xix
DAFTAR SINGKATAN A.
Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia. Luk
Kej Rom
Ef Kol
Flp :
: :
: :
: Lukas
Kejadian Roma
Efesus Kolose
Filipi
B. Singkatan Dokumen Gereja
KGK
GS
FC :
:
: Katekismus Gereja Katolik, dicetak oleh Percetakan Arnoldus
Ende, 1995 Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
tentang Gereja dewasa ini, 7 Desember 1965 Familiaris Consortio. Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia
Modern: Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imam-imam dan Umat beriman seluruh Gereja
Katolik, tanggal 22 November 1981.
xx
C. Singkatan Lain
ARDAS Art
Bdk Dr
DIY IPTEK
PRR KAS
KHK
Kan KK
KWI PIA
PIR Pkl
Prof Pr
Rm RT
RW :
: :
: :
: :
: :
: :
: :
: :
: :
: :
: Arah dasar
Artikel Bandingkan
Doktor Daerah Istimewa Yogyakarta
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Puteri Reinha Rosari
Keuskupan Agung Semarang Kitab Hukum Kanonik Codex Iuris Canonici, diundangkan
oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983 Kanon
Kanon Kepala Keluarga
Konferensi Waligereja Indonesia Pendidikan Iman Anak
Pendampingan Iman Remaja Pukul Waktu
Profesor Praja
Romo Rukun Tetangga
Rukun Warga
xxi St
SJ SK
S1 Vikep
: :
: :
:
SantoSanta Serikat Jesuit
Surat Keputusan Sarjana
Vikaris Episkopalis
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Situasi dunia saat ini, sedang dipengaruhi oleh proses kemajuan pengetahuan dan teknologi IPTEK. Proses kemajuan pengetahuan dan teknologi
tersebut adalah bagian dari modernisasi yang cukup mempengaruhi atau mengubah pola kehidupan bermasyarakat pada umumnya dan keluarga pada
khususnya. Perubahan pola kehidupan dalam masyarakat dan keluarga ini, tentu menghasilkan
pandangan-pandangan kehidupan
yang berbeda.
Melalui modernisasi manusia memandang segala sesuatu secara berbeda dan lebih
rasional. Perkembangan pandangan hidup baru seperti hedonisme, konsumerisme, materialisme dan individualisme nampaknya telah menjadi gaya hidup dalam era
modernisasi ini, yang cukup berpengaruh kuat dalam keluarga-keluarga Kristen. Meskipun perkembangan pengetahuan dan teknologi di era modernisasi ini
membawa banyak perubahan yang cukup membantu manusia dalam segala aspek kehidupan seperti sosial, ekonomi dan budaya. Namun di sisi lain perkembangan
pengetahuan dan teknologi ini berdampak negatif bagi manusia, yakni munculnya pandangan-pandangan baru seperti: hedonisme, konsumersime, materialisme dan
individualisme. Pandangan-pandangan baru ini seakan menekan dan menguasai manusia serta memunculkan kecenderungan untuk mencari kepuasan dan
kenikmatan sesaat. Manusia seakan berpikir bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan hidup, dan cenderung untuk menolak hal-hal yang menyakitkan
2
Hedonisme. Karena tujuan hidupnya adalah untuk mencapai kenikmatan, maka sangat jelas jika manusia lebih senang menjadi pecandu dari suatu produk,
sehingga ketergantungan ini sulit untuk dihilangkan Konsumerisme. Ada rasa yang mendominasi untuk mengejar kekayaan dan hal-hal lainnya yang membuat
manusia menjadi serakah dengan melibatkan banyak resiko Materialisme. Jika manusia sudah mencapai taraf di mana ia merasa segalanya terpenuhi, maka ia
hanya akan mementingkan dirinya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain dan bahkan sampai melupakan kodratnya sebagai makhluk sosial Individualisme.
Situasi ini menandai bahwa manusia pada jaman ini mudah terpengaruh untuk mengejar hal-hal jasmani ketimbang hal-hal rohani, juga pendidikan yang bisa
mengarahkan sesorang kepada kebaikan. Bertolak dari situasi ini setiap orang tua tentu merasa prihatin dan gelisah
karena pandangan-pandangan hidup baru yang telah diuraikan di atas merasuk dalam lingkup keluarga teristimewa kepada anak-anak. Keprihatinan mereka tentu
bertolak dari bagaimana mereka menyaksikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya yang tidak sesuai dengan harapan. Keprihatinan orang tua ini
didasari oleh sebuah tanggungjawab terhadap pembentukan dan pembinaan iman anak. Selain itu keluarga adalah sekolah fundamental bagi anak-anak di bidang
kehidupan sehari-hari FC 37 dan rumah sebagai sekolah yang tepat untuk hidup J. Hardiwiratno, 1994: 23, di mana orang tua hendaknya harus selalu mawas dan
waspada terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Artinya controling orang tua terhadap kehidupan sosial anak-anak dalam lingkungannya
perlu mendapatkan penekanan khusus dari lingkungan keluarga.
3
Orang tua perlu menyadari bahwa pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan karakter dan iman anak. Seorang anak berada
di dalam keluarga sejak ia dikandung, dilahirkan, serta tumbuh menjadi manusia dewasa dan mandiri. Dengan kasih dan keteladanan orang tua sebagai “guru”
pertama dan utama, tahap demi tahap, anak akan mengerti arti hidup Alfonsus Sutarno, 2013: 5. Untuk itu baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan
bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Keteladanan dan kebiasaan yang
diperlihatkan oleh orang tua dalam bersikap dan berperilaku tentu tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Anak akan dengan mudah meniru kebiasaan
hidup orang tua karena memang pada masa perkembangannya, anak selalu ingin meniru.
Sejauh pengamatan yang dilakukan, banyak orang tua di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan dalam kehidupan sehari-harinya
terkadang tidak hanya secara sadar, tetapi juga terkadang secara tidak sadar memberikan contoh yang kurang baik kepada anak-anak, misalnya meminta
bantuan kepada anak tetapi dengan nada mengancam, tidak memberi perhatian dengan mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, kesibukan bekerja
sampai lupa waktu bersama anak di rumah, berbicara kasar pada anak atau menegur anak tidak pada tempatnya, orang tua berkelahi di depan anak-anak,
selalu merasa diri benar dan tidak rendah hati untuk minta maaf pada anak ketika melakukan kesalahan, mengaku serba tahu padahal tidak mengetahui banyak
tentang sesuatu, berpakaian tidak sopan di tempat umum, memberi kasih sayang
4
dengan membeda-bedakan, kurang memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu, tidak pernah menciptakan waktu untuk makan dan berdoa
bersama di rumah, dan sebagainya. Tentunya bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model orang tua seharusnya memberikan
contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan nilai-nilai Kristiani. Namun sayangnya tidak semua orang dapat
melakukannya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, misalnya: orang tua yang sibuk dan bekerja keras siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan materi
anak-anaknya, waktunya dihabiskan di luar rumah, jauh dari keluarga, tidak sempat mengawasi perkembangan anaknya, dan bahkan tidak punya waktu untuk
memberikan bimbingan, sehingga pendidikan iman anak-anak terabaikan. Dalam kasus tertentu juga sering ditemukan sikap dan perilaku orang tua yang keliru
dalam memperlakukan anak, misalnya orang tua membiarkan anak-anaknya berjam-jam bahkan berhari-hari berada di luar rumah tanpa kontrol. Anak merasa
resah gelisah dan tidak betah tinggal di rumah. Di luar rumah anak mencari teman yang dianggapnya dapat memahami dirinya, perasaannya dan keinginannya.
Kegoncangan jiwa anak ini akhirnya dimanfaatkan oleh anak-anak nakal untuk menyeretnya ke dalam sikap dan perilaku yang kurang baik. Sebagian besar
kelompok mereka tidak hanya sering mengganggu ketenangan orang lain seperti melakukan pencurian atau perkelahian, tetapi juga terlibat dalam penggunaan
obat-obat terlarang atau narkoba. Pergi ke tempat-tempat hiburan merupakan kebiasaan mereka. Di kota-kota besar misalnya: ayah, ibu dan anak sangat jarang
bertemu dalam rumah. Ayah dan ibu sibuk dengan tugas mereka masing-masing,
5
tidak mau tahu kehidupan anak. Kesunyian rumah memberikan peluang bagi anak untuk pergi mencari tempat-tempat lain atau apa saja yang memberikan keteduhan
dan ketenangan dalam kegalauan batinnya. Padahal semestinya waktu-waktu tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk
belajar, terlibat dalam kegiatan di lingkungan, dan sebagainya. Beberapa contoh sikap dan perilaku dari orang tua dan juga kasus yang
telah diuraikan di atas tentunya akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan jiwa anak. Orang tua seharusnya menyadari bahwa anak belum memiliki
kemampuan untuk menilai, apakah yang diberikan oleh orangtuanya itu termasuk sikap dan perilaku yang baik atau tidak, sehingga dalam berperilaku hendaknya
orang tua perlu waspada dan berhati-hati karena jika tidak, maka akan terbentuk karakter negatif anak. Untuk itu pola komunikasi orang tua di sini sebaiknya
bersentuhan langsung dengan masalah tipe kepemimpinan orang tua dalam keluarga. Sebagai pemimpin orang tua harus peka dalam membaca apa yang baik
dan tepat untuk masa depan anak. Sebagai pemimpin berarti juga bahwa orang tua menjadi teladan bagi anak-anak. Kata-kata, tindakan, pikiran, dan perasaan orang
tua harus menjadi referensi atau orientasi hidup si anak Alfonsus Sutarno, 2013: 72. Selain itu macam-macam sifat yang harus dimiliki oleh orangtua sebagai
seorang pemimpin dalam keluarga, yaitu ada kekuatan energi jasmani dan rohani, kesadaran akan tujuan dan arah pendidikan anak, antusiasme semangat,
kegairahan, dan kegembiraan yang besar, keramahan dan kecintaan, integritas kepribadian keutuhan, kejujuran, dan ketulusan hati, penguasaan teknik dalam
mendidik anak, ketegasan dalam mengambil keputusan, cerdas, memiliki
6
kepercayaan diri, stabilitas emosi, kemampuan mengenal karakteristik anak, objketif, dan ada dorongan untuk menjadi pribadi yang bisa menyatu dengan anak
dalam keluarga karena pada dasarnya orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Ikatan itu dalam bentuk hubungan emosional antara anak dan orang tua yang
tercermin dalam perilaku. Sebab kehormatan keluarga salah satunya juga ditentukan oleh bagaimana sikap dan perilaku anak dalam menjaga nama baik
keluarga. Lewat sikap dan perilaku anak tentu nama baik keluarga dipertaruhkan. Kiranya perlu ditegaskan di sini bahwa kepribadian dan perbedaan latar
belakang orang tua suami-istri, bapak-ibu bisa menjadi persoalan utama komunikasi. Ada dua penyebab utama yakni internal dan eksternal. Penyebab
internal bisa berupa perbedaan karakter maupun belum dewasanya sikap salah satu atau kedua pasangan suami-istri dalam membina keluarga. Ketidakdewasaan
itu antara muncul dalam sikap suka menuntut, tidak menerima dan menghargai keunikan pribadi, menyimpan luka atau trauma masa lalunya sehingga
berpengaruh pula dalam relasi hidup berkeluarga, dan melempar kesalahan kepada pihak lain. Dengan faktor-faktor internal ini menjadikan orang tua belum selesai
dengan dirinya. Atau tegasnya belum siap secara mental untuk menjadi orang tua. Perilaku-perilaku ini sangat berpengaruh pula dalam cara pendampingan dan
pendidikan anak. Ada juga faktor eksternal yang ikut berpengaruh dalam persoalan komunikasi dalam keluarga, misalnya orang tua yang cenderung sibuk
membangun relasi atau komunikasi dengan dunia luar faktor gadget sehingga membuat dia lupa akan dunia keluarganya sendiri. Di atas sudah disinggung
tentang kealpaan orang tua untuk hadir bersama anak karena alasan ekonomi
7
harus tinggal dan bekerja terpisah dari keluarga. Persoalan atau kesulitan komunikasi juga bisa muncul karena perbedaan usia kedua pasangan, perbedaan
latar belakang budaya, pendidikan dan agama. Semua itu sangat berpengaruh pada cara orang tua mendidik dan membesarkan anak dalam keluarga.
Berdasarkan karakteristik, faktor-faktor penyebab macetnya komunikasi sebagaimana dimaksudkan di atas, maka perlu dilakukan tindakan yang konkret
untuk mengatasinya. Tindakan itu harus didukung oleh kesadaran orang tua bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang dapat
mengarahkan anak untuk menghadapi kehidupannya. Komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting dalam membentuk suatu keluarga yang harmonis, di
mana untuk mencapai keluarga yang harmonis, semua anggota keluarga harus didorong untuk saling terbuka dalam mengemukakan pendapat, gagasan,
kemudian saling memahami latar belakang aktivitasnya, serta menceritakan pengalaman-pengalamannya baik yang menyenangkan maupun yang kurang
menyenangkan. Komunikasi orang tua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orang tua yaitu ibu-ayah dan anak yang merupakan jalinan yang mampu
memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan, percaya diri
dalam menghadapi masalah. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik
anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara
orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau
8
nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan
anak. Komunikasi di sini lebih mengarah pada perlindungan orang tua terhadap anak, misalnya peran ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal
pengambilan keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan menerima, sedangkan komunikasi ibu dan anak lebih bersifat pengasuhan
karena kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu lebih kuat, misalnya jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
Setiap keluarga Kristiani perlu menyadari bahwa komunikasi antara orang tua dan anak dalam keluarga merupakan interaksi yang terjadi antara anggota
keluarga dan merupakan dasar dari perkembangan kepribadian dan iman anak. Dalam keluarga orang tua perlu menyadari bahwa anak dibimbing untuk
mengembangkan kemampuan diri dan kreativitasnya serta menyimak nilai-nilai sosial yang berlaku di lingkungan di mana ia berada. Oleh karena itu sesibuk
apapun pekerjaan yang harus diselesaikan oleh orang tua, meluangkan waktu demi pendidikan anak adalah lebih baik. Bukankah orang tua yang bijaksana
adalah orang tua yang lebih mendahulukan pendidikan anak dari pada hanya mengurusi pekerjaan siang dan malam? Lalu bagaimana kesulitan ini bisa
dijembatani? Atau bagaimana komunikasi yang intensif itu dikembangkan dalam keluarga?
Kedua orang tua, suami dan istri perlu mengambil waktu bersama dan berusaha menemukan titik-titik yang menyulitkan mereka berkomunikasi. Jika
keduanya sudah mampu menemukan faktor-faktor penghambat atau penyebab
9
baik internal diri maupun eksternal, maka akan memudahkan mereka menemukan jalan keluar yang terbaik bagi keluarga. Untuk bisa mencapai itu semua, maka
segala ego diri masing-masing pihak harus dikalahkan oleh kepentingan bersama untuk perkembangan karakter anak dalam segala aspek. Keputusan yang diambil
orang tua untuk kebaikan anak itulah yang utama. Sebab anak yang tumbuh dalam keluarga dan lingkungan yang baik, akan tumbuh dan berkembang menjadi anak
yang baik.
B. Rumusan Masalah