67
BAB III PENELITIAN TENTANG DINAMIKA KOMUNIKASI ORANG TUA
DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KARAKTER DAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK
DI PAROKI ADMINISTRATIF SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN
1. Deskripsi Paroki Santo Paulus Pringgolayan
Berdasarkan  buku  Program  Kerja  Paroki  2014:  5-19  dirumuskan mengenai  profil  Paroki  Administratif  Santo  Paulus  Pringgolayan  dan  Keadaan
umat di Paroki Administratif St. Paulus Pringgolayan sebagai berikut:
1. Profil Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan
a. Latar  Belakang  Berdirinya  Paroki  Administratif  Santo  Paulus
Pringgolayan
Perjalanan  sejarah  Paroki  Administratif  Santo  Paulus  Pringgolayan  tentu tidak  dapat  dilepaskan  dari  Paroki  induk  yaitu  Gereja  Santo  Yusuf  Bintaran.
Paroki  Administratif  Santo  Paulus  Pringgolayan  ini  pada  awalnya  masih bergabung dengan Kring Kota Gede, Sekarsuli, Gamelan dan Mantup. Pada waktu
itu wilayah Gedongkuning dalam kegiatan rohani masih bergabung dengan Kring Sorowajan  Paroki  Baciro.  Demikian  pula  wilayah  Pleret  masih  menjadi  bagian
dari Paroki Klodran Bantul. Atas  kebijakan  Rm.  Blasius  Pujaraharja,  Pr  selaku  Pastor  Kepala  Paroki
Santo Yusuf Bintaran sekaligus Vikep DIY yang berkarya pada tahun 1972-1978, memutuskan  bahwa  wilayah  Gedongkuning  masuk  wilayah  Paroki  Santo  Yusuf
Bintaran.  Pada  tanggal  24  Februari  1977  wilayah  Gedongkuning  dan  sekitarnya
68
ditetapkan menjadi Kring sendiri dengan nama pelindungnya yakni Santo Matias. Selanjutnya menyusul wilayah Pleret menjadi bagian dari Paroki Bintaran
Pada  saat  berkarya  Rm.  Blasius  Pudjarahardja,  Pr  bersama  Rm. Budyapranata, Pr dibantu para suster Sang Timur, katekis, kaum muda yang  aktif,
mereka keluar masuk desa untuk menabur benih iman di timor sungai Gajahwong. Daerah tersebut ternyata merupakan lahan yang subur. Banyak katekumen berada
di  wilayah  ini.  Bersama  para  suster  mereka  mengajar  pelajaran  agama  dan  lagu- lagu  yang  menarik  minat  anak-anak.  Banyak  orang  tua  yang  melihat
berlangsungnya pelajaran agama anak-anak tersebut kemudian akhirnya meminta untuk dipermandikan.
Melihat  kenyataan  bahwa  jumlah  umat  semakin  bertambah,  maka timbulah gagasan untuk membangun gereja di kawasan timur sungai Gajahwong.
Gagasan  ini  dilontarkan  berdasarkan  pertimbangan  bahwa  jarak  yang  ditempuh oleh umat di wilayah ini menuju Bintaran cukup jauh dan prospek perkembangan
umat di wilayah ini cukup baik. Gagasan ini selalu disampaikan dalam setiap ada kesempatan  yang  ternyata  memperoleh  tanggapan  yang  menggembirakan  dari
umat.  Berbagai  macam  cara  dan  upayapun  dilakukan  untuk  membangun  sebuah Gereja di wilayah timur sungai Gajahwong yakni: melalui gerakan doa, sarasehan,
dan  kesepakatan  untuk  mengumpulkan  uang,  pencarian  tanah  sekaligus  membeli tanah di dusun  Pringgolayan-di  tengah perkampungan, mengurus ijin  pendirian
Gereja,  dan  pembentukan  panitia  pembangunan.  Akhrinya  pada  tanggal  10 November  1981,  Rm.  Julianus  Sunarka,  SJ  sekarang  Uskup  Purwokerto,
melakukan  peletakkan  batu  pertama  pembangunan  Gereja.  Pada  tanggal  25
69
Januari  1986  setelah  proses  pembangunan  selesai,  maka  bertepatan  dengan  hari raya bertobatnya Santo Paulus, peresmian dan pemberkatan Gereja dilaksanakan.
Pemberkatan dan peresmian Gereja dilakukan oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Yulius  Riyadi  Darmaatmadja,  SJ  dan  Bupati  Kepala  Daerah  Tingkat  II  Bantul
yakni Bapak Murwanto Suprapto. Setelah  memiliki  Gereja  dan  jumlah  umat  semakin  berkembang,  Stasi
Pringgolayan  diangkat  menjadi  Paroki  Administratif  Santo  Paulus  Pringgolayan melalui  Surat  Keputusan  SK  Uskup  Agung  Semarang.  Sejak  berstatus  menjadi
Paroki  Administratif,  maka  semua  kegiatan  administratifnya  berjalan  secara mandiri dan terpisah dari Paroki Santo Yusuf Bintaran.
b. Visi dan Misi Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan