika masalah itu terjadi pada hari itu, maka harus diselesaikan pada hari itu juga Lampiran 2:
233. Sedangakn R5 mengungkapkan bahwa dalam membangun keluarga pasti ada tantangan atau konflik. Meminta maaf bukan sesuatu yang sulit, butuh
kerendahan hati dan ketulusan hati untuk melakukan itu. Mengalah adalah jalan terbaik untuk mencapai kebaikkan bersama Lampiran 2: 14.
Memang dalam membangun keluarga, selalu saja ada persolan yang cukup mengganggu keharmonisan dalam keluarga. R7 mengatakan bahwa persoalan
terberat yang mengganggu keharmonisan dalam keluarga adalah ketidakjujuran dan ketidakterbukaan dalam berkomunikasi, apalagi disinyalir ada orang ke tiga
yang hadirnya dalam perkawinan Lampiran 21: 20. R1 juga menyatakan bahwa berkurangnya intensitas komunikasi, maka muncul kecurigaan. Hal ini bisa dilihat
pada kutipan di bawah ini:
94
Hubungan atau relasi yang terjadi selama ini khusunya beberapa tahun terakhir ini, cukup mengganggu. Persoalannya adalah kurangnya
komunikasi dalam hal ini adalah kurang memberi informasi atau bercerita tentang kegiatan apapun ketika berada di tempat tugas sehingga
menimbulkan kecurigaan Lampiran 2: 2.
R9 mengatakan bahwa persoalan yang menyolok yang mengganggu keharmonisan dalam keluarga adalah perbedaan budaya, sehingga membutuhkan
usaha untuk menyatukan dua budaya yang berbeda Lampiran 2: 26. R10 mengatakan bahwa ada masalah mengenai minimnya waktu untuk berkumpul
bersama, dikarenakan kesibukan bekerja, dan tidak ada kesediaan untuk memberi informasi. Lampiran 2: 29. Sedangkan R4, R6, dan R8, mengungkapkan bahwa
salah satu faktor penyebab lunturnya keharmonisan dalam keluarga adalah faktor ekonomi Lampiran 2: 11, 17, 23. R3 mengisahkan bahwa gara-gara faktor
ekonomi mereka harus berpisah dalam beberapa bulan. Hal ini bisa dilihat pada kutipan di bawah ini:
Persoalan yang cukup mengganggu keharmonisan adalah faktor ekonomi. Memang ketika awal pernikahan, kami bekerja sebagai honorer. Gaji
yang kami terima tidak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam keterbatasan ekonomi ini, kami juga harus berpikir untuk bagaimana
menyekolahkan anak. Situasi inilah yang memicu konflik dalam keluarga, bahkan kita berpisah dalam beberapa bulan. Faktor yang lain
adalah munculnya sikap cemburu dan curiga yang berlebihan. Situasi ini disebabkan karena tidak ada keterbukaan dari kami dalam membangun
komunikasi Lampiran 2: 8.
Untuk menyikapi setiap persoalan yang mengganggu keharmonisan dalam keluarga R5 menyatakan bahwa perlu adanya sikap saling percaya, apalagi ketika
membangun hubungan jarak jauh. Frekuensi perjumpaan sangat minim maka media handphone menjadi sarana untuk membangun komunikasi, sehingga relasi
tetap terjaga dengan baik Lampiran 2: 14. R9 berpendapat bahwa perlu adanya
95
penyesuaian diri dan tidak memaksakan kehendak Lampiran 2: 26. Sedangkan R3 berpendapat bahwa perlu adanya introspeksi diri ketika ada konflik.
Pernyataan ini dapat dibaca pada kutipan berikut: Ketika ada konflik hal pertama yang kami buat adalah kita saling
introspeksi diri, kami melihat kira-kira munculnya masalah ini karena apa. Setelah itu kami berbicara dari hati ke hati dan kami saling
memaafkan. Kami juga sangat menghargai nilai luhur perkawinan, dan penghargaan ini kami buktikan dengan membangun sikap saling
menghormati, menerima kekuarangan dan kelebihan pasangan kami Lampiran 2: 8.
1
Pembahasan
Membangun rumah tangga yang harmonis memang menjadi impian semua orang. Keluarga yang harmonis tentu ditandai dengan suatu hubungan atau relasi
yang baik yang terjadi melalui meluangkan waktu sejenak di tengah kesibukan untuk berkumpul bersama keluarga di rumah, sambil membagi pengalaman
keseharian di tempat tugas masing-masing. Berkumpul bersama dalam keluarga pada moment-moment penting sekedar untuk merayakan perayaan keluarga,
adalah juga bagian dari cara menciptakan keharmonisan dalam keluarga. Selain itu berjalan-jalan ke tempat rekreasi juga tentu akan membantu mencairkan
suasana agar lebih rileks dari kepenatan bekerja. Secara berkala keluarga perlu melakukan aktivitas di luar rutinitas, misalnya rekreasi. Seringnya kebersamaan
membantu anggota keluarga untuk menumbuhkan pengalaman dan kenangan bersama yang menyatukan dan menguatkan mereka Sri Lestari, 2012: 24-26
Tetapi tidak dipungkiri bahwa di tengah impian itu pasti ada konflik dan pertengkaran. Situasi ini muncul karena berbagai macam faktor yakni; a Faktor
ekonomi yang serba terbatas dengan penghasilan yang minim, apalagi tuntutan
96
hidup terus meningkat, b Ketidaksetiaan dalam perkawinan, karena hadirnya orang ke tiga dalam hidup perkawinan, c Perbedaan budaya yang mempengaruhi
karakter dan pola pikir, d Kesibukan bekerja yang menyebabkan frekuensi perjumpaan sangat minim apalagi komunikasi tidak dibangun secara baik, f
Adanya kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, e Munculnya kesenjangan rohani, di mana keluarga kurang melibatkan Tuhan dalam keluarga melalui doa-
doa keluarga. Untuk mengatasi ini maka perlu meletakkan unsur kasih sebagai dasar
dalam hidup perkawinan, sehingga dengan demikian setiap masalah maupun persoalan yang timbul dapat diselesaikan dengan baik. Setiap masalah yang
timbul biasanya disebabkan karena mutu komunikasi yang kurang seimbang. Masing-masing terlalu mempertahankan ide dan pendapat, sehingga menimbulkan
ketidakharmonisan dalam keluarga. Agar keharmonisan dalam keluarga tetap terjaga, maka setiap anggota keluarga perlu membangun komunikasi yang
seimbang dan bermutu tanpa saling menyakiti satu sama lain. Setiap keluarga juga perlu membangun suatu kesadaran bahwa ketika usia
perkawinan semakin bertambah, maka kualitas atau kedalaman untuk mengenal pasangan harus lebih mendalam. Perlu juga membangun sikap saling percaya,
saling memahami dan saling mengerti satu sama lain kendati rasa sebagai manusia akan tetap ada dalam diri. Masing-masing terus belajar untuk introspeksi diri dan
membangun semangat untuk saling memaafkan, memberi pengampunan dan lebih penting adalah membangun komunikasi yang baik. Kemudian yang paling
penting adalah membangun kesempatan doa bersama dalam keluarga. Melalui doa
97
keluarga, tentu semua anggota keluarga dibawa untuk semakin dekat dengan Tuhan, sehingga meningkatkan keharmonisan dalam keluarga.
C. Pembentukan Karakter dan Iman Anak 1
Hasil Penelitian
Melalui wawancara tentang “pembentukan karakater dan iman anak” dari 10 responden ada sebagian mengatakan tidak mengalami kesulitan, tetapi
sebagian yang lain sedikit mengalami kesulitan karena berbagai macam faktor. Berkaitan dengan pembentukan karakter dan iman anak ini tentunya ada harapan
terbesar dari orang tua terhadap masa depan anaknya. R3 mengharapkan agar kelak anak-anaknya bisa hidup mapan, sukses, mandiri, berkecukupan, bertumbuh
dewasa dan kuat dalam iman Lampiran 2: 8. R4 mengungkapkan agar anak- anaknya bisa mandiri dan kariernya harus lebih baik dari orang tuanya dan tidak
lagi bergantung pada orang tua Lampiran 2: 11. Sedangkan R5 mengharapkan agar anak-anak bisa menjadi orang baik dan hidupnya menjadi berkat bagi orang
lain Lampiran 2: 14. R6 menegaskan bahwa yang terpenting adalah supaya anak semakin beriman Lampiran 2: 17. R8 kembali menegaskan bahwa sebagai orang
tua mereka mengarahkan agar anak bisa meraih masa depannya dengan baik. Hal ini bisa dibaca pada kutipan di bawah ini:
Kami berharap agar anak-anak bisa bahagia dan senang. Apapun keinginan anak, sebagai orang tua kami hanya sebatas mengarahkan dan
mendukung. Memang anak sendiri ingin sekolah yang tinggi dan yakin akan kemampuannya bahkan mau ke luar negeri. Sebagai orang tua kita
hanya sebatas mendukung, dan mendampingi Lampiran 2: 23
Mengenai bentuk pendampingan agar anak bisa menentukan pilihan
hidupnya, menurut R8 adalah dengan mengarahkan, mendampingi dan