78
keluarga-keluarga  Katolik  untuk  mengetahui  bagaimana  pola  komunikasi  dalam keluarga itu terjadi.
b. Wawancara
Untuk  mendapat  gambaran  yang  lengkap  mengenai  fungsi  pola komunikasi  dalam  pembentukan  kepribadian  dan  iman  anak  dalam  keluarga,
maka  dilakukan  pengumpulan  data  primer  dengan  menggunakan  wawancara mendalam  yang  diarahkan  untuk  menggali  informasi  secara  mendalam  dan
mendasar. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan  oleh  dua  pihak,  yaitu  pewawancara  interviewer  yang  mengajukan
pertanyaan  dan  terwawancara  interviewee  yang  memberikan  jawaban  atas pertanyaan  itu  Moeleong,  2006:  186.  Teknik  ini  digunakan  untuk
mengeksplorasi  informasi  yang  terkait  dengan  fungsi  pola  komunikasi  dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga. Wawancara mendalam
akan  dilakukan  pada  keluarga  Katolik  di  Paroki  Administratif  Santo  Paulus Pringgolayan. Informan yang akan diwawancarai adalah; Keluarga Katolik.
c. Analisis data Study dokumen
Analisis data menurut Bogdan, sebagaimana dikutip oleh Sugoyono 2014: 334  adalah  proses  mencari  dan  menyusun  secara  sistematis  data  yang  diperoleh
dari  hasil  wawancara,  catatan  lapangan,  dan  bahan-bahan  lain,  sehingga  bisa mudah  dipahami  dan  temuannya  dapat  disampaikan  kepada  orang  lain.  Setelah
seluruh  data  diperoleh,  peneliti  akan  menggunakan  teknik  analisis  data  bersifat deskriptif  yang  ingin  menggambarkan  data  tersebut  berdasarkan  fungsi  pola
79
komunikasi  orang  tua  terhadap  pembentukan  kepribadian  dan  iman  anak  dalam keluarga.
d. Dokumentasi
Dalam  penelitian  ini,  peneliti  akan  merekam  wawancara  yang  akan dilakukan dan memotret keadaan yang ada di tempat penelitian. Hal ini dilakukan
agar penliti tidak kehilangan informasi atau data. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, rekaman
atau karya-karya monumental.
8. Variabel Penelitian
Komunikasi  dalam  kehidupan  berkeluarga  merupakan  hal  yang  sangat penting  dalam  membangun  keharmonisan  dalam  keluarga.  Dalam  membangun
kehidupan  komunikasi  dituntut  sebuah  pola  agar  dapat  diterima  oleh  semua anggota  keluarga.  Pola  yang  dibangun  didasarkan  pada  fungsi  pola  komunikasi
orang  tua  terhadap  pembentukan  kepribadian  dan  iman  anak  dalam  keluarga Katolik.
Pentingnya  komunikasi  yang  dibangun  dalam  kehidupan  keluarga  disatu sisi  dapat  membangun  keharmonisan  tetapi  disisi  lain  juga  dapat  membangun
kepribadian  dan  iman  anak.  Membangun  kepribadian  dan  iman  anak  merupakan salah satu aspek dari komunikasi yang baik. Karena komunikasi dapat membentuk
kepribadian  dan  iman  anak  maka  perlu  dibangun  secara  baik  dalam  kehidupan keluarga.
Komunikasi  yang  baik  yang  dibangun  dalam  kehidupan  keluarga    dapat juga  berperan  dalam  membangun  kepribadian  anak.  Kedua  aspek  ini  dapat  juga
80
membantu  dalam  meningkatkan  iman  anak.  Berdasar  keterangan  di  atas,  maka secara skematis variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
No Variabel
Indikator No Item
1. Pola
Komunikasi -
Mampu menjelaskan
apa itu
komunikasi dan
bentuk-bentuk komunikasi yang diketahui.
- Mampu menjelaskan fungsi komunikasi
dalam keluarga. -
Mampu  menjelaskan  seberapa  besar pengaruh  pola  komunikasi  yang  baik
dalam keluarga. -
Mampu  menjelaskan  seberapa  besar usaha
yang dilakukan
dalam membangun komunikasi  yang baik dan
efektif dalam keluarga. 1
2
3
4
2. Keharmonisan
dalam Keluarga
- Menjelaskan  sejauh  mana  hubungan
atau  relasi  yang  terjadi  selama  ini dalam keluarga.
- Menjelaskan  bentuk-bentuk  kebiasaan
yang  baik  yang  selalu  dilakukan  dalam keluarga.
- Mampu  menunjukkan  sikap  ketika
salah  satu  anggota  keluarga  melakukan 5
6
7
81
kesalahan. -
Mampu  menyebutkan  tantangan  atau persoalan
yang menganggu
keharmonisan dalam keluarga. -
Mampu menjelaskan
bagaimana menyikapi persoalan yang mengganggu
keharmonisan dalam keluarga. 8
9
3. Pembentukan
karakter dan
iman anak -
Mampu  menyebutkan  apa  harapan terbesar bagi anak-anak.
- Mampu  menjelaskan  sikap  orang  tua
dalam mendampingi
anak dalam
menentukan pilihan hidup. -
Mampu menunjukkan bentuk peran dan tanggungjawab  orang  tua  terhadap
pembentukan karakter dan iman. -
Mampu  menunjukkan  sikap  terhadap anak yang sedang menghadapi masalah.
- Mampu  menyebutkan    contoh-contoh
keteladanan  dalam  hidup  beriman kepada anak.
10
11
12
13
14
82
9. Instrumen Penelitian
Berdasarkan  variabel  penelitian  di  atas,  maka  dapat  dirumuskan pertanyaan wawancara sebagai berikut:
a. Apa  yang anda ketahui tentang komunikasi? Dan bentuk  komunikasi  apa  saja
yang anda ketahui? b.
Apa yang anda ketahui tentang fungsi komunikasi dalam keluarga? c.
Seberapa  besar  pengaruh  pola  komunikasi  yang  dibangun  dalam  keluarga anda?
d. Cara  atau  usaha  apa  yang  anda  tempuh  untuk  membangun  komunikasi  yang
baik dan efektif kepada suamiistri, anak e.
Sejauh mana hubungan atau relasi yang terjadi selama ini? f.
Apakah  ada  kebiasan  untuk  berkumpul  bersama  dalam  keluarga?  Ketika berkumpul bersama apa yang anda lakukan?
g. Bagaimana  pengalaman  anda,  ketika  salah  satu  dari  anggota  keluarga  anda
melakukan  kesalahan?  Apa  yang  anda  lakukan  dan  apa  yang  dilakukan  oleh anggota keluarga tersebut?
h. Persoalan atau tantangan apa saja yang anda temui atau yang anda alami, yang
cukup mengganggu keharmonisan dalam keluarga? i.
Bagaimana anda menyikapi  setiap persoalan  yang mengganggu keharmonisan keluarga anda?
j. Apa harapan terbesar anda terhadap masa depan anak-anak anda?
k. Bagaimana  sikap  anda  dalam  mendampingi  anak  dalam  menentukan  pilihan
hidup.
83
l. Apa peran dan tanggung jawab anda sebagai orang tua bagi pertumbuhan dan
perkembangan karakter dan iman anak? m.
Bagaimana  sikap  anda  sehubungan  dengan  permasalahan  yang  dihadapi  oleh anak.
n. Seberapa dalam anda memberi contoh penghayatan kehidupan beriman anda?
10. Populasi dan Sampel
Unit  analisis  dari  penelitian  ini  adalah  fungsi  pola  komunikasi  dalam pembentukan  kepribadian  dan  iman  di  lokasi  penelitian.  Populasi  diartikan
sebagai  wilayah  generalisasi  yang  terdiri  atas:  obyeksubjek  yang  mempunyai kualitas  dan  karakteristik  tertentu  yang  ditetapkan  oleh  peneliti  untuk  dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2014: 297. Populasi penelitian ini  adalah  Keluarga  Katolik  di  wilayah  Paroki  Administratif  Santo  Paulus
Pringgolayan.  Dengan  memperhitungkan  keterbatasan  yang  dimiliki  dalam penelitian  ini  terkait  dengan  waktu,  pendanaan  dan  tenaga,  maka  dianggap  perlu
untuk  mengambil  sampel  yang  merupakan  representasi  dari  populasi.  Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah keluarga yang dipilih
dari populasi. Jumlah keluarga yang dipilih adalah 10 keluarga yang tersebar di 10 lingkungan yang berada di 5 wilayah. Masing-masing wilayah akan diacak untuk
memilih  2  lingkungan.  Sedangkan  usia  perkawinan  keluarga  yang  akan diwawancara  adalah  5  sampai  20  tahun.  Dengan  mempelajari  sampel,  peneliti
dapat  menarik  kesimpulan  yang  akan  digeneralisasikan  untuk  populasi  yang diminati.  Untuk  analisis  fungsi  pola  komunikasi  orang  tua  dalam  pembentukan
kepribadian dan iman anak, peneliti mengambil 10 keluarga.
84
11. Teknik Analisis Data
Dalam  pengumpulan  data  peneliti  akan  melakukan  observasi,  wawancara secara  mendalam,  analisis  dokumen  dan  dokumentasi.  Setelah  itu  peneliti
menggunakan  analisis  kualitatif  yaitu  analisis  ulang  yang  dilakukan  dengan memahami  dan  merangkai  data  yang  diperoleh  dan  disusun  secara  sistematis
kemudian  ditarik  kesimpulan.  Penarikan  kesimpulan  dilakukan  dengan menggunakan  cara  berpikir  induktif,  yaitu  cara  berpikir  yang  mendasarkan  pada
hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan secara khusus. Menurut  Bogdam  dan  Bilken  Moleong,  2007:  248  analisis  data  adalah:
upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan
pola,  menemukan  apa  yang  penting  untuk  dipelajari  kemudian  memutuskan  apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Berdasarkan hasil definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah  awal  dari  analisis  data  adalah  mengumpulkan  data.  Hasil  dari  analisis
tersebut  kemudian  diintegrasikan,  menjadi  suatu  informasi  yang  komprehensif yang  menggambarkan  fungsi  pola  komunikasi  orang  tua  terhadap  pembentukan
kepribadian  dan  iman  anak  dalam  keluarga.  Berdasarkan  hasil  ini  kemudian disusun  rekomendasi  yang  bertujuan  untuk  mengoptimalkan  fungsi  komunikasi
dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga.
85
C.  Laporan  dan  Pembahasan  Hasil  Penelitian  Tentang  Model  Komunikasi Dalam  Rangka  Pembentukan  Karakter  dan  Iman  Anak  di  Paroki
Administratif Santo Paulus Pringgolayan
Penulis  melakukan  penelitian  dengan  wawancara,  study  dokumen  dan observasi  yang  terjadi  pada  tanggal  5-14  Desember  2016.  Latar  belakang  dan
situasi  responden  yang  berbeda-beda,  sangat  membantu  penulis  untuk mendapatkan  informasi  dan  data  yang  beraneka  ragam  sesuai  dengan  variabel
yang diteliti. Wawancara  ini  dilakukan  di  Paroki  Administratif  Santo  Paulus
Pringgolayan.  Pelaksanaan  wawancara  ini,  dikondisikan  dengan  situasi  dan keadaan  serta  kesediaan  responden.  Penulis  hanya  menyesuaikan  saja.  Pada
bagian  ini  penulis  akan  memaparkan  hasil  penelitian,  berdasarkan  variabel  yang diteliti  yang  terdiri  dari:  pola  komunikasi,  keharmonisan  dalam  keluarga,
pembentukan karakter dan iman anak.
1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Pola Komunikasi
1 Hasil Penelitian
Melalui  wawancara  dengan  responden,  peneliti  menemukan  fakta  bahwa dari  10  responden  dikatakan  bahwa  pola  komunikasi  dalam  keluarga  berjalan
dengan  baik,  karena  setiap  anggota  keluarga  mau  memberi  waktu,  cinta, perhatian  dan  penghargaan  satu  sama  lain.  Selain  itu  ada  pula  tantangan  dan
hambatan yang cukup mengganggu kelancaran komunikasi dalam keluarga.
86
Menurut  pemahaman  R4  dan  R5  komunikasi  berarti  berbicara,  atau menyampaikan  informasi  atau  pesan  kepada  orang  lain  dan  orang  lain
menerimanya  Lampiran  2:  10,  13.  R10  menyatakan  bahwa  komunikasi  berarti berbagi cerita atau menyampaikan pesan dan kesan kepada orang lain Lampiran.
Menurut  R7  komunikasi  adalah  berbicara  atau  menyampaikan  pendapat  yang melibatkan  sisi  emosi  Lampiran  2:  19.  Sedangkan  bentuk-bentuk  komunikasi
menurut  R1  terdiri  atas  dua  bagian  yakni  komunikasi  verbal  dan  komunikasi nonverbal.  Komunikasi  verbal  terjadi  melalui  kata-kata  atau  berbagi  cerita  dan
komunikasi nonverbal  yang terjadi melalui pelukan dan ciuman Lampiran 2: 1. Sedangkan komunikasi nonverbal menurut R9 ditunjukan melalui menyapa anak,
membangunkan  anak,  bertanya  tentang  kegiatan  anak  di  sekolah.  Komunikasi juga  ditunjukan  melalui  pelukan,  menyuap  anak,  memberi  berkat  di  dahi  atau
bersalaman Lampiran 2: 1. R1  menegaskan  lagi  bahwa  komunikasi  dalam  keluarga  itu  sangat  penting
karena  berfungsi  untuk  menjaga  relasi  antar  suami  istri  dan  anak  agar  selalu terjalin  dengan  baik,  sehingga  keluarga  tetap  harmonis,  aman  dan  damai
Lampiran  2:  1.  Komunikasi  dalam  keluarga  menurut  R10  berfungsi  untuk mengakrabkan seluruh anggota keluarga, menjaga relasi agar terus terjaga dengan
baik.  Dengan  adanya  komunikasi  semua  merasa  diperhatikan,  dicintai,  dikasihi dan saling melengkapi satu sama lain Lampiran 2: 1. Sedangkan R5 berpendapat
bahwa  komunikasi  dalam  keluarga  berfungsi  supaya  apa  yang  diharapkan  bisa tercapai dengan baik, dipahami dan diterima, dengan demikian hubungan dengan
keluarga dapat berjalan dengan harmonis, nyaman dan damai Lampiran 2: 1. R9
87
menambahkan  bahwa  komunikasi  dalam  keluarga  dapat  membangun  keterikatan batin, dan memupuk kasih sayang Lampiran 2: 1.
R1  mengatakan  bahwa  komunikasi  yang  baik  yang  terjadi  dalam  keluarga membawa  pengaruh  yang  cukup  besar  bagi  seluruh  anggota  keluarga.  Hal  ini
dapat dibaca dalam kutipan di bawah ini: Komunikasi  yang  dibangun  dalam  keluarga  itu  sangat  berpengaruh  di
mana  setiap  anggota  keluarga  dapat  menampilkan  dirinya  apa  adanya, merasa diterima, dihargai, merasa senang dan  aman. Memang selama ini
kadang  terjadi  hal  yang  kurang  mengenakkan,  terlebih  ketika  berada  di kantor,  karena  sibuk  dengan  pekerjaan,  kami  tidak  saling  memberi
khabar.  Sehingga  muncul  kecurigaan  yang  berujung  pada  pertengkaran. Hal ini juga menjadi faktor penghambat, ketika kami sebagai suami istri
tidak saling percaya, saling curiga satu sama lain, merasa diabaikan atau diremehkan.  Kemudian  merasa  lebih  betah  di  kantor  ketimbang  cepat
pulang ke rumah Lampiran 2: 1.
Selain  itu  komunikasi  juga  berpengaruh  kepada  anak.  Hal  ini  sangat  jelas diungkapkan oleh R3 dan R8 bahwa anak akan melihat dan mendengar apa yang
dibuat  oleh  orang  tuanya.  Secara  psikologis  akan  terbentuk,  sehingga  apapun pengaruh  negatif  yang  datang  dari  luar  tidak  mempengaruhi  kehidupan  anak.
Tingkah  laku  anak  bisa  jadi  karena  faktor  komunikasi  dari  orang  tuanya Lampiran  2:  7,  22.  R5  menegaskan  bahwa  dengan  adanya  komunikasi  yang
berjalan dengan baik, maka kepribadian dan iman anak akan terbentuk Lampiran 2: 13.
Adapun  faktor  penghambat  sehubungan  dengan  komunikasi ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh R3 dan R4 adalah kadang muncul rasa egois dan ingin  menang sendiri  atau kadang masih  terjadi  adanya perbedaan pendapat,
karena  masing-masing  merasa  paling  benar  Lampiran  2:  7,  10.  Sedangkan  R9 mengatakan  bahwa  perbedaan  budaya  juga  menjadi  faktor  penghambat  dalam
88
berkomunikasi Lampiran 2: 25.  Kemudian R5 dan R10 mengungkapkan bahwa salah  satu  faktor  penghambat  dalam  berkomunikasi  adalah  kesibukan  kerja  yang
menyebabkan  kurangnya  waktu  untuk  berkumpul  bersama  dalam  keluarga Lampiran  2:  13,  28.  Sedangkan  R7  berpendapat    bahwa  sejauh  ini  pengaruh
komunikasi hanya terjadi sebelah pihak saja. Hal ini bisa kita baca pada kutipan di bawah ini:
Sejauh  ini  pengaruhnya  tidak  seefektif  sebagaimana  yang  diharapkan. Muncul jarak yang seolah memisahkan satu sama lain, sehingga anggota
keluarga  yang  lain,  merasa  sulit  untuk  mendekati.  Bahkan  kadang  kami bersikap kasar, apalagi kasar terhadap anak-anak dan kurang memahami
situasi  atau  kondisi  yang  dihadapi  oleh  anak.  Sebagai  orang  tua  juga kadang  kami  tidak  menjadi  sahabat  yang  baik  bagi  anak-anak,  sehingga
kadang anak menjadi protes Lampiran 2: 19.
R6  mengatakan  bahwa  agar  komunikasi  bisa  berjalan  dengan  baik  dan  efektif maka perlu adanya keterbukaan dalam berkomunikasi.  Hal  ini dapat  dilihat  pada
kutipan berikut ini: Supaya tidak ada konflik dalam hidup berkeluarga maka cara yang kami
tempuh  adalah  perlu  adanya  keterbukaan  dan  kejujuran  dalam berkomunikasi.  Misalnya  kalau  marah,  kami  mengatakan  apa  adanya,
karena bagi kami marah adalah salah satu proses untuk saling memahami satu  sama  lain.  Memang  dalam  kenyataan  seringkali  ada  konflik,
sehingga  anak  merekam  dan  menegur  apa  yang  terjadi  dengan  orang tuanya.  Sebagai  orang  tua  kami  merasa  egois,  dan  tidak  bisa  menahan
diri ketika ada sesuatu yang kurang berkenan, sehingga dampaknya anak berani menegur kami Lampiran 2: 16.
R10 berpendapat bahwa agar komunikasi bisa berjalan dengan baik maka perlu  menjaga  kehalusan  dan  kelembutan  dalam  berbicara  agar  tidak  menyakiti
atau  melukai  siapapun  Lampiran  2:  28.  R9  mengatakan  bahwa  ketika menghadapi persoalan salah satu dari anggota keluarga harus bersikap mengalah.
Perihal siapa yang benar dan siapa yang salah, itu urusan kemudian, karena yang
89
terpenting adalah bagaimana mereka saling menerima kelebihan dan kekurangan Lampiran 2: 25. Selanjutnya R4 berpendapat bahwa berkomunikasi perlu adanya
saling percaya, saling mengerti kekurangan dan kelebihan Lampiran 2: 10.
2 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai pola komunikasi, ditemukan  bahwa  komunikasi  berarti  berbicara  atau  mengirim  pesan,
mengungkapkan  gagasan,  pendapat  atau  perasaan  kepada  orang  lain  dan  orang lain menerimanya. Komunikasi merupakan “proses”, maka untuk berkomunikasi
yang  baik  membutuhkan  waktu  dan  kesabaran;  karena  berkomunikasi  tidak sekedar  saling  bicara  dan  mendengar  to  hear,  tetapi  juga  saling  mendengarkan
to listen dengan mengertiAndreas, 2015:1. Bentuk-bentuk komunikasi terdiri atas dua bagian yakni komunikasi verbal
yang  terjadi  melalui  kata-kata  atau  berbicara  dan  komunikasi  nonverbal  yang terjadi  melalui  pelukan,  ciuman,  bersalaman  dan    memberi  berkat.  Fungsi
komunikasi nonverbal adalah sebagai penguat komunikasi verbal. Dalam konteks sikap  dan  perilaku,  pesan  nonverbal  dapat  menerjemahkan  gagasan,  keinginan,
atau  maksud  yang  ada  dalam  hati,  misalnya;  tepuk  tangan,  pelukan,  usapan tangan,  duduk,  dan  berdiri  tegak  mampu  mengekspresikan  gagasan,  keinginan
atau maksud Syaiful Bahri Djamarah, 2014: 115-118. Adapun  fungsi  komunikasi  yang  terjadi  dalam  keluarga  adalah  untuk
menjaga  dan  memperat  hubungan  keluarga  sehingga  bisa  saling  mengenal  agar keutuhan  keluarga  tetap  terjaga  keharmonisannya  dan  terciptanya  kenyamanan
dan  kedamaian.  Ketika  komunikasi  itu  terjaga  dengan  baik,  maka  akan  timbul
90
kedekatan dan keterikatan batin, karena komunikasi itu sendiri merupakan wujud saling mengungkapkan rasa cinta kasih dan kasih sayang.
Komunikasi  yang  baik  yang  terjadi  dalam  keluarga  membawa  pengaruh yang cukup besar bagi seluruh anggota keluarga. Tentunya sebuah keluarga akan
berfungsi  dengan  baik  apabila  di  dalamnya  terdapat  pola  komunikasi  yang terbuka,  ada  sikap  saling  menerima  satu  sama  lain,  saling  mendukung  dan
memberi  rasa  aman  dan  damai.  Kebutuhan  dasar  setiap  anggota  keluarga  seperti kebutuhan dicintai, kebutuhan dimengerti, kebutuhan untuk dipahami, kebutuhan
untuk  diterima  apa  adanya,  kebutuhan  untuk  dipercaya,  kebutuhan  untuk keterlibatan,  dan  kebutuhan-kebutuhan  dasar  lainnya  akan  menentukan  tingkat
keharmonisan dalam keluarga Alfonsus Sutarno, 2013: 30. Komunikasi yang baik dan efektif juga akan membentuk pertumbuhan dan
perkembangan  anak,  baik  dari  segi  psikologis  maupun  dari  segi  iman,  karena secara  otomatis  anak  akan  melihat  dan  mendengar  apa  yang  dibuat  oleh  orang
tuanya, atau bisa dikatakan tingkah laku anak bisa jadi karena faktor komunikasi orang tuanya. Ketika anak lebih gampang terpengaruh dengan situasi negatif dari
luar  maka  bisa  saja  merupakan  kegagalan  orangtua  dalam  menurunkan  nilai rohani  atau  nilai  moral  kepada  anaknya.  Komunikasi  antara  orang  tua  dan  anak
sangat  penting bagi  orang tua dalam upaya melakukan kontrol,  pemantauan, dan dukungan  pada  anak.  Tindakan  orang  tua  ini  dapat  dipahami  secara  positif  dan
negatif  oleh  anak,  tergantung  dari  cara  bagaimana  orang  tua  berkomunikasi  Sri Lestari, 2012: 62.
91
Adapun faktor penghambat sehubungan dengan komunikasi dalam keluarga adalah munculnya  rasa egois  dan ingin  menang  sendiri.  Hal  ini ditandai dengan
adanya  perbedaan  pendapat,  karena  masing-masing  merasa  paling  benar. Perbedaan budaya juga menjadi faktor penghambat dalam berkomunikasi. Selain
itu  kesibukan  dalam  pekerjaan  juga  mengurangi  intensitas  komunikasi  dengan keluarga  karena  kurangnya  waktu  untuk  berkumpul  bersama  dalam  keluarga.
Bahkan  komunikasi  sering  terjadi  hanya  sebelah  pihak  di  mana  muncul  sikap diam  dan  masa  bodoh.  Terjadi  pula  kekerasan  dalam  rumah  tangga  dan  yang
menjadi korban adalah anak-anak. Untuk itu agar komunikasi bisa berjalan dengan baik dan efektif maka perlu
adanya  keterbukaan  dalam  berkomunikasi.  Perlu  juga  membangun  sikap  jujur, terbuka dan kehalusan serta kelembutan dalam berbicara. Sikap mengalah dalam
menghadapi  masalah  dalam  keluarga  bisa  juga  merupakan  solusi  yang  tepat karena  dapat  mengurangi  konflik  dalam  keluarga.  Perihal  siapa  yang  benar  dan
siapa yang salah, itu urusan kemudian, karena yang terpenting adalah bagaimana adanya  saling  menerima  kelebihan  dan  kekurangan,  saling  percaya,  saling
mengerti kekurangan dan kelebihan. Melalui komunikasi  yang terbuka dan jujur, keluarga  dapat  hidup  harmoni.  Kebutuhan  dasar  setiap  anggota  keluarga  seperti
kebutuhan dicintai, kebutuhan dimengerti, kebutuhan untuk dipahami, kebutuhan untuk  diterima  apa  adanya,  kebutuhan  untuk  dipercaya,  kebutuhan  untuk
keterlibatan,  dan  kebutuhan-kebutuhan  dasar  lainnya  akan  menentukan  tingkat keharmonisan dalam keluarga J. Hardiwiratno, 1994:12
92
b. Keharmonisan Dalam Keluarga 1 Hasil Penelitian