78
keluarga-keluarga Katolik untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dalam keluarga itu terjadi.
b. Wawancara
Untuk mendapat gambaran yang lengkap mengenai fungsi pola komunikasi dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga,
maka dilakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan wawancara mendalam yang diarahkan untuk menggali informasi secara mendalam dan
mendasar. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moeleong, 2006: 186. Teknik ini digunakan untuk
mengeksplorasi informasi yang terkait dengan fungsi pola komunikasi dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga. Wawancara mendalam
akan dilakukan pada keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan. Informan yang akan diwawancarai adalah; Keluarga Katolik.
c. Analisis data Study dokumen
Analisis data menurut Bogdan, sebagaimana dikutip oleh Sugoyono 2014: 334 adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga bisa mudah dipahami dan temuannya dapat disampaikan kepada orang lain. Setelah
seluruh data diperoleh, peneliti akan menggunakan teknik analisis data bersifat deskriptif yang ingin menggambarkan data tersebut berdasarkan fungsi pola
79
komunikasi orang tua terhadap pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga.
d. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti akan merekam wawancara yang akan dilakukan dan memotret keadaan yang ada di tempat penelitian. Hal ini dilakukan
agar penliti tidak kehilangan informasi atau data. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, rekaman
atau karya-karya monumental.
8. Variabel Penelitian
Komunikasi dalam kehidupan berkeluarga merupakan hal yang sangat penting dalam membangun keharmonisan dalam keluarga. Dalam membangun
kehidupan komunikasi dituntut sebuah pola agar dapat diterima oleh semua anggota keluarga. Pola yang dibangun didasarkan pada fungsi pola komunikasi
orang tua terhadap pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga Katolik.
Pentingnya komunikasi yang dibangun dalam kehidupan keluarga disatu sisi dapat membangun keharmonisan tetapi disisi lain juga dapat membangun
kepribadian dan iman anak. Membangun kepribadian dan iman anak merupakan salah satu aspek dari komunikasi yang baik. Karena komunikasi dapat membentuk
kepribadian dan iman anak maka perlu dibangun secara baik dalam kehidupan keluarga.
Komunikasi yang baik yang dibangun dalam kehidupan keluarga dapat juga berperan dalam membangun kepribadian anak. Kedua aspek ini dapat juga
80
membantu dalam meningkatkan iman anak. Berdasar keterangan di atas, maka secara skematis variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
No Variabel
Indikator No Item
1. Pola
Komunikasi -
Mampu menjelaskan
apa itu
komunikasi dan
bentuk-bentuk komunikasi yang diketahui.
- Mampu menjelaskan fungsi komunikasi
dalam keluarga. -
Mampu menjelaskan seberapa besar pengaruh pola komunikasi yang baik
dalam keluarga. -
Mampu menjelaskan seberapa besar usaha
yang dilakukan
dalam membangun komunikasi yang baik dan
efektif dalam keluarga. 1
2
3
4
2. Keharmonisan
dalam Keluarga
- Menjelaskan sejauh mana hubungan
atau relasi yang terjadi selama ini dalam keluarga.
- Menjelaskan bentuk-bentuk kebiasaan
yang baik yang selalu dilakukan dalam keluarga.
- Mampu menunjukkan sikap ketika
salah satu anggota keluarga melakukan 5
6
7
81
kesalahan. -
Mampu menyebutkan tantangan atau persoalan
yang menganggu
keharmonisan dalam keluarga. -
Mampu menjelaskan
bagaimana menyikapi persoalan yang mengganggu
keharmonisan dalam keluarga. 8
9
3. Pembentukan
karakter dan
iman anak -
Mampu menyebutkan apa harapan terbesar bagi anak-anak.
- Mampu menjelaskan sikap orang tua
dalam mendampingi
anak dalam
menentukan pilihan hidup. -
Mampu menunjukkan bentuk peran dan tanggungjawab orang tua terhadap
pembentukan karakter dan iman. -
Mampu menunjukkan sikap terhadap anak yang sedang menghadapi masalah.
- Mampu menyebutkan contoh-contoh
keteladanan dalam hidup beriman kepada anak.
10
11
12
13
14
82
9. Instrumen Penelitian
Berdasarkan variabel penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan wawancara sebagai berikut:
a. Apa yang anda ketahui tentang komunikasi? Dan bentuk komunikasi apa saja
yang anda ketahui? b.
Apa yang anda ketahui tentang fungsi komunikasi dalam keluarga? c.
Seberapa besar pengaruh pola komunikasi yang dibangun dalam keluarga anda?
d. Cara atau usaha apa yang anda tempuh untuk membangun komunikasi yang
baik dan efektif kepada suamiistri, anak e.
Sejauh mana hubungan atau relasi yang terjadi selama ini? f.
Apakah ada kebiasan untuk berkumpul bersama dalam keluarga? Ketika berkumpul bersama apa yang anda lakukan?
g. Bagaimana pengalaman anda, ketika salah satu dari anggota keluarga anda
melakukan kesalahan? Apa yang anda lakukan dan apa yang dilakukan oleh anggota keluarga tersebut?
h. Persoalan atau tantangan apa saja yang anda temui atau yang anda alami, yang
cukup mengganggu keharmonisan dalam keluarga? i.
Bagaimana anda menyikapi setiap persoalan yang mengganggu keharmonisan keluarga anda?
j. Apa harapan terbesar anda terhadap masa depan anak-anak anda?
k. Bagaimana sikap anda dalam mendampingi anak dalam menentukan pilihan
hidup.
83
l. Apa peran dan tanggung jawab anda sebagai orang tua bagi pertumbuhan dan
perkembangan karakter dan iman anak? m.
Bagaimana sikap anda sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh anak.
n. Seberapa dalam anda memberi contoh penghayatan kehidupan beriman anda?
10. Populasi dan Sampel
Unit analisis dari penelitian ini adalah fungsi pola komunikasi dalam pembentukan kepribadian dan iman di lokasi penelitian. Populasi diartikan
sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2014: 297. Populasi penelitian ini adalah Keluarga Katolik di wilayah Paroki Administratif Santo Paulus
Pringgolayan. Dengan memperhitungkan keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini terkait dengan waktu, pendanaan dan tenaga, maka dianggap perlu
untuk mengambil sampel yang merupakan representasi dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah keluarga yang dipilih
dari populasi. Jumlah keluarga yang dipilih adalah 10 keluarga yang tersebar di 10 lingkungan yang berada di 5 wilayah. Masing-masing wilayah akan diacak untuk
memilih 2 lingkungan. Sedangkan usia perkawinan keluarga yang akan diwawancara adalah 5 sampai 20 tahun. Dengan mempelajari sampel, peneliti
dapat menarik kesimpulan yang akan digeneralisasikan untuk populasi yang diminati. Untuk analisis fungsi pola komunikasi orang tua dalam pembentukan
kepribadian dan iman anak, peneliti mengambil 10 keluarga.
84
11. Teknik Analisis Data
Dalam pengumpulan data peneliti akan melakukan observasi, wawancara secara mendalam, analisis dokumen dan dokumentasi. Setelah itu peneliti
menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis ulang yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang diperoleh dan disusun secara sistematis
kemudian ditarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang mendasarkan pada
hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan secara khusus. Menurut Bogdam dan Bilken Moleong, 2007: 248 analisis data adalah:
upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting untuk dipelajari kemudian memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Berdasarkan hasil definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data. Hasil dari analisis
tersebut kemudian diintegrasikan, menjadi suatu informasi yang komprehensif yang menggambarkan fungsi pola komunikasi orang tua terhadap pembentukan
kepribadian dan iman anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil ini kemudian disusun rekomendasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi komunikasi
dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga.
85
C. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Model Komunikasi Dalam Rangka Pembentukan Karakter dan Iman Anak di Paroki
Administratif Santo Paulus Pringgolayan
Penulis melakukan penelitian dengan wawancara, study dokumen dan observasi yang terjadi pada tanggal 5-14 Desember 2016. Latar belakang dan
situasi responden yang berbeda-beda, sangat membantu penulis untuk mendapatkan informasi dan data yang beraneka ragam sesuai dengan variabel
yang diteliti. Wawancara ini dilakukan di Paroki Administratif Santo Paulus
Pringgolayan. Pelaksanaan wawancara ini, dikondisikan dengan situasi dan keadaan serta kesediaan responden. Penulis hanya menyesuaikan saja. Pada
bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian, berdasarkan variabel yang diteliti yang terdiri dari: pola komunikasi, keharmonisan dalam keluarga,
pembentukan karakter dan iman anak.
1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Pola Komunikasi
1 Hasil Penelitian
Melalui wawancara dengan responden, peneliti menemukan fakta bahwa dari 10 responden dikatakan bahwa pola komunikasi dalam keluarga berjalan
dengan baik, karena setiap anggota keluarga mau memberi waktu, cinta, perhatian dan penghargaan satu sama lain. Selain itu ada pula tantangan dan
hambatan yang cukup mengganggu kelancaran komunikasi dalam keluarga.
86
Menurut pemahaman R4 dan R5 komunikasi berarti berbicara, atau menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain dan orang lain
menerimanya Lampiran 2: 10, 13. R10 menyatakan bahwa komunikasi berarti berbagi cerita atau menyampaikan pesan dan kesan kepada orang lain Lampiran.
Menurut R7 komunikasi adalah berbicara atau menyampaikan pendapat yang melibatkan sisi emosi Lampiran 2: 19. Sedangkan bentuk-bentuk komunikasi
menurut R1 terdiri atas dua bagian yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal terjadi melalui kata-kata atau berbagi cerita dan
komunikasi nonverbal yang terjadi melalui pelukan dan ciuman Lampiran 2: 1. Sedangkan komunikasi nonverbal menurut R9 ditunjukan melalui menyapa anak,
membangunkan anak, bertanya tentang kegiatan anak di sekolah. Komunikasi juga ditunjukan melalui pelukan, menyuap anak, memberi berkat di dahi atau
bersalaman Lampiran 2: 1. R1 menegaskan lagi bahwa komunikasi dalam keluarga itu sangat penting
karena berfungsi untuk menjaga relasi antar suami istri dan anak agar selalu terjalin dengan baik, sehingga keluarga tetap harmonis, aman dan damai
Lampiran 2: 1. Komunikasi dalam keluarga menurut R10 berfungsi untuk mengakrabkan seluruh anggota keluarga, menjaga relasi agar terus terjaga dengan
baik. Dengan adanya komunikasi semua merasa diperhatikan, dicintai, dikasihi dan saling melengkapi satu sama lain Lampiran 2: 1. Sedangkan R5 berpendapat
bahwa komunikasi dalam keluarga berfungsi supaya apa yang diharapkan bisa tercapai dengan baik, dipahami dan diterima, dengan demikian hubungan dengan
keluarga dapat berjalan dengan harmonis, nyaman dan damai Lampiran 2: 1. R9
87
menambahkan bahwa komunikasi dalam keluarga dapat membangun keterikatan batin, dan memupuk kasih sayang Lampiran 2: 1.
R1 mengatakan bahwa komunikasi yang baik yang terjadi dalam keluarga membawa pengaruh yang cukup besar bagi seluruh anggota keluarga. Hal ini
dapat dibaca dalam kutipan di bawah ini: Komunikasi yang dibangun dalam keluarga itu sangat berpengaruh di
mana setiap anggota keluarga dapat menampilkan dirinya apa adanya, merasa diterima, dihargai, merasa senang dan aman. Memang selama ini
kadang terjadi hal yang kurang mengenakkan, terlebih ketika berada di kantor, karena sibuk dengan pekerjaan, kami tidak saling memberi
khabar. Sehingga muncul kecurigaan yang berujung pada pertengkaran. Hal ini juga menjadi faktor penghambat, ketika kami sebagai suami istri
tidak saling percaya, saling curiga satu sama lain, merasa diabaikan atau diremehkan. Kemudian merasa lebih betah di kantor ketimbang cepat
pulang ke rumah Lampiran 2: 1.
Selain itu komunikasi juga berpengaruh kepada anak. Hal ini sangat jelas diungkapkan oleh R3 dan R8 bahwa anak akan melihat dan mendengar apa yang
dibuat oleh orang tuanya. Secara psikologis akan terbentuk, sehingga apapun pengaruh negatif yang datang dari luar tidak mempengaruhi kehidupan anak.
Tingkah laku anak bisa jadi karena faktor komunikasi dari orang tuanya Lampiran 2: 7, 22. R5 menegaskan bahwa dengan adanya komunikasi yang
berjalan dengan baik, maka kepribadian dan iman anak akan terbentuk Lampiran 2: 13.
Adapun faktor penghambat sehubungan dengan komunikasi ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh R3 dan R4 adalah kadang muncul rasa egois dan ingin menang sendiri atau kadang masih terjadi adanya perbedaan pendapat,
karena masing-masing merasa paling benar Lampiran 2: 7, 10. Sedangkan R9 mengatakan bahwa perbedaan budaya juga menjadi faktor penghambat dalam
88
berkomunikasi Lampiran 2: 25. Kemudian R5 dan R10 mengungkapkan bahwa salah satu faktor penghambat dalam berkomunikasi adalah kesibukan kerja yang
menyebabkan kurangnya waktu untuk berkumpul bersama dalam keluarga Lampiran 2: 13, 28. Sedangkan R7 berpendapat bahwa sejauh ini pengaruh
komunikasi hanya terjadi sebelah pihak saja. Hal ini bisa kita baca pada kutipan di bawah ini:
Sejauh ini pengaruhnya tidak seefektif sebagaimana yang diharapkan. Muncul jarak yang seolah memisahkan satu sama lain, sehingga anggota
keluarga yang lain, merasa sulit untuk mendekati. Bahkan kadang kami bersikap kasar, apalagi kasar terhadap anak-anak dan kurang memahami
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh anak. Sebagai orang tua juga kadang kami tidak menjadi sahabat yang baik bagi anak-anak, sehingga
kadang anak menjadi protes Lampiran 2: 19.
R6 mengatakan bahwa agar komunikasi bisa berjalan dengan baik dan efektif maka perlu adanya keterbukaan dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan berikut ini: Supaya tidak ada konflik dalam hidup berkeluarga maka cara yang kami
tempuh adalah perlu adanya keterbukaan dan kejujuran dalam berkomunikasi. Misalnya kalau marah, kami mengatakan apa adanya,
karena bagi kami marah adalah salah satu proses untuk saling memahami satu sama lain. Memang dalam kenyataan seringkali ada konflik,
sehingga anak merekam dan menegur apa yang terjadi dengan orang tuanya. Sebagai orang tua kami merasa egois, dan tidak bisa menahan
diri ketika ada sesuatu yang kurang berkenan, sehingga dampaknya anak berani menegur kami Lampiran 2: 16.
R10 berpendapat bahwa agar komunikasi bisa berjalan dengan baik maka perlu menjaga kehalusan dan kelembutan dalam berbicara agar tidak menyakiti
atau melukai siapapun Lampiran 2: 28. R9 mengatakan bahwa ketika menghadapi persoalan salah satu dari anggota keluarga harus bersikap mengalah.
Perihal siapa yang benar dan siapa yang salah, itu urusan kemudian, karena yang
89
terpenting adalah bagaimana mereka saling menerima kelebihan dan kekurangan Lampiran 2: 25. Selanjutnya R4 berpendapat bahwa berkomunikasi perlu adanya
saling percaya, saling mengerti kekurangan dan kelebihan Lampiran 2: 10.
2 Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai pola komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi berarti berbicara atau mengirim pesan,
mengungkapkan gagasan, pendapat atau perasaan kepada orang lain dan orang lain menerimanya. Komunikasi merupakan “proses”, maka untuk berkomunikasi
yang baik membutuhkan waktu dan kesabaran; karena berkomunikasi tidak sekedar saling bicara dan mendengar to hear, tetapi juga saling mendengarkan
to listen dengan mengertiAndreas, 2015:1. Bentuk-bentuk komunikasi terdiri atas dua bagian yakni komunikasi verbal
yang terjadi melalui kata-kata atau berbicara dan komunikasi nonverbal yang terjadi melalui pelukan, ciuman, bersalaman dan memberi berkat. Fungsi
komunikasi nonverbal adalah sebagai penguat komunikasi verbal. Dalam konteks sikap dan perilaku, pesan nonverbal dapat menerjemahkan gagasan, keinginan,
atau maksud yang ada dalam hati, misalnya; tepuk tangan, pelukan, usapan tangan, duduk, dan berdiri tegak mampu mengekspresikan gagasan, keinginan
atau maksud Syaiful Bahri Djamarah, 2014: 115-118. Adapun fungsi komunikasi yang terjadi dalam keluarga adalah untuk
menjaga dan memperat hubungan keluarga sehingga bisa saling mengenal agar keutuhan keluarga tetap terjaga keharmonisannya dan terciptanya kenyamanan
dan kedamaian. Ketika komunikasi itu terjaga dengan baik, maka akan timbul
90
kedekatan dan keterikatan batin, karena komunikasi itu sendiri merupakan wujud saling mengungkapkan rasa cinta kasih dan kasih sayang.
Komunikasi yang baik yang terjadi dalam keluarga membawa pengaruh yang cukup besar bagi seluruh anggota keluarga. Tentunya sebuah keluarga akan
berfungsi dengan baik apabila di dalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima satu sama lain, saling mendukung dan
memberi rasa aman dan damai. Kebutuhan dasar setiap anggota keluarga seperti kebutuhan dicintai, kebutuhan dimengerti, kebutuhan untuk dipahami, kebutuhan
untuk diterima apa adanya, kebutuhan untuk dipercaya, kebutuhan untuk keterlibatan, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya akan menentukan tingkat
keharmonisan dalam keluarga Alfonsus Sutarno, 2013: 30. Komunikasi yang baik dan efektif juga akan membentuk pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik dari segi psikologis maupun dari segi iman, karena secara otomatis anak akan melihat dan mendengar apa yang dibuat oleh orang
tuanya, atau bisa dikatakan tingkah laku anak bisa jadi karena faktor komunikasi orang tuanya. Ketika anak lebih gampang terpengaruh dengan situasi negatif dari
luar maka bisa saja merupakan kegagalan orangtua dalam menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya. Komunikasi antara orang tua dan anak
sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua ini dapat dipahami secara positif dan
negatif oleh anak, tergantung dari cara bagaimana orang tua berkomunikasi Sri Lestari, 2012: 62.
91
Adapun faktor penghambat sehubungan dengan komunikasi dalam keluarga adalah munculnya rasa egois dan ingin menang sendiri. Hal ini ditandai dengan
adanya perbedaan pendapat, karena masing-masing merasa paling benar. Perbedaan budaya juga menjadi faktor penghambat dalam berkomunikasi. Selain
itu kesibukan dalam pekerjaan juga mengurangi intensitas komunikasi dengan keluarga karena kurangnya waktu untuk berkumpul bersama dalam keluarga.
Bahkan komunikasi sering terjadi hanya sebelah pihak di mana muncul sikap diam dan masa bodoh. Terjadi pula kekerasan dalam rumah tangga dan yang
menjadi korban adalah anak-anak. Untuk itu agar komunikasi bisa berjalan dengan baik dan efektif maka perlu
adanya keterbukaan dalam berkomunikasi. Perlu juga membangun sikap jujur, terbuka dan kehalusan serta kelembutan dalam berbicara. Sikap mengalah dalam
menghadapi masalah dalam keluarga bisa juga merupakan solusi yang tepat karena dapat mengurangi konflik dalam keluarga. Perihal siapa yang benar dan
siapa yang salah, itu urusan kemudian, karena yang terpenting adalah bagaimana adanya saling menerima kelebihan dan kekurangan, saling percaya, saling
mengerti kekurangan dan kelebihan. Melalui komunikasi yang terbuka dan jujur, keluarga dapat hidup harmoni. Kebutuhan dasar setiap anggota keluarga seperti
kebutuhan dicintai, kebutuhan dimengerti, kebutuhan untuk dipahami, kebutuhan untuk diterima apa adanya, kebutuhan untuk dipercaya, kebutuhan untuk
keterlibatan, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya akan menentukan tingkat keharmonisan dalam keluarga J. Hardiwiratno, 1994:12
92
b. Keharmonisan Dalam Keluarga 1 Hasil Penelitian