Analisis data Study dokumen Pola Komunikasi

78 keluarga-keluarga Katolik untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dalam keluarga itu terjadi.

b. Wawancara

Untuk mendapat gambaran yang lengkap mengenai fungsi pola komunikasi dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga, maka dilakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan wawancara mendalam yang diarahkan untuk menggali informasi secara mendalam dan mendasar. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moeleong, 2006: 186. Teknik ini digunakan untuk mengeksplorasi informasi yang terkait dengan fungsi pola komunikasi dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga. Wawancara mendalam akan dilakukan pada keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan. Informan yang akan diwawancarai adalah; Keluarga Katolik.

c. Analisis data Study dokumen

Analisis data menurut Bogdan, sebagaimana dikutip oleh Sugoyono 2014: 334 adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga bisa mudah dipahami dan temuannya dapat disampaikan kepada orang lain. Setelah seluruh data diperoleh, peneliti akan menggunakan teknik analisis data bersifat deskriptif yang ingin menggambarkan data tersebut berdasarkan fungsi pola 79 komunikasi orang tua terhadap pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga.

d. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti akan merekam wawancara yang akan dilakukan dan memotret keadaan yang ada di tempat penelitian. Hal ini dilakukan agar penliti tidak kehilangan informasi atau data. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, rekaman atau karya-karya monumental.

8. Variabel Penelitian

Komunikasi dalam kehidupan berkeluarga merupakan hal yang sangat penting dalam membangun keharmonisan dalam keluarga. Dalam membangun kehidupan komunikasi dituntut sebuah pola agar dapat diterima oleh semua anggota keluarga. Pola yang dibangun didasarkan pada fungsi pola komunikasi orang tua terhadap pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga Katolik. Pentingnya komunikasi yang dibangun dalam kehidupan keluarga disatu sisi dapat membangun keharmonisan tetapi disisi lain juga dapat membangun kepribadian dan iman anak. Membangun kepribadian dan iman anak merupakan salah satu aspek dari komunikasi yang baik. Karena komunikasi dapat membentuk kepribadian dan iman anak maka perlu dibangun secara baik dalam kehidupan keluarga. Komunikasi yang baik yang dibangun dalam kehidupan keluarga dapat juga berperan dalam membangun kepribadian anak. Kedua aspek ini dapat juga 80 membantu dalam meningkatkan iman anak. Berdasar keterangan di atas, maka secara skematis variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: No Variabel Indikator No Item 1. Pola Komunikasi - Mampu menjelaskan apa itu komunikasi dan bentuk-bentuk komunikasi yang diketahui. - Mampu menjelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga. - Mampu menjelaskan seberapa besar pengaruh pola komunikasi yang baik dalam keluarga. - Mampu menjelaskan seberapa besar usaha yang dilakukan dalam membangun komunikasi yang baik dan efektif dalam keluarga. 1 2 3 4 2. Keharmonisan dalam Keluarga - Menjelaskan sejauh mana hubungan atau relasi yang terjadi selama ini dalam keluarga. - Menjelaskan bentuk-bentuk kebiasaan yang baik yang selalu dilakukan dalam keluarga. - Mampu menunjukkan sikap ketika salah satu anggota keluarga melakukan 5 6 7 81 kesalahan. - Mampu menyebutkan tantangan atau persoalan yang menganggu keharmonisan dalam keluarga. - Mampu menjelaskan bagaimana menyikapi persoalan yang mengganggu keharmonisan dalam keluarga. 8 9 3. Pembentukan karakter dan iman anak - Mampu menyebutkan apa harapan terbesar bagi anak-anak. - Mampu menjelaskan sikap orang tua dalam mendampingi anak dalam menentukan pilihan hidup. - Mampu menunjukkan bentuk peran dan tanggungjawab orang tua terhadap pembentukan karakter dan iman. - Mampu menunjukkan sikap terhadap anak yang sedang menghadapi masalah. - Mampu menyebutkan contoh-contoh keteladanan dalam hidup beriman kepada anak. 10 11 12 13 14 82

9. Instrumen Penelitian

Berdasarkan variabel penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan wawancara sebagai berikut: a. Apa yang anda ketahui tentang komunikasi? Dan bentuk komunikasi apa saja yang anda ketahui? b. Apa yang anda ketahui tentang fungsi komunikasi dalam keluarga? c. Seberapa besar pengaruh pola komunikasi yang dibangun dalam keluarga anda? d. Cara atau usaha apa yang anda tempuh untuk membangun komunikasi yang baik dan efektif kepada suamiistri, anak e. Sejauh mana hubungan atau relasi yang terjadi selama ini? f. Apakah ada kebiasan untuk berkumpul bersama dalam keluarga? Ketika berkumpul bersama apa yang anda lakukan? g. Bagaimana pengalaman anda, ketika salah satu dari anggota keluarga anda melakukan kesalahan? Apa yang anda lakukan dan apa yang dilakukan oleh anggota keluarga tersebut? h. Persoalan atau tantangan apa saja yang anda temui atau yang anda alami, yang cukup mengganggu keharmonisan dalam keluarga? i. Bagaimana anda menyikapi setiap persoalan yang mengganggu keharmonisan keluarga anda? j. Apa harapan terbesar anda terhadap masa depan anak-anak anda? k. Bagaimana sikap anda dalam mendampingi anak dalam menentukan pilihan hidup. 83 l. Apa peran dan tanggung jawab anda sebagai orang tua bagi pertumbuhan dan perkembangan karakter dan iman anak? m. Bagaimana sikap anda sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh anak. n. Seberapa dalam anda memberi contoh penghayatan kehidupan beriman anda?

10. Populasi dan Sampel

Unit analisis dari penelitian ini adalah fungsi pola komunikasi dalam pembentukan kepribadian dan iman di lokasi penelitian. Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2014: 297. Populasi penelitian ini adalah Keluarga Katolik di wilayah Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan. Dengan memperhitungkan keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini terkait dengan waktu, pendanaan dan tenaga, maka dianggap perlu untuk mengambil sampel yang merupakan representasi dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah keluarga yang dipilih dari populasi. Jumlah keluarga yang dipilih adalah 10 keluarga yang tersebar di 10 lingkungan yang berada di 5 wilayah. Masing-masing wilayah akan diacak untuk memilih 2 lingkungan. Sedangkan usia perkawinan keluarga yang akan diwawancara adalah 5 sampai 20 tahun. Dengan mempelajari sampel, peneliti dapat menarik kesimpulan yang akan digeneralisasikan untuk populasi yang diminati. Untuk analisis fungsi pola komunikasi orang tua dalam pembentukan kepribadian dan iman anak, peneliti mengambil 10 keluarga. 84

11. Teknik Analisis Data

Dalam pengumpulan data peneliti akan melakukan observasi, wawancara secara mendalam, analisis dokumen dan dokumentasi. Setelah itu peneliti menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis ulang yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang diperoleh dan disusun secara sistematis kemudian ditarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang mendasarkan pada hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan secara khusus. Menurut Bogdam dan Bilken Moleong, 2007: 248 analisis data adalah: upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting untuk dipelajari kemudian memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Berdasarkan hasil definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data. Hasil dari analisis tersebut kemudian diintegrasikan, menjadi suatu informasi yang komprehensif yang menggambarkan fungsi pola komunikasi orang tua terhadap pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga. Berdasarkan hasil ini kemudian disusun rekomendasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi komunikasi dalam pembentukan kepribadian dan iman anak dalam keluarga. 85 C. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Model Komunikasi Dalam Rangka Pembentukan Karakter dan Iman Anak di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Penulis melakukan penelitian dengan wawancara, study dokumen dan observasi yang terjadi pada tanggal 5-14 Desember 2016. Latar belakang dan situasi responden yang berbeda-beda, sangat membantu penulis untuk mendapatkan informasi dan data yang beraneka ragam sesuai dengan variabel yang diteliti. Wawancara ini dilakukan di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan. Pelaksanaan wawancara ini, dikondisikan dengan situasi dan keadaan serta kesediaan responden. Penulis hanya menyesuaikan saja. Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian, berdasarkan variabel yang diteliti yang terdiri dari: pola komunikasi, keharmonisan dalam keluarga, pembentukan karakter dan iman anak.

1. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Pola Komunikasi

1 Hasil Penelitian Melalui wawancara dengan responden, peneliti menemukan fakta bahwa dari 10 responden dikatakan bahwa pola komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik, karena setiap anggota keluarga mau memberi waktu, cinta, perhatian dan penghargaan satu sama lain. Selain itu ada pula tantangan dan hambatan yang cukup mengganggu kelancaran komunikasi dalam keluarga. 86 Menurut pemahaman R4 dan R5 komunikasi berarti berbicara, atau menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain dan orang lain menerimanya Lampiran 2: 10, 13. R10 menyatakan bahwa komunikasi berarti berbagi cerita atau menyampaikan pesan dan kesan kepada orang lain Lampiran. Menurut R7 komunikasi adalah berbicara atau menyampaikan pendapat yang melibatkan sisi emosi Lampiran 2: 19. Sedangkan bentuk-bentuk komunikasi menurut R1 terdiri atas dua bagian yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal terjadi melalui kata-kata atau berbagi cerita dan komunikasi nonverbal yang terjadi melalui pelukan dan ciuman Lampiran 2: 1. Sedangkan komunikasi nonverbal menurut R9 ditunjukan melalui menyapa anak, membangunkan anak, bertanya tentang kegiatan anak di sekolah. Komunikasi juga ditunjukan melalui pelukan, menyuap anak, memberi berkat di dahi atau bersalaman Lampiran 2: 1. R1 menegaskan lagi bahwa komunikasi dalam keluarga itu sangat penting karena berfungsi untuk menjaga relasi antar suami istri dan anak agar selalu terjalin dengan baik, sehingga keluarga tetap harmonis, aman dan damai Lampiran 2: 1. Komunikasi dalam keluarga menurut R10 berfungsi untuk mengakrabkan seluruh anggota keluarga, menjaga relasi agar terus terjaga dengan baik. Dengan adanya komunikasi semua merasa diperhatikan, dicintai, dikasihi dan saling melengkapi satu sama lain Lampiran 2: 1. Sedangkan R5 berpendapat bahwa komunikasi dalam keluarga berfungsi supaya apa yang diharapkan bisa tercapai dengan baik, dipahami dan diterima, dengan demikian hubungan dengan keluarga dapat berjalan dengan harmonis, nyaman dan damai Lampiran 2: 1. R9 87 menambahkan bahwa komunikasi dalam keluarga dapat membangun keterikatan batin, dan memupuk kasih sayang Lampiran 2: 1. R1 mengatakan bahwa komunikasi yang baik yang terjadi dalam keluarga membawa pengaruh yang cukup besar bagi seluruh anggota keluarga. Hal ini dapat dibaca dalam kutipan di bawah ini: Komunikasi yang dibangun dalam keluarga itu sangat berpengaruh di mana setiap anggota keluarga dapat menampilkan dirinya apa adanya, merasa diterima, dihargai, merasa senang dan aman. Memang selama ini kadang terjadi hal yang kurang mengenakkan, terlebih ketika berada di kantor, karena sibuk dengan pekerjaan, kami tidak saling memberi khabar. Sehingga muncul kecurigaan yang berujung pada pertengkaran. Hal ini juga menjadi faktor penghambat, ketika kami sebagai suami istri tidak saling percaya, saling curiga satu sama lain, merasa diabaikan atau diremehkan. Kemudian merasa lebih betah di kantor ketimbang cepat pulang ke rumah Lampiran 2: 1. Selain itu komunikasi juga berpengaruh kepada anak. Hal ini sangat jelas diungkapkan oleh R3 dan R8 bahwa anak akan melihat dan mendengar apa yang dibuat oleh orang tuanya. Secara psikologis akan terbentuk, sehingga apapun pengaruh negatif yang datang dari luar tidak mempengaruhi kehidupan anak. Tingkah laku anak bisa jadi karena faktor komunikasi dari orang tuanya Lampiran 2: 7, 22. R5 menegaskan bahwa dengan adanya komunikasi yang berjalan dengan baik, maka kepribadian dan iman anak akan terbentuk Lampiran 2: 13. Adapun faktor penghambat sehubungan dengan komunikasi ini sebagaimana yang diungkapkan oleh R3 dan R4 adalah kadang muncul rasa egois dan ingin menang sendiri atau kadang masih terjadi adanya perbedaan pendapat, karena masing-masing merasa paling benar Lampiran 2: 7, 10. Sedangkan R9 mengatakan bahwa perbedaan budaya juga menjadi faktor penghambat dalam 88 berkomunikasi Lampiran 2: 25. Kemudian R5 dan R10 mengungkapkan bahwa salah satu faktor penghambat dalam berkomunikasi adalah kesibukan kerja yang menyebabkan kurangnya waktu untuk berkumpul bersama dalam keluarga Lampiran 2: 13, 28. Sedangkan R7 berpendapat bahwa sejauh ini pengaruh komunikasi hanya terjadi sebelah pihak saja. Hal ini bisa kita baca pada kutipan di bawah ini: Sejauh ini pengaruhnya tidak seefektif sebagaimana yang diharapkan. Muncul jarak yang seolah memisahkan satu sama lain, sehingga anggota keluarga yang lain, merasa sulit untuk mendekati. Bahkan kadang kami bersikap kasar, apalagi kasar terhadap anak-anak dan kurang memahami situasi atau kondisi yang dihadapi oleh anak. Sebagai orang tua juga kadang kami tidak menjadi sahabat yang baik bagi anak-anak, sehingga kadang anak menjadi protes Lampiran 2: 19. R6 mengatakan bahwa agar komunikasi bisa berjalan dengan baik dan efektif maka perlu adanya keterbukaan dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini: Supaya tidak ada konflik dalam hidup berkeluarga maka cara yang kami tempuh adalah perlu adanya keterbukaan dan kejujuran dalam berkomunikasi. Misalnya kalau marah, kami mengatakan apa adanya, karena bagi kami marah adalah salah satu proses untuk saling memahami satu sama lain. Memang dalam kenyataan seringkali ada konflik, sehingga anak merekam dan menegur apa yang terjadi dengan orang tuanya. Sebagai orang tua kami merasa egois, dan tidak bisa menahan diri ketika ada sesuatu yang kurang berkenan, sehingga dampaknya anak berani menegur kami Lampiran 2: 16. R10 berpendapat bahwa agar komunikasi bisa berjalan dengan baik maka perlu menjaga kehalusan dan kelembutan dalam berbicara agar tidak menyakiti atau melukai siapapun Lampiran 2: 28. R9 mengatakan bahwa ketika menghadapi persoalan salah satu dari anggota keluarga harus bersikap mengalah. Perihal siapa yang benar dan siapa yang salah, itu urusan kemudian, karena yang 89 terpenting adalah bagaimana mereka saling menerima kelebihan dan kekurangan Lampiran 2: 25. Selanjutnya R4 berpendapat bahwa berkomunikasi perlu adanya saling percaya, saling mengerti kekurangan dan kelebihan Lampiran 2: 10. 2 Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai pola komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi berarti berbicara atau mengirim pesan, mengungkapkan gagasan, pendapat atau perasaan kepada orang lain dan orang lain menerimanya. Komunikasi merupakan “proses”, maka untuk berkomunikasi yang baik membutuhkan waktu dan kesabaran; karena berkomunikasi tidak sekedar saling bicara dan mendengar to hear, tetapi juga saling mendengarkan to listen dengan mengertiAndreas, 2015:1. Bentuk-bentuk komunikasi terdiri atas dua bagian yakni komunikasi verbal yang terjadi melalui kata-kata atau berbicara dan komunikasi nonverbal yang terjadi melalui pelukan, ciuman, bersalaman dan memberi berkat. Fungsi komunikasi nonverbal adalah sebagai penguat komunikasi verbal. Dalam konteks sikap dan perilaku, pesan nonverbal dapat menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang ada dalam hati, misalnya; tepuk tangan, pelukan, usapan tangan, duduk, dan berdiri tegak mampu mengekspresikan gagasan, keinginan atau maksud Syaiful Bahri Djamarah, 2014: 115-118. Adapun fungsi komunikasi yang terjadi dalam keluarga adalah untuk menjaga dan memperat hubungan keluarga sehingga bisa saling mengenal agar keutuhan keluarga tetap terjaga keharmonisannya dan terciptanya kenyamanan dan kedamaian. Ketika komunikasi itu terjaga dengan baik, maka akan timbul 90 kedekatan dan keterikatan batin, karena komunikasi itu sendiri merupakan wujud saling mengungkapkan rasa cinta kasih dan kasih sayang. Komunikasi yang baik yang terjadi dalam keluarga membawa pengaruh yang cukup besar bagi seluruh anggota keluarga. Tentunya sebuah keluarga akan berfungsi dengan baik apabila di dalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima satu sama lain, saling mendukung dan memberi rasa aman dan damai. Kebutuhan dasar setiap anggota keluarga seperti kebutuhan dicintai, kebutuhan dimengerti, kebutuhan untuk dipahami, kebutuhan untuk diterima apa adanya, kebutuhan untuk dipercaya, kebutuhan untuk keterlibatan, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya akan menentukan tingkat keharmonisan dalam keluarga Alfonsus Sutarno, 2013: 30. Komunikasi yang baik dan efektif juga akan membentuk pertumbuhan dan perkembangan anak, baik dari segi psikologis maupun dari segi iman, karena secara otomatis anak akan melihat dan mendengar apa yang dibuat oleh orang tuanya, atau bisa dikatakan tingkah laku anak bisa jadi karena faktor komunikasi orang tuanya. Ketika anak lebih gampang terpengaruh dengan situasi negatif dari luar maka bisa saja merupakan kegagalan orangtua dalam menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya. Komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting bagi orang tua dalam upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua ini dapat dipahami secara positif dan negatif oleh anak, tergantung dari cara bagaimana orang tua berkomunikasi Sri Lestari, 2012: 62. 91 Adapun faktor penghambat sehubungan dengan komunikasi dalam keluarga adalah munculnya rasa egois dan ingin menang sendiri. Hal ini ditandai dengan adanya perbedaan pendapat, karena masing-masing merasa paling benar. Perbedaan budaya juga menjadi faktor penghambat dalam berkomunikasi. Selain itu kesibukan dalam pekerjaan juga mengurangi intensitas komunikasi dengan keluarga karena kurangnya waktu untuk berkumpul bersama dalam keluarga. Bahkan komunikasi sering terjadi hanya sebelah pihak di mana muncul sikap diam dan masa bodoh. Terjadi pula kekerasan dalam rumah tangga dan yang menjadi korban adalah anak-anak. Untuk itu agar komunikasi bisa berjalan dengan baik dan efektif maka perlu adanya keterbukaan dalam berkomunikasi. Perlu juga membangun sikap jujur, terbuka dan kehalusan serta kelembutan dalam berbicara. Sikap mengalah dalam menghadapi masalah dalam keluarga bisa juga merupakan solusi yang tepat karena dapat mengurangi konflik dalam keluarga. Perihal siapa yang benar dan siapa yang salah, itu urusan kemudian, karena yang terpenting adalah bagaimana adanya saling menerima kelebihan dan kekurangan, saling percaya, saling mengerti kekurangan dan kelebihan. Melalui komunikasi yang terbuka dan jujur, keluarga dapat hidup harmoni. Kebutuhan dasar setiap anggota keluarga seperti kebutuhan dicintai, kebutuhan dimengerti, kebutuhan untuk dipahami, kebutuhan untuk diterima apa adanya, kebutuhan untuk dipercaya, kebutuhan untuk keterlibatan, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya akan menentukan tingkat keharmonisan dalam keluarga J. Hardiwiratno, 1994:12 92

b. Keharmonisan Dalam Keluarga 1 Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

TINJAUAN GEREJA KATOLIK LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL.

1 7 20

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL.

1 11 18

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL.

0 3 33

Upaya peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak.

0 4 153

Pastoral kunjungan keluarga sebagai jalan membantu umat Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan memperkembangkan iman mereka.

1 10 185

Fungsi komunikasi orangtua terhadap pembentukan karakter dan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki Administratif Santo Paulus Pringgolayan Yogyakarta

0 13 160

Bimbingan orang tua terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga Katolik di Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 2 132

Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga Katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 0 157

Peranan doa bersama dalam keluarga Katolik bagi pembentukan karakter remaja di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Yogyakarta - USD Repository

0 3 159

Peranan sakramen perkawinan untuk membentuk kehidupan keluarga Katolik ideal di Lingkungan Paulus Gatak Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta - USD Repository

0 0 158