Brzezińska, 2013. Pegagan juga banyak digunakan sebagai bahan kosmetik karena memiliki aktivitas antibakterial yang terdapat pada kulit Kedzia,
Kozlowska, Furnamowa, Mikolajczak, Kedzia, dan Kozaryn, 2007. Besarnya manfaat dari tanaman pegagan ini maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui adanya aktivitas penangkap radikal bebas 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl DPPH, UV protection, dan antibakteri serta dapat mengetahui
golongan senyawa aktif yang bertanggungjawab terhadap adanya aktivitas penangkap radikal bebas, UV protection, dan antibakteri pada ekstrak etanolik
daun pegagan.
1. Rumusan masalah
a. Apakah ekstrak etanolik daun pegagan memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri? b.
Golongan senyawa apa saja yang bertanggungjawab terhadap aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri pada
ekstrak etanolik daun pegagan?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian terhadap daun pegagan sudah pernah dilakukan oleh Rahman et al. 2013 untuk menguji aktivitas antioksidan
dari ekstrak etanol, ekstrak etanolik 50, dan ekstrak air dari tanaman pegagan menggunakan metode DPPH scavenging activity. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak etanolik 50 memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada ekstrak tanaman lainnya. Penelitian aktivitas antioksidan menggunakan
metode DPPH scavenging activity juga pernah dilakukan oleh Kedzia et al. 2013 menggunakan ekstrak etanolik 30 dan 60.
Tidak hanya aktivitas antioksidan yang mendukung daun pegagan dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik tetapi juga potensi ekstrak pegagan yang telah
diteliti oleh Zaidan 2005 yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan Methycillin Resistant S. aureus MRSA menggunakan metode difusi.
Aktivitas antibakteri juga pernah diteliti menggunakan metode dilusi oleh Kedzia et al. 2013 yang menunjukkan bahwa ekstrak etanolik 30 dapat menghambat
bakteri S. aureus. Penelitian terhadap analisis kualitatif kandungan kimia yang terdapat pada
bagian akar dan daun dari pegagan menggunakan kromatografi lapis tipis juga pernah dilakukan oleh Biradar dan Rachetti 2013 di mana bagian akar dan daun
pegagan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol absolut selama 72 jam. Ekstrak dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis dengan
berbagai sistem fase gerak yaitu metanol : amonium hidroksida 17:3 vv, kloroform : metanol 18:2 vv, kloroform : asam asetat glasial : metanol : air
6:2:2:1 vv, benzena : etil asetat 1:1 vv. Dari penelitian yang sudah ada, sejauh studi pustaka yang telah terkumpul
perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pengumpulan bahan yang diteliti di mana simplisia tanaman pegagan didapat dari B2P2TOOT.
Ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak etanolik 90 vv belum pernah ada penelitian yang melakukan uji aktivitasnya. Selain itu, belum pernah dilakukan
penelitian menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak kloroform : metanol 95:5 vv untuk melakukan skrining senyawa aktif antioksidan, UV
proteksi dan antibakteri. Pada daun pegagan juga belum pernah ada yang melakukan menggunakan metode metode penghambat pemutihan inhibition of
bleaching of �-caroten untuk menguji aktivitas UV protection. Selain itu, belum
pernah dilakukan skrining senyawa aktif antibakteri ekstrak etanolik daun pegagan menggunakan metode bioautografi. Isolasi senyawa aktif pada ekstrak
etanol 90 menggunakan kromatografi kolom dengan cara step gradient chromatography dan menguji aktivitas penangkap radikal bebas menggunakan
metode DPPH, UV protection menggunakan metode inhibition of bleaching of �-
caroten, antibakteri menggunakan metode disc diffusion, dan menguji golongan senyawa isolat aktif yang didapat secara kualitatif belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian