Isolasi dan identifikasi senyawa aktif penangkap radikal bebas dpph, uv protection, dan antibakteri ekstrak bunga kenanga (cananga odorata (lmk.) Hook.F.
Bunga kenanga (Cananga odorata (Lmk.) Hook.F. & Thoms.) adalah salah satu tanaman tradisional khas Indonesia yang digunakan sebagai bahan kosmetik tradisional. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa aktif pada ekstrak bunga kenanga yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhdrazyl (DPPH), UV protection, dan antibakteri.
Bunga kenanga diekstraksi dengan pelarut etanol 90% v/v kemudian dipekatkan hingga membentuk ekstrak. Kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan pada ekstrak bunga kenanga menggunakan fase gerak optimum kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan fase diam silika gel 60 F254. Selanjutnya, dilakukan isolasi senyawa aktif yang dipandu dengan uji aktivitas penangkap radikal DPPH, UV protection dengan metode inhibition of bleaching of
�-carotene, dan antibakteri dengan metode bioautografi kontak. Isolasi senyawa aktif dilakukan dengan kromatografi kolom. Isolat diuji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection dengan metode inhibition of bleaching of �-carotene, dan antibakteri dengan metode disc diffusion. Selanjutnya dilakukan uji identifikasi dengan menggunakan berbagai reagen semprot pada isolat aktif.
Dengan kromatografi kolom, didapatkan hasil 3 isolat. Isolat 1 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas DPPH dan antibakteri. Isolat 2 dan isolat 3 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat 1, isolat 2, dan isolat 3 merupakan senyawa golongan terpenoid. Kata kunci: Bunga kenanga (Cananga odorata), penangkap radikal bebas, UV protection, antibakteri.
(2)
Ylang-ylang or Cananga flower (Cananga odorata (Lmk.) Hook.F. & Thoms.) is used to be Indonesia traditional cosmetic ingredients. This research aimed to isolate and identify active compounds in cananga flower extract that has a free radical scavenging activity 2,2-diphenyl-1-picrylhdrazyl (DPPH), UV protection, and antibacterial.
Cananga flowers extracted using ethanol 90% v/v, then evaporated to form the extract. Extracts of cananga flower separated in the thin layer chromatography (TLC) using optimum mobile phase chloroform : methanol (95: 5 v/v) and stationary phase silica gel 60 F254. The isolation of the active compound guided to DPPH radical scavenging activity test, UV protection with inhibition of bleaching of β-carotene method, and antibacterial with contact bioautografi method. Isolation of active compounds performed by column chromatography. Isolates tested qualitatively using DPPH free radical scavenging activity, UV protection with inhibition of bleaching of β-carotene method, and antibacterial with disc diffusion method. The active isolates was identified using various reagent.
By column chromatography showed 3 isolates. Isolate 1 has DPPH free radical scavenging activity and antibacterial activity. Isolate 2 and isolate 3 have DPPH free radical scavenging activity, UV protection activity, and antibacterial activity. The result showed that isolate 1, isolate 2 and isolate 3 were terpenoid compounds.
Keyword: Cananga flower (Cananga odorata), free radical scavengers, UV protection, antibacterial.
(3)
(4)
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF PENANGKAP RADIKAL BEBAS DPPH, UV PROTECTION, DAN ANTIBAKTERI
EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata (Lmk.)Hook.F. & Thoms.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Surya Adhi Nugraha
NIM: 118114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
i
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF PENANGKAP RADIKAL BEBAS DPPH, UV PROTECTION, DAN ANTIBAKTERI
EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata (Lmk.)Hook.F. & Thoms.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Surya Adhi Nugraha
NIM: 118114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(6)
ii
Persetujuan Pembimbing
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF PENANGKAP RADIKAL BEBAS DPPH, UV PROTECTION, DAN ANTIBAKTERI
EKSTRAK BUNGA KENANGA (Cananga odorata (Lmk.)Hook.F. & Thoms.)
Skripsi yang diajukan oleh :
Surya Adhi Nugraha
NIM: 118114003
telah disetujui oleh
Pembimbing Utama
(7)
iii
(8)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ When I was 5 years old, my mother always told me that happiness was the key to life. When I went to school, they asked me what I wanted to be when I
grew up. I wrote down “happy”. They told me I didn’t understand the assignment, and I told them they didn’t understand life”
John Lennon
Kupersembahkan Skripsi ini untuk: Tuhan yang selalu mendampingi dan memberi kekuatan Keluargaku yang selalu memberikan dukungan Agustine Kurniawaty yang selalu memberikan keceriaan dan dukungan
(9)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang -
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 19 Juni 2015
Penulis
(10)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Surya Adhi Nugraha
Nomor Mahasiswa : 118114003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF PENANGKAP RADIKAL BEBAS DPPH, UV PROTECTION, DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK BUNGA KENANGA (CANANGA ODORATA (LMK.) HOOK.F. & THOMS.)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 2 Agustus 2015 Yang menyatakan
(11)
vii PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Penangkap Radikal Bebas DPPH, UV Protection, dan Antibakteri Ekstrak Bunga Kenanga (Cananga odorata (Lmk.) Hook.F. & Thoms.)” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farnasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, Apt. sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta ilmu dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. sebagai Dosen Penguji atas kritik, saran
dan kesediaannya menguji skripsi ini.
3. Damiana Sapta Candrasari, S.Si, M.Sc. sebagai Dosen Penguji atas kritik,
saran dan kesediaannya menguji skripsi ini.
4. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi
(12)
viii
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
6. Agustine Kurniawaty, Setio Agustin, Elyn Prameswari dan Skolastika
Feranda Wardani atas kerjasama yang telah kita lewati selama proses
penelitian dan penyusunan skripsi.
7. Teman- teman angkatan 2011, atas kerjasama, doa, semangat, kritik dan
sarannya.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kesalahan
dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak. Akhir kata semoga penelitian dan penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Yogyakarta, Juni 2015
(13)
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA S ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
INTISARI ... xxi
ABSTRACT ... xxii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan... 3
2. Keaslian penelitian ... 3
(14)
x
B. Tujuan ... 5
1. Tujuan umum ... 5
2. Tujuan khusus ... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6
A. Kenanga... 6
1. Klasifikasi tanaman ... 6
1. Deskripsi tanaman kenanga... 7
2. Kandungan kimia kenanga ... 7
B. Ekstraksi ... 8
C. Antioksidan ... 8
1. Definisi antioksidan ... 8
2. Metode penangkapan radikal DPPH ... 9
D. UV Protection ... 10
1. Definisi UV protection ... 10
2. Metode inhibition of bleaching of �-carotene ... 11
E. Antibakteri... 12
1. Definisi antibakteri ... 12
2. Metode bioautografi ... 12
3. Metode difusi ... 13
(15)
xi
1. Kromatografi lapis tipis (KLT) ... 13
2. Kromatografi kolom ... 15
G. Keterangan Empiris ... 15
BAB III METODE PENELITIAN... 16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16
B. Bahan dan Materi Penelitian ... 16
1. Bahan penelitian ... 16
2. Alat penelitian ... 17
C. Tata Cara Penelitian ... 17
1. Determinasi sampel ... 17
2. Pengumpulan dan penyiapan bahan ... 17
3. Ekstraksi ... 19
4. Kromatografi lapis tipis ekstrak ... 20
5. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH ... 21
6. Uji kualitatif aktivitas UV protection ... 21
7. Uji kualitatif aktivitas antibakteri... 22
8. Identifikasi golongan senyawa ekstrak ... 25
9. Pembersihan klorofil dengan karbon aktif ... 25
10. Kromatografi kolom ... 25
(16)
xii
12. Uji kualitatif aktivitas UV protection isolat ... 28
13. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat ... 28
14. Identifikasi golongan senyawa isolat ... 30
15. Bagan alur penelitian... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Determinasi Sampel ... 32
B. Pengumpulan dan Penyiapan Bahan ... 32
C. Ekstraksi ... 34
1. Ekstraksi bunga kenanga ... 34
2. Susut pengeringan simplisia dan ekstrak bunga kenanga (C. odorata) . 35 3. Pemerian ekstrak bunga kenanga ... 37
D. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak ... 37
E. Uji Kualitatif Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas DPPH ... 40
F. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection ... 43
G. Uji Kualitatif Aktivitas Antibakteri Metode Bioautografi ... 47
H. Identifikasi Golongan Senyawa Ekstrak ... 49
I. Penghilangan Klorofil Ekstrak Bunga Kenanga dengan Karbon Aktif . 51 J. Kromatografi Kolom ... 54
(17)
xiii
L. Hasil Uji Kualitatif Penangkapan Radikal Bebas DPPH Isolat 1, Isolat 2,
dan Isolat 3 ... 62
M. Uji Kualitatif UV Protection Isolat 1, Isolat 2, dan Isolat 3 ... 64
N. Uji Kualitatif Antibakteri Isolat 1, Isolat 2, dan Isolat 3 ... 65
O. Hasil Identifikasi Golongan Senyawa Isolat 1, Isolat 2, dan Isolat 3 .... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 76
(18)
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak
bunga kenanga dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (2 : 3 v/v)
... 38
Tabel II. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak
bunga kenanga dengan fase gerak etil asetat:asam formiat: asam
asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v) ... 38
Tabel III. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak
bunga kenanga dengan fase gerak kloroform : metanol (7 : 3 v/v) 38
Tabel IV. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak
bunga kenanga dengan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
... 40
Tabel V. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH fase gerak
kloroform:metanol (95 : 5 v/v) ... 42
Tabel VI. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH fase gerak
etil asetat: asam formiat: asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v)
... 42
Tabel VII. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH fase gerak
n-heksana: etil asetat (2:3 v/v) ... 42
(19)
xv
Tabel IX. Hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri dengan bakteri S. aureus .. 47 Tabel X. Hasil uji kualitatif aktivitas antibakteri dengan bakteri E. coli ... 48 Tabel XI. Hasil identifikasi golongan senyawa hasil pemisahan ekstrak pada
berbagai reagen ... 50
Tabel XII. Optimasi fase gerak kromatografi kolom ... 56
Tabel XIII. Pengecekan hasil kromatografi kolom proses 1 dengan fase gerak
n-heksana : kloroform (50 : 50 v/v) ... 58
Tabel XIV. Pengecekan hasil kromatografi kolom proses 2 dengan fase gerak
n-heksana : kloroform (50 : 50 v/v) ... 59
Tabel XV. Pengecekan hasil kromatografi kolom proses 3 dengan fase gerak
n-heksana : kloroform (50 : 50 v/v) ... 59
Tabel XVI. Penggabungan isolat hasil kromatografi kolom ... 60
Tabel XVII. Hasil deteksi isolat 1, isolat 2, dan isolat 3 pada UV 254 nm dan UV
366 nm pada sistem fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) ...
... 61
Tabel XVIII. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal bebas DPPH ekstrak, isolat
1, isolat 2, dan isolat 3 ... 63
Tabel XIX. Hasil uji kualitatif UV protection ekstrak, isolat 1, isolat 2, dan
isolat 3 pada menit ke 15 ... 64
Tabel XX. Hasil uji kualitatif antibakteri amoksisilin, isolat 1, isolat 2, dan
(20)
xvi
Tabel XXI. Hasil identifikasi golongan senyawa isolat 1, isolat 2, dan isolat 3
pada berbagai reagen ... 68
Tabel XXII. Rangkuman hasil uji kualitatif isolat 1, isolat 2, dan isolat 3 ... 69
(21)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reaksi DPPH dengan radical scavengers ... 10 Gambar 2. Struktur senyawa β-karoten ... 12 Gambar 3. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kenanga .
... 38
Gambar 4. Hasil optimasi fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v)... 39
Gambar 5. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH ... 41
Gambar 6. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH pada fase
gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) ... 41
Gambar 7. Optimasi intensitas sinar UV ... 44
Gambar 8. Hasil uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak pada menit ke 15 ... 45
Gambar 9. Hasil uji bioautografi ... 47
Gambar 10. Hasil identifikasi golongan senyawa hasil pemisahan ekstrak pada
berbagai reagen semprot ... 49
Gambar 11. Reaksi antara alumunium chloride dengan senyawa flavonoid membentuk kompleks senyawa yang berfluoresensi lebih terang. . 51
Gambar 12. Hasil penghilangan klorofil dengan karbon aktif ... 52
(22)
xviii
Gambar 14. Pengecekan hasil kromatografi kolom proses 1 menggunakan fase
gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) ... 57
Gambar 15. Deteksi isolat 1, isolat 2, dan isolat 3 pada UV 254 nm dan UV
366 nm ... 61
Gambar 16. Hasil uji kualitatif penangkapan radikal DPPH isolat 1, isolat 2, dan
isolat 3... 62
Gambar 17. Hasil uji kualitatif UV protection isolat1, isolat 2, dan isolat 3 ... 65 Gambar 18. Hasil identifikasi isolat 1 pada berbagai reagen ... 67
Gambar 19. Hasil identifikasi isolat 2 pada berbagai reagen ... 67
(23)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi bunga kenanga (C. odorata) ... 76 Lampiran 2. Gambar sampel penelitian yang digunakan ... 77
Lampiran 3. Perhitungan rendemen ekstraksi ... 78
Lampiran 4. Perhitungan susut pengeringan simplisia bunga kenanga ... 79
Lampiran 5. Perhitungan susut pengeringan ekstrak bunga kenanga ... 81
Lampiran 6. Penguapan air pada ekstrak bunga kenanga dengan perlakuan 1
kilogram batu gamping ... 84
Lampiran 7. Penimbangan ekstrak bunga kenanga untuk kromatografi lapis tipis
(KLT) ... 85
Lampiran 8. Gambar parameter warna yang digunakan dalam uji kualitatif UV
protection ... 86 Lampiran 9. Optimasi intensitas Sinar UV ... 87
Lampiran 10. Sertifikat hasil uji bakteri ... 88
Lampiran 11. Gambar kontrol uji kualitatif antibakteri pada metode bioautografi
... 90
Lampiran 12. Data penimbangan pada tahap penghilangan klorofil ... 91
(24)
xx
Lampiran 14. Data penimbangan pada tahap kromatografi kolom gradien
... 93
Lampiran 15. Hasil Uji Kualitatif UV protection isolat 1, isolat 2, isolat 3 pada
menit ke 15 ... 94
Lampiran 16. Kontrol kontaminasi media dan kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus pada metode disk diffusion ... 96 Lampiran 17.Gambar uji kualitatif antibakteri pada metode disk diffusion dengan
(25)
xxi INTISARI
Bunga kenanga (Cananga odorata (Lmk.) Hook.F. & Thoms.) adalah salah satu tanaman tradisional khas Indonesia yang digunakan sebagai bahan kosmetik tradisional. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa aktif pada ekstrak bunga kenanga yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhdrazyl (DPPH), UV protection, dan antibakteri.
Bunga kenanga diekstraksi dengan pelarut etanol 90% v/v kemudian dipekatkan hingga membentuk ekstrak. Kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan pada ekstrak bunga kenanga menggunakan fase gerak optimum kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan fase diam silika gel 60 F254. Selanjutnya, dilakukan isolasi senyawa aktif yang dipandu dengan uji aktivitas penangkap radikal DPPH, UV protection dengan metode inhibition of bleaching of �-carotene, dan antibakteri dengan metode bioautografi kontak. Isolasi senyawa aktif dilakukan dengan kromatografi kolom. Isolat diuji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection dengan metode inhibition of bleaching of � -carotene, dan antibakteri dengan metode disc diffusion. Selanjutnya dilakukan uji identifikasi dengan menggunakan berbagai reagen semprot pada isolat aktif.
Dengan kromatografi kolom, didapatkan hasil 3 isolat. Isolat 1 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas DPPH dan antibakteri. Isolat 2 dan isolat 3 memiliki aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolat 1, isolat 2, dan isolat 3 merupakan senyawa golongan terpenoid.
Kata kunci: Bunga kenanga (Cananga odorata), penangkap radikal bebas, UV protection, antibakteri.
(26)
xxii ABSTRACT
Ylang-ylang or Cananga flower (Cananga odorata (Lmk.) Hook.F. & Thoms.) is used to be Indonesia traditional cosmetic ingredients. This research aimed to isolate and identify active compounds in cananga flower extract that has a free radical scavenging activity 2,2-diphenyl-1-picrylhdrazyl (DPPH), UV protection, and antibacterial.
Cananga flowers extracted using ethanol 90% v/v, then evaporated to form the extract. Extracts of cananga flower separated in the thin layer chromatography (TLC) using optimum mobile phase chloroform : methanol (95: 5 v/v) and stationary phase silica gel 60 F254. The isolation of the active compound guided to DPPH radical scavenging activity test, UV protection with inhibition of bleaching of β-carotene method, and antibacterial with contact bioautografi method. Isolation of active compounds performed by column chromatography. Isolates tested qualitatively using DPPH free radical scavenging activity, UV protection with inhibition of bleaching of β-carotene method, and antibacterial with disc diffusion method. The active isolates was identified using various reagent.
By column chromatography showed 3 isolates. Isolate 1 has DPPH free radical scavenging activity and antibacterial activity. Isolate 2 and isolate 3 have DPPH free radical scavenging activity, UV protection activity, and antibacterial activity. The result showed that isolate 1, isolate 2 and isolate 3 were terpenoid compounds.
Keyword: Cananga flower (Cananga odorata), free radical scavengers, UV protection, antibacterial.
(27)
1 BAB I
PENGANTAR A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hutan tropis terbesar
kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies
tumbuhan tingkat tinggi dari 250.000 spesies yang ada di muka bumi ini.
Kekayaan alam Indonesia ini bisa dieksplorasi lebih lanjut karena setiap
tumbuhan merupakan sumber bahan kimia hayati (chemical resources) yang dapat diolah menghasilkan bahan kimia berguna (chemical prospective) melalui serangkaian proses lebih lanjut (Ersam, 2004). Metabolit sekunder yang
terkandung pada tumbuhan bersifat spesifik yang artinya tiap tumbuhan memiliki
kekhasan tersendiri. Selain itu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan
memiliki sifat bioaktif sehingga tidak akan pernah habis dan sangat menarik untuk
dieksplorasi. Metabolit sekunder dapat digunakan sebagai lead compounds dalam usaha penemuan dan pengembangan obat baru (Atun, 2010).
Menurut Tranggono (2007) perkembangan kosmetik akhir-akhir ini cukup
pesat, disebabkan karena kosmetik dianggap sudah menjadi salah satu kebutuhan
utama manusia untuk menjaga penampilan fisik. Kosmetik ada berbagai macam
jenis misalnya pelembab, pembersih, pelindung, dan untuk keperluan merias diri.
Alam Indonesia sejak berabad-abad yang lalu memberikan berbagai sumber
perawatan kesehatan termasuk kecantikan. Nenek moyang kita telah meramunya
(28)
ini menjadikan bukti bahwa nenek moyang kita sedari dulu telah mengolah bahan
alam tradisional untuk perawatan kecantikan (Tilaar, 1999). Sediaan kosmetik
diformulasikan untuk mengatasi penuaan dini pada kulit dan kelainan kulit,
seperti munculnya jerawat dan munculnya noda hitam (Tranggono, 2007). Oleh
karena itu, efektivitas kosmetik dapat dilihat dari kemampuannya terhadap
beberapa aspek, yaitu antioksidan, UV protection, dan antibakteri.
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat aktivitas dari
radikal bebas. Antioksidan bekerja dengan cara menghambat reaksi oksidasi.
Apabila reaksi oksidasi ini tidak dihentikan maka akan mengakibatkan kerusakan
sel sehingga sel akan menjadi abnormal (Kim, Lee, Lee, dan Lee, 2002).
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis sehingga
mendapatkan paparan sinar matahari yang tinggi sepanjang tahun. Spektrum sinar
matahari memancarkan energi pada rentang panjang gelombang tertentu.
Spektrum sinar matahari ini disebut gelombang ultraviolet (UV) yang dapat
berdampak buruk bagi kulit dan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya
eritema dan pigmentasi pada kulit manusia (Lim dan Draelos, 2009). Paparan
jangka panjang dari radiasi sinar UV akan menyebabkan timbulnya efek penuaan
dini pada kulit dan kanker kulit. Salah satu cara untuk mengurangi paparan radiasi
sinar UV adalah dengan penggunaan tabir surya yang bersifat sebagai UV protector (Gadri, Darijono, Mauludin, dan Iwo, 2012).
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri semakin lama semakin
berkembang. Penyebab utama dari kasus tersebut adalah semakin tingginya
(29)
pemicu untuk terus melakukan kegiatan eksplorasi untuk menemukan obat-obatan
yang memiliki aktivitas antibakteri (Fitriyah, Jose, dan Saryono, 2013). Di bidang
perawatan kecantikan, senyawa yang memiliki kemampuan antibakteri sangat
menarik untuk dieksplorasi. Hal ini disebabkan karena bakteri merupakan salah
satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada kulit, misalnya infeksi kulit
dan jerawat.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mempertimbangkan bahwa perlunya
dilakukan pembuktian ilmiah efektivitas penggunaan suatu bahan alam sebagai
salah satu bahan kosmetik tradisional. Penulis memilih bunga kenanga yang
digunakan sebagai salah satu bahan dalam kosmetik tradisional dengan bentuk
sediaan lulur. Penelitian terhadap bunga kenanga yang belum banyak dilakukan
menjadi pemicu tersendiri untuk terus melakukan eksplorasi.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
a. Apakah ekstrak bunga kenanga (C. odorata) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH, UV protection dan antibakteri?
b. Golongan senyawa apakah yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
penangkapan radikal bebas DPPH, UV protection dan antibakteri ?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang C. odorata pernah dilakukan oleh Indrakumar, Selvi, Gomathi, dan Karpagam (2012) yang bertujuan
(30)
untuk mengevaluasi kemampuan antibakteri ekstrak daun C. odorata secara in vitro. Beberapa kultur bakteri disiapkan untuk dilakukan pengujian dengan ekstrak daun dengan beberapa variasi pelarut, yaitu metanol, kloroform, dan
petroleum eter. Metode yang digunakan adalah well diffusion. Pengujian yang dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa ekstrak yang paling efektif adalah
ekstrak dengan pelarut metanol (Indrakumar dkk., 2012).
Penelitian lain tentang C. odorata pernah dilakukan oleh Brokl, Fauconnier, Benini, Lognay, Jardin, dan Focant (2013). Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan karakterisasi kandungan kimia yang terdapat dalam minyak
atsiri C. odorata. Karakterisasi dilakukan dengan instrumentasi GCxGC-TOFMS dan menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat 161 senyawa kimia termasuk 75
senyawa baru yang terdiri dari terpen, terpenoid ester, dan alkohol.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini menggunakan sampel bunga C. odorata yang diambil dari Boyolali. Setelah itu, dilakukan pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanolik dengan
etanol 90%, dilanjutkan dengan melakukan kromatografi lapis tipis (KLT)
terhadap ekstrak C. odorata dengan menggunakan fase gerak hasil optimasi. Hasil pemisahan kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak C. odorata di uji kualitatif untuk mengetahui aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri. Bercak yang potensial terhadap aktivitas tersebut diisolasi dengan
kromatografi kolom. Isolat yang dihasilkan diuji kualitatif penangkapan radikal
bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri. Selanjutnya, isolat diidentifikasi golongan senyawa menggunakan beberapa reagen.
(31)
3. Manfaat
a. Manfaat teoritis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
apakah bunga C. odorata memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri serta mengetahui golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitasnya.
b. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
apakah penggunaan bunga C. odorata sebagai bahan baku kosmetik tradisional sudah efektif.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Membuktikan kebenaran ilmiah penggunaan bunga kenanga sebagai
bahan baku kosmetik dilihat dari parameter aktivitas penangkapan radikal
bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui apakah ada komponen senyawa dalam ekstrak C. odorata yang memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas, UV protection, dan antibakteri.
b. Melakukan isolasi dan identifikasi golongan senyawa yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri.
(32)
6 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kenanga
1. Klasifikasi tanaman
Menurut United States Department of Agriculture (2014) klasifikasi tanaman kenanga adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Cananga
(33)
Sinonim : menurut Plant Resources of South-East Asia (2015) sinonim dari C. odorata yaitu Uvaria odorata Lamk (1785), Canangium odoratum (Lamk) Baillon (1868), Cananga scortechinii King (1922).
1. Deskripsi tanaman kenanga
Ciri-ciri tanaman kenanga adalah habitus pohon tahunan, batangnya besar
dengan diameter 0,1-0,7 m. Tinggi dapat mencapai 5-20 m. Daun bertangkai,
berbentuk bulat telur memanjang dengan ujung dan pangkal runcing, pangkal
membulat atau bentuk jantung, panjangnya 10-23 cm dan lebarnya 4,5-14 cm.
Ciri-ciri bunga kenanga adalah bunga majemuk dalam karangan bunga yang
berbentuk payung, pendek, menggantung, duduk di ketiak. Bunga mempunyai
enam lembar daun mahkota yang berbentuk lanset, pada waktu masih muda
berwarna hijau dan ketika sudah tua berubah menjadi warna kuning. Bunga
kenanga mempunyai bau harum dan khas, buah 7-15, perkembangannya tidak
sama, bulat telur terbalik dan berwarna hijau (Hembing, 2000).
2. Kandungan kimia kenanga
Minyak atsiri adalah komponen minyak esensial yang dapat diekstraksi
dari bunga C. odorata (Brokl et al, 2013). Minyak atsiri juga memiliki kemampuan sebagai agen antibakteri dan anti virus. Selain itu, minyak atsiri juga
memiliki kemampuan untuk melawan infeksi virus RNA dan DNA. Minyak atsiri
dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat digunakan sebagai pengawet
makanan dan menangkal beberapa penyakit akibat pengaruh paparan radikal
(34)
Zat kimia yang terkandung pada bunga kenanga adalah minyak atsiri
(Hariana, 2008). Kandungan kimia utama minyak atsiri yang terdapat pada bunga
kenanga antara lain: geraniol, kresol, linalool, benzil alkohol, eugenol,
iso-eugenol, dan metil eugenol (Chooi, 2004). Sebagian besar monoterpen dan
seskuiterpen dalam minyak atsiri cukup aman, namun dapat menyebabkan iritasi
dan reaksi alergi pada beberapa orang yang sensitif. Lakton seskuiterpen
merupakan senyawa yang dapat menyebabkan reaksi alergi dan sitotoksik
(Heinrich, Barnes, Gibbons, dan Williamson, 2010).
B. Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan proses perpindahan massa atau zat
aktif yang berada di dalam sel kemudian ditarik masuk ke dalam larutan penyari.
Proses ekstraksi akan bertambah baik bila permukaan simplisia yang bersentuhan
dengan pelarut semakin besar (Harborne, 1987).
Syarat cairan penyari yang baik menurut Depkes RI (1986) adalah murah,
mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, tidak mudah menguap dan tidak
mudah terbakar, selektif, tidak berpengaruh terhadap zat berkhasiat, serta
diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku. Metode penyarian dibedakan menjadi:
infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan.
C. Antioksidan 1. Definisi antioksidan
Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu
(35)
bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat
oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi,
2007). Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan enzimatis
dan non enzimatis. Antioksidan enzimatis contohnya superoksida dismutase,
katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatis dibagi menjadi 2,
yaitu antioksidan larut lemak, dan antioksidan larut air. Antioksidan larut lemak
contohnya tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin. Antioksidan
larut air contohnya asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein
pengikat heme (Winarsi, 2007).
Radikal bebas diproduksi di dalam sel-sel tubuh dengan berbagai cara.
Adanya radiasi sinar ultraviolet, sinar X, sinar gamma radioaktif adalah
sumber-sumber yang mempengaruhi. Radiasi ini akan memecah ikatan di antara atom
sehingga terjadi berbagai radikal dengan elektron tunggal yang dapat
menimbulkan reaksi berantai yang menimbulkan kerusakan sel (Youngson, 1998).
2. Metode penangkapan radikal DPPH
Senyawa 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH) adalah suatu radikal yang memiliki kemampuan untuk direduksi oleh suatu antioksidan dan dapat diukur
dengan melihat penurunan nilai absorbansi pada panjang gelombang 517 nm
sehingga DPPH dapat digunakan untuk mengukur kapasitas penangkapan
senyawa radikal (Duh, 1999). Metode DPPH dipilih karena mampu mendeteksi
kemampuan antiradikal suatu senyawa karena hasilnya lebih akurat, reliabel,
(36)
Parameter aktivitas antioksidan dilihat dari nilai IC. IC50 merupakan konsentrasi yang menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi DPPH awal
(Sunarni, 2005).
Gambar 1. Reaksi DPPH dengan radical scavengers (Marston, 2011)
Senyawa yang beraksi sebagai penangkal radikal bebas akan mereduksi
DPPH dan mampu diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari ungu
menjadi kuning. Perubahan warna terjadi ketika elektron ganjil dari radikal DPPH
sudah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkal radikal bebas yang
akan membentuk DPPH-H tereduksi (Molyneux, 2004).
D. UV Protection 1. Definisi UV protection
Penggunaan tabir surya dianjurkan di negara tropis untuk melindungi kulit
dari radiasi ultraviolet. Tabir surya berfungsi untuk mengurangi efek radiasi
ultraviolet yang dapat menimbulkan kerusakan pada kulit seperti penuaan dini,
(37)
2. Metode inhibition of bleaching of �-carotene
Metode β-karoten adalah metode yang digunakan untuk memperkirakan kemampuan relatif dari ekstrak terhadap oksidasi dari asam linoleat yang akan
mengoksidasi β-karoten dalam emulsi. Akibat dari adanya oksidasi oleh asam
linoleat ini maka β-karoten akan kehilangan warna karena putusnya ikatan rangkap sehingga terjadi perubahan warna (Miguel, 2010).
Analisis bleaching β-karoten dilakukan secara kualitatif dengan cara menyemprotkan larutan β-karoten ke pelat KLT hasil elusi dari sampel yang diuji. Kemudian pelat KLT dipanaskan di bawah sinar matahari dan dihitung waktu
yang diperlukan dari saat dipanaskan hingga warna oranye β-karoten hilang. Senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dan UV protection adalah senyawa yang mampu mempertahankan warna β-karoten lebih lama (Rochmaulana dan Wahyudi, 2009).
(38)
Gambar 2. Struktur senyawa β-karoten
E. Antibakteri 1. Definisi antibakteri
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah suatu konsentrasi paling
rendah suatu zat yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme
(Sacher, 2004). Kadar bunuh minimum (KBM) adalah kadar paling rendah suatu
zat yang diperlukan untuk membunuh mikroba (Nugroho, 2012).
2. Metode bioautografi
Metode bioautografi dapat digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri
dan antikapang sekaligus mendeteksi golongan senyawa. Bioautografi dibedakan
menjadi bioautografi kontak, bioautografi agar overlay, dan bioautografi langsung. Bioautografi kontak dilakukan dengan menempelkan kromatogram
pada media padat berisi bakteri uji. Senyawa dengan aktivitas antibakteri
ditunjukkan dengan daerah jernih. Bioautografi agar overlay dilakukan dengan cara melapisi kromatogram dengan agar cair yang berisi bakteri uji dan setelah
mengeras diberi pewarnaan. Adanya senyawa antibakteri ditunjukkan dengan
adanya pita-pita yang terbentuk. Bioautografi langsung dilakukan dengan cara
menyemprot kromatogram dengan bakteri uji dan dilakukan inkubasi. Adanya
senyawa antibakteri ditunjukkan dengan bantuan pewarnaan menggunakan
(39)
Keuntungan metode bioautografi dibandingkan metode yang lain adalah
dapat digunakan untuk mengetahui secara langsung aktivitas biologi dari hasil
pemisahan senyawa yang kompleks, cepat, mudah, dan murah untuk dilakukan.
Selain itu interpretasi hasilnya juga mudah dan akurat (Kusumaningtyas, 2008).
3. Metode difusi
Salah satu metode difusi yang biasa dilakukan untuk menentukan aktivitas
antimikroba adalah dengan menggunakan cakram (disc). Zat yang akan diuji ditampung dalam cakram kertas yang ditempelkan pada media agar yang telah
diinokulasikan bakteri uji. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada waktu dan suhu
tertentu sesuai persyaratan dan kondisi optimum mikroba uji. Hasil positif
ditandai dengan adanya zona penghambatan berupa daerah bening di sekitar
cakram kertas (Pelczar dan Chan, 1988).
Prinsip penentuan aktivitas antimikroba dengan metode difusi adalah
kemampuan difusi dari zat uji pada media agar yang telah diinokulasikan bakteri
tertentu. Hasil positif ditandai dengan adanya zona hambatan di sekeliling zat
yang diuji setelah dilakukan inkubasi selama waktu tertentu (Brooks, Butel,
Carrol, dan Morse, 2007).
F. Kromatografi 1. Kromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu bentuk kromatografi planar.
Pada KLT fase diam yang ada berupa lapisan yang seragam pada permukaan
(40)
plastik. Fase gerak akan bergerak sepanjang fase diam diam karena pengaruh
kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pemisahan pada KLT akan optimal apabila penotolan sampel dilakukan
dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin sehingga menghasilkan
resolusi yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan secara
otomatis lebih dipilih daripada penotolan manual bila jumlah sampel lebih dari 15
μl. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak menyebar dan
puncak ganda (Gandjar dan Rohman, 2007).
Bercak hasil pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang
tidak berwarna. Oleh karena itu, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi bercak antara lain:
1. Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan
bereaksi secara kimia dengan solut yang mempunyai gugus fungsi tertentu
sehingga bercak menjadi berwarna khas.
2. Mengamati lempeng di bawah sinar ultraviolet pada panjang gelombang
254 atau 366 untuk menampakkan solut sebagai bercak yang gelap atau bercak
yang berfluorosensi terang pada dasar yang berfluoresensi seragam.
3. Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrit pekat lalu
dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik sehingga akan tampak bercak
(41)
4. Melakukan scanning lempeng hasil pemisahan menggunakan instrumen densitometer. Solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai peak oleh recorder (Gandjar dan Rohman, 2007).
2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan metode pemisahan dengan menggunakan
kolom gelas diisi dengan adsorbent yang dilewatkan oleh desorbent berupa larutan campuran. Masing-masing komponen akan dipisahkan dalam kolom yang
diatur dengan afinitas adsorpsi setiap komponen (Lazo, 1999).
Solven murni dapat digunakan untuk mengelusi semua komponen. Selain
itu, sistem gradien pelarut juga digunakan. Pada elusi gradien, polaritas sistem
solven ditingkatkan secara perlahan dengan meningkatkan konsentrasi solven ke
tingkat yang lebih polar. Pemilihan eluen tergantung pada jenis adsorben yang
digunakan dan kemurnian senyawa yang dipisahkan. Pelarut harus mempunyai
kemurnian yang tinggi. Keberadaan pengganggu seperti air, alkohol, atau asam
pada solven yang kurang polar mampu mengganggu aktivitas adsorben
(Braithwaite dan Smith, 1995).
G. Keterangan Empiris
Bunga kenanga telah digunakan sebagai bahan baku kosmetik tradisional.
Dari penelitian ini ingin diketahui komponen senyawa dalam bunga kenanga yang
memiliki aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri serta mengetahui golongan senyawa yang bertangung jawab terhadap aktivitas
(42)
16 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif.
B. Bahan dan Materi Penelitian 1. Bahan penelitian
a. Bahan utama berupa bunga kenanga yang berasal dari Boyolali, Jawa
Tengah.
b. Bahan kimia yang digunakan meliputi DPPH pro analitik dan �-karoten pro analitik yang berasal dari Sigma Chem. Co., USA. n-heksana, etanol,
metanol, kloroform, NaCl, barium klorida, dan asam sulfat pro analitik yang
berasal dari Merck, Jerman. Akuades berasal dari Brataco Chemica. Reagen
Dragendorff, alumunium chloride, ferric chloride, sitroborat, iod, vanilin sulfat berasal dari Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata
Dharma. Silika gel 60 F254 for thin layer chromatography dan silika gel 60 (0,040-0,063 mm) for column chromatography dari Merck, Jerman. Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923dan Escherichia coli ATCC 25922 yang berasal dari Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta. Amoksisilin berasal
dari PT. Indofarma. Trypticasein soy broth (TSB) berasal dari Agarindo Biological Company, dan agar No.1 diperoleh dari Oxoid.
(43)
2. Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa micro haematocrit tubes, light meter (Lutron) LX-1118 Digital Instruments, lampu UV 254 nm, lampu UV 366 nm,vortex (Buchi), mikropipet 1-10 mL (Acura Socorex), mikropipet 10-1000 μL (Acura Socorex), timbangan analitik (Scaltec SBC 22 dan BP 160P), vacuum rotary evaporator (Buchi), blender, kertas saring, tabung reaksi bertutup dan alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium analisis
(Pyrex-Germany dan Iwaki), autoclave (YX-400Z), freezer, dan oven (WTB binder).
C. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi sampel
Determinasi bunga kenanga dilakukan di Bagian Biologi Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Determinasi tersebut
memastikan bahwa sampel yang digunakan untuk penelitian benar-benar bunga
kenanga (Cananga odorata (Lmk.) Hook. F. & Thoms.).
2. Pengumpulan dan penyiapan bahan a. Pengumpulan bahan
Bahan utama berupa bunga kenanga yang berasal dari Boyolali, Jawa
Tengah. Bunga kenanga berumur 2 minggu dipanen dini hari pada bulan Juli
(44)
b. Sortasi basah
Bahan baku dipisahkan dari bahan-bahan pengotor yang mungkin
terdapat pada simplisia seperti kerikil, tanah, rumput, serta bagian tanaman
yang tidak dibutuhkan (batang dan daun), bagian tanaman lain, bahan yang
rusak dan lain-lain.
c. Pencucian
Bunga kenanga dicuci menggunakan air mengalir lalu dibersihkan
kotoran-kotoran yang melekat. Tahap pencucian ini dilakukan sebanyak tiga
kali untuk menjamin kebersihan bahan.
d. Pengeringan
Bunga kenanga yang masih basah diletakkan pada tampah bambu dengan
ketebalan seminimal mungkin. Tampah bambu ditutup dengan kain hitam
yang diberi sedikit sirkulasi udara lalu dijemur dibawah sinar matahari. Akhir
pengeringan ditandai dengan warna bahan menjadi lebih gelap dan mudah
dipatahkan.
e. Sortasi kering
Bunga kenanga yang sudah kering dipisahkan dari bahan-bahan lain
seperti tanah, kerikil, ranting, daun, bahan yang rusak dan lain-lain.
f. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia bunga kenanga kemudian dibungkus dengan menggunakan
amplop kertas kedap udara yang diberi silika gel. Penyimpanan dilakukan
(45)
g. Susut pengeringan simplisia bunga kenanga
Bobot tetap dilakukan terhadap cawan petri yang akan digunakan selama
60 menit menggunakan oven pada suhu 105°C. Setelah didapatkan bobot tetap
petri, serbuk simplisia bunga kenanga ditimbang 1 g dan dilakukan replikasi 3
kali. Cawan berisi serbuk simplisia dipanaskan dalam oven bersuhu 105°C
hingga bobot tetap.
3. Ekstraksi
a. Ekstraksi bunga kenanga
Simplisia bunga kenanga ditimbang sebanyak 1,0 kg dan diblender
dengan etanol 90% sampai seluruh bahan tercampur homogen. Campuran
dimaserasi pada suhu ruangan selama satu hari. Dilakukan remaserasi dengan
cara yang sama dengan tahap maserasi. Filtrat diperoleh melalui penyaringan
dan penguapan pelarut dengan vacuum rotary evaporator sehingga dihasilkan ekstrak.
b. Susut pengeringan ekstrak bunga kenanga
Tiga cawan petri disiapkan, ditimbang dan dipanaskan hingga mencapai
bobot tetap pada oven dengan suhu 105°C. Silika yang telah dihaluskan
disiapkan, lalu dipanaskan dahulu dalam oven bersuhu 105°C selama 60
menit. Bila cawan petri sudah mencapai bobot tetap, ekstrak ditimbang ± 0,5 g
(replikasi 3 kali) dan masing-masing cawan yang berisi ekstrak tersebut
ditambahkan ± 0,5 g silika. Cawan petri tersebut kemudian dimasukkan dalam
(46)
Saat kadar air ekstrak yang diuji lebih dari 10%, maka pada ekstrak perlu
dilakukan penguapan air dengan cara dimasukkan dalam desikator berisi batu
gamping.
c. Pemerian ekstrak bunga kenanga
Ekstrak bunga kenanga diamati warna, bau, bentuk dan rasa.
4. Kromatografi lapis tipis ekstrak a. Preparasi sampel
Sebanyak 5 mg ekstrak bunga kenanga ditimbang lalu dilarutkan dalam
etanol p.a 1 mL.
b. Optimasi fase gerak
Sampel ekstrak bunga kenanga ditotolkan sebanyak 3 spot pada pelat
KLT dengan jarak elusi 5 cm (Wolf, 2012). Sampel ditotolkan menggunakan
pipa kapiler. Pelat KLT kemudian dielusi dengan 3 jenis fase gerak berikut :
1) Fase gerak nonpolar = n-heksana: etil asetat (2:3 v/v)
2) Fase gerak semipolar = kloroform:metanol (7:3 v/v)
3) Fase gerak polar = etil asetat : asam formiat : asam asetat
glasial : air (100:11:11:20 v/v) (Wagner
dan Bladt, 1996).
c. Deteksi pemisahan KLT
Pelat KLT hasil elusi dikeringkan beberapa saat pada suhu ruang,
kemudian pelat KLT tersebut dideteksi menggunakan lampu UV 254 nm dan
366 nm. Hasil elusi dari ketiga fase gerak tersebut kemudian dibandingkan
(47)
5. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH a. Preparasi pereaksi semprot DPPH
Pereaksi DPPH dibuat dengan konsentrasi 0,2% b/v dalam pelarut
metanol, lalu dimasukkan dalam wadah gelap dan tertutup (Marston, 2011).
b. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal dengan pereaksi DPPH
Pelat KLT hasil elusi yang telah kering disiapkan untuk disemprot
dengan pereaksi DPPH, hasil positif ditandai dengan adanya bercak kuning
dengan latar ungu pada pelat KLT.
6. Uji kualitatif aktivitas UV protection a. Preparasi pereaksi �-karoten
Pereaksi �-karoten dibuat dengan konsentrasi 0,05% b/v dalam pelarut kloroform, lalu dimasukkan dalam wadah gelap dan tertutup (Marston, 2011).
b. Optimasi intensitas sinar UV
Pelat KLT kosong disiapkan, kemudian pelat tersebut dicelupkan dalam
pereaksi �-karoten. Warna diukur dengan parameter warna lalu dicatat. Pelat tersebut kemudian disinari dengan menggunakan lampu UV. Perubahan warna
yang terjadi diamati lalu diukur dengan parameter warna pada menit ke 1, 3, 6,
9, dan 15. Posisi dari lampu UV diatur dalam posisi tinggi (100 cm), sedang
(50 cm), rendah (35 cm) dan dihitung intensitas sinar dengan alat light meter. Tiap posisi lampu dilakukan uji dengan replikasi 5 kali. Perubahan warna
yang terjadi dicatat lalu dihitung rata-rata dan SD.
(48)
c. Uji kualitatif UV protection (�-karoten bleaching test)
Pelat KLT hasil elusi yang telah dikeringkan beberapa saat dicelupkan
dalam pereaksi �-karoten. Sebelum warna pelat KLT tersebut diukur dengan menggunakan parameter warna lalu dicatat. Pelat KLT tersebut kemudian
disinari sinar UV dengan jarak sesuai hasil optimasi dan dihitung intensitas
sinar dengan alat light meter. Perubahan warna yang terjadi diamati lalu diukur dengan parameter warna pada menit ke 1, 3, 6, 9, dan 15. Replikasi 5
kali dilakukan dan perubahan warna yang terjadi dicatat lalu dihitung rata-rata
dan SD.
7. Uji kualitatif aktivitas antibakteri a. Pembuatan media TSB cair
Sebanyak 3 g media TSB (30g/L) dilarutkan dalam 100 mL akuades, diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen, kemudian media tersebut
diautoklaf.
b. Pembuatan media agar
Sebanyak 3 g media TSB (30g/L) ditambahkan 1,2% b/v agar dilarutkan
dalam 100 mL akuades. Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen,
kemudian media tersebut diautoklaf.
c. Pembuatan larutan McFarland 0,5 (1,6 x 108 CFU)
Larutan barium klorida 1,175% (b/v) 0,05 mL ditambah 9,95 mL larutan
1% (b/v) asam sulfat (Schwalbe, Moore, dan Goodwin, 2007).
d. Pembuatan NaCl 0,9% (b/v)
(49)
e. Preparasi bakteri uji
Bakteri uji yang digunakan adalah E.coli dan S.aureus. Kultur bakteri induk dari media miring diambil sebanyak 1 ose lalu dikulturkan pada media
TSB cair. Kultur bakteri diinkubasi selama 18 jam.
f. Pembuatan larutan induk bakteri
Bakteri uji yang digunakan adalah E.coli dan S.aureus. Sebanyak 2 tabung reaksi disiapkan, masing-masing diisi dengan saline water 10 mL dan setarakan kekeruhannya menggunakan larutan standar Mc Farland 0,5
(konsentrasi mikroba 1,6. 108 CFU/ml) dengan penambahan bakteri ke dalam tabung reaksi.
g. Penyimpanan kultur bakteri
Sisa kultur bakteri yang belum digunakan untuk diuji, diambil 0,5 mL
lalu dimasukkan ke dalam microtube. Gliserol sebanyak 5% v/v dari 0,5 mL kultur bakteri ditambahkan, yaitu 25. 10-3mL pada masing-masing microtube. Campuran dihomogenkan lalu diinkubasi selama 1 jam dalam inkubator
bersuhu 37°C. Setelah itu kultur bakteri disimpan dalam freezer. h. Pembuatan kontrol kontaminasi media
Media agar sebanyak 15 mL diambil, dituang ke dalam petri steril secara
pour plate lalu dibiarkan memadat. Media diinkubasi selama 18 jam.
i. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji
Media agar TSB sebanyak 15 mL diambil dalam tabung, dibiarkan
(50)
spreading dengan menggunakan cotton buds steril. Inkubasi dilakukan selama 18 jam.
j. Pembuatan kontrol positif
Media agar sebanyak 15 mL TSB lalu dibiarkan memadat. 100 mikroliter
bakteri diinokulasikan secara spreading menggunakan cotton buds steril. Amoksisilin 5 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 1 mL akuades. Sebanyak
75; 100;150 µg amoksisilin diambil lalu diteteskan pada paper disc dalam media agar yang telah diinokulasikan bakteri. Inkubasi dilakukan selama 18
jam.
k. KLT ekstrak bunga kenanga
Ekstrak bunga kenanga dengan konsentrasi 5 mg/mL dalam etanol
disiapkan untuk ditotolkan pada pelat KLT sebanyak 75; 100; 150 µg dengan
menggunakan mikropipet. Pelat KLT dielusi dengan fase gerak kloroform :
metanol (95 : 5 v/v). Pelat KLT kemudian dikeringkan pada suhu ruang secara
aseptis (dibuat 2 kali replikasi: sebagai acuan dan sebagai pelat uji
bioautografi).
l. Bioautografi
Pelat KLT hasil elusi yang telah dikeringkan secara aseptis ditempelkan
pada media agar yang telah diinokulasikan bakteri 100 µL secara spreading. Kontak dilakukan selama 40 menit, kemudian pelat KLT tersebut diangkat
secara aseptis. Inkubasi dilakukan selama 18 jam dan dibandingkan kontrol
negatif dan pelat KLT acuan. Hasil positif ditandai dengan adanya zona
(51)
8. Identifikasi golongan senyawa ekstrak
Pelat KLT hasil elusi disiapkan untuk diidentifikasi menggunakan reagen
semprot. Reagen semprot yang digunakan yaitu Dragendorff, alumunium chloride, ferric chloride, sitroborat, iodium, dan vanilin sulfat, kemudian diamati perubahan warna dan dihitung nilai Rf dari bercak.
9. Pembersihan klorofil dengan karbon aktif
Sebanyak 28 g ekstrak bunga kenanga diambil dan ditampung dalam gelas
beaker. Sebanyak 1,6 g karbon aktif ditumbuk halus dan dipanaskan dalam
oven dengan suhu 1050 C selama 30 menit. Ekstrak bunga kenanga dilarutkan dengan pelarut kloroform : metanol (1 : 1 v/v) sambil diaduk dengan batang
pengaduk. Taburkan karbon aktif yang sudah diaktivasi lalu diaduk dengan
batang pengaduk. Campuran disaring lalu filtrat dipekatkan menggunakan
tangas air.
10. Kromatografi kolom
a. Preparasi sampel untuk uji kromatografi lapis tipis
Ekstrak hasil pembersihan klorofil ditimbang 2,5 mg dilarutkan dalam
0,5 mL metanol.
b. Uji kromatografi lapis tipis (KLT) untuk optimasi fase gerak kolom
Hasil preparasi sampel ditotolkan pada pelat KLT. Disiapkan 4 fase
gerak yaitu: n-heksana : kloroform (50:50 v/v), n-heksana : kloroform (25:75
v/v), kloroform , dan kloroform : metanol (98:2 v/v). Pelat KLT dielusi
(52)
c. Preparasi sampel untuk kromatografi kolom
Ekstrak hasil sebanyak 300 mg pembersihan klorofil ditimbang dan
dicampurkan dengan silika gel 60 untuk kolom kromatografi dengan
perbandingan 1:1.
d. Preparasi kolom kromatografi
Kolom kromatografi disiapkan dengan urutan dari bawah yaitu kapas
yang telah dibilas n-heksana, silika gel 60 untuk kolom kromatografi dengan
tinggi 3 cm, sampel yang telah dicampur dengan silika gel 60 untuk kolom
kromatografi 0,5 cm, silika gel 60 untuk kolom kromatografi 1 cm, dan
ditutup dengan kapas yang telah dicuci dengan n-heksana.
e. Kromatografi kolom
Kolom kromatografi yang telah disiapkan, dialiri fase gerak dengan
urutan sebagai berikut: n-heksana: kloroform (70 : 30 v/v), (60 : 40 v/v),
(50:50 v/v), (40:60 v/v), kloroform, kloroform : metanol (90:10 v/v). Masing – masing fase gerak disiapkan 5 mL. Tiap 2 mL hasil elusi kolom kromatografi
ditampung pada tabung yang telah diberi tanda.
f. Konfirmasi hasil kromatografi kolom dengan kromatografi lapis tipis
(KLT)
Setiap tabung hasil kolom kromatografi yang dikumpulkan dilakukan
KLT. Profil KLT hasil kolom kromatografi yang sama disatukan kemudian
(53)
g. Penyimpanan isolat
Isolat hasil pemekatan dilarutkan pada pelarut sesuai dan dipindahkan
pada microtube dengan konsentrasi 1 mg/100 µL kemudian dipekatkan dan disimpan dalam freezer.
11. Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH isolat a. Preparasi sampel
Isolat disiapkan dengan konsentrasi 1mg/mL dengan menggunakan
pelarut yang sesuai.
b. Kromatografi lapis tipis (KLT) isolat
Isolat di totolkan pada pelat kromatografi lapis tipis (KLT) dengan mass loading sebesar 10, 20, dan 30 µg, dibandingkan dengan ekstrak bunga kenanga yang ditotolkan dengan mass loading sebesar 10 µg, dielusi dengan jarak elusi 5 cm menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan
dikeringkan pada suhu ruang.
c. Uji kualitatif penangkapan radikal DPPH
Pelat KLT hasil elusi yang telah kering disiapkan. Pelat KLT disemprot
menggunakan pereaksi DPPH 0,2% b/v dalam metanol. Hasil positif ditandai
dengan timbulnya bercak kuning dengan latar ungu pada pelat KLT.
Perubahan warna pada pelat KLT dari ungu menjadi kuning diamati, diukur,
(54)
12. Uji kualitatif aktivitas UV protection isolat a. Preparasi sampel
Isolat disiapkan dengan konsentrasi 1 mg/mL dengan menggunakan
pelarut yang sesuai.
b. Kromatografi lapis tipis (KLT) isolat
Isolat ditotolkan pada pelat kromatografi lapis tipis (KLT) dengan mass loading sebesar 10, 20, dan 30 µg, dielusi dengan jarak 5 cm menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan dikeringkan pada suhu ruang.
c. Uji kualitatif UV protection
Pelat KLT hasil elusi yang telah dikeringkan dicelupkan dalam pereaksi
�-karoten 0,05% b/v dalam kloroform. Sebelum disinari dengan UV, warna pelat KLT diukur menggunakan parameter warna. Pelat KLT kemudian
disinari dengan sinar UV dengan jarak sesuai hasil optimasi yaitu pada
ketinggian 50 cm dan dihitung intensitas sinar dengan alat light meter. Perubahan warna yang terjadi diamati pada menit ke 1, 3, 6, 9, 12, dan 15.
13. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat a. Preparasi sampel
Isolat disiapkan dengan konsentrasi 1 mg/mL menggunakan pelarut yang
sesuai.
b. Pembuatan media agar
Sebanyak 3 g media TSB (30g/L) ditambahkan 1,2% b/v agar lalu
dilarutkan dalam 100 mL akuades. Campuran diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen kemudian media tersebut diautoklaf.
(55)
c. Pembuatan NaCl 0,9% b/v
Sebanyak 0,9 g NaCl ditimbang dan dilarutan dalam 100 mL akuades.
d. Pembuatan larutan induk bakteri
Bakteri uji yang digunakan adalah S.aureus. Tabung reaksi yang diisi dengan saline water 10 mL disiapkan dan setarakan kekeruhannya menggunakan larutan standar Mc Farland 0,5 (konsentrasi mikroba 1,6. 108 CFU/ml) dengan penambahan bakteri ke dalam tabung reaksi.
e. Pembuatan kontrol kontaminasi media
Media agar sebanyak 15 mL diambil, dituang ke dalam cawan petri steril
secara pour plate lalu dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukan selama 18 jam.
f. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji
Media agar TSB sebanyak 15 mL dalam tabung diambil, dibiarkan
memadat pada cawan petri steril.100 µL bakteri diinokulasikan secara
spreading dengan menggunakan cotton buds steril. Inkubasi dilakukan selama 18 jam.
g. Pembuatan kontrol positif
Media agar sebanyak 15 mL diambil, TSB dalam tabung, dibiarkan
memadat pada cawan petri steril. 100 mikroliter bakteri diinokulasikan secara
spreading menggunakan cotton buds steril. Amoksisilin 5 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 5 mL akuades. Sebanyak 75, 100, dan 150 µg diambil lalu
masing-masing ditotolkan pada paper disc dalam media agar yang telah diinokulasikan bakteri. Inkubasi dilakukan selama 18 jam.
(56)
Isolat dengan konsentrasi 1 mg/mL disiapkan dengan pelarut yang sesuai.
Paper disc diletakkan dalam cawan petri steril dan diisikan isolat senyawa dengan massa isolat sebesar 50, 100, dan 200 µg secara aseptis. Paper disc dibiarkan kering dari sisa pelarut isolat. Paper disc diletakkan pada media yang telah diinokulasikan bakteri S. aureus secara aseptis. Inkubasi selama 18 jam dilakukan. Hasil positif ditandai dengan adanya zona hambat pada media
tersebut.
14. Identifikasi golongan senyawa isolat a. Kromatografi lapis tipis (KLT) isolat
Isolat disiapkan dengan konsentrasi1 mg/mL. Tiap isolat ditotolkan 10 µ L
pada pelat KLT. Dielusi dengan jarak elusi 5 cm menggunakan fase gerak
kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan dikeringkan pada suhu ruang.
b. Identifikasi senyawa dengan reagen semprot
Pelat KLT hasil elusi disiapkan untuk diidentifikasi senyawa dengan
menggunakan beberapa reagen yaitu reagen Dragendorff, alumunium chloride, ferric chloride, dan vanilin sulfat. Perubahan warna diamati dan dihitung nilai Rf dari bercak yang terbentuk.
(57)
15. Bagan alur penelitian
Bunga kenanga
Simplisia bunga kenanga
Ekstrak bunga kenanga
Ekstrak bebas klorofil Uji kualitatif aktivitas
penangkapan radikal bebas DPPH, UV protection dan
antibakteri
Isolat Diketahui bercak KLT ekstrak
bunga kenanga yang aktif
Uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas
DPPH, UV protection dan antibakteri Proses pembuatan simplisia Ekstraksi : - Maserasi - Penyaringan - Pemekatan Kromatografi kolom step gradien Penghilangan klorofil Golongan senyawa Identifikasi Isolat aktif Identifikasi Golongan senyawa
(58)
32 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Sampel
Determinasi sampel dilakukan di Bagian Biologi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada. Tujuan dilakukan determinasi sampel adalah
untuk memastikan kebenaran identitas sampel yang digunakan sehingga
menghindari kesalahan analisis dalam fitokimia. Hasil determinasi menunjukkan
bahwa tanaman yang digunakan adalah (Cananga odorata (Lmk.) Hook.F.& Thoms.) dan dikenal dengan nama lokal bunga kenanga.
B. Pengumpulan dan Penyiapan Bahan
Bunga kenanga yang digunakan sebagai sampel penelitian berasal dari
Boyolali, Jawa Tengah. Bunga kenanga dipanen pada bulan Juli waktu dini hari
dari pohon kenanga berumur 7 tahun dengan umur bunga 2 minggu. Pengambilan
sampel berasal dari daerah yang sama untuk menghindari variasi kandungan kimia
tanaman yang disebabkan aspek lingkungan (edafik, tempat tumbuh, geografis,
cuaca, dan iklim).
Bunga kenanga yang dijadikan sebagai sampel penelitian memiliki
karakteristik berwarna hijau semburat kuning yang menandakan bahwa bunga
kenanga tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Bila sampel yang digunakan
(59)
sudah banyak berkurang, sedangkan bila sampel terlalu muda maka dikhawatirkan
metabolit sekunder yang terkandung pada sampel masih belum sempurna.
Sampel bunga kenanga dipanen pada bulan Juli agar kandungan kimia
pada sampel tetap maksimal sebab pemanenan yang ideal dilakukan pada musim
kemarau. Secara umum, metabolit sekunder pada tanaman yang dipanen pada
musim kemarau akan terkandung lebih banyak daripada saat musim hujan.
Pemanenan bunga kenanga dilakukan pada dini hari untuk menghindari
berkurangnya metabolit sekunder, sebab pada siang hari metabolit sekunder dapat
berkurang karena mengalami proses penguapan atau kerusakan senyawa karena
paparan radiasi UV.
Selanjutnya sampel bunga kenanga dibuat dalam bentuk simplisia. Setelah
pemanenan, dilakukan sortasi basah pada bunga kenanga. Sortasi basah dilakukan
dengan cara memisahkan sampel yang hendak diambil dengan bahan-bahan lain
yang kemungkinan terdapat pada sampel, misalnya batang, daun, kerikil, serta
bagian tanaman dan bahan lain yang tidak diinginkan. Kemudian bunga kenanga
dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan berbagai kotoran yang melekat
pada sampel. Setelah bersih, bunga kenanga diletakkan pada tampah yang terbuat
dari anyaman bambu dengan ketebalan seminimal mungkin. Bunga kenanga lalu
dikeringkan dibawah sinar matahari. Tampah bambu diberi penutup kain hitam
dengan sedikit sirkulasi udara dengan tujuan untuk meratakan pemanasan serta
menghindari kerusakan senyawa kimia akibat paparan langsung dengan sinar
matahari. Pengeringan dihentikan saat bunga kenanga sudah kering yang dicirikan
(60)
kering untuk memisahkan bunga kenanga dari pengotor yang kemungkinan
melekat saat proses pengeringan atau pengotor yang belum dbersihkan pada
proses-proses sebelumnya. Simplisia yang dihasilkan disimpan pada amplop
kertas yang diberi penambahan silika pengering dengan tujuan menghindari
adanya lembab.
C. Ekstraksi 1. Ekstraksi bunga kenanga
Prinsip ekstraksi adalah proses pengambilan senyawa-senyawa kimia yang
semula berada dalam sel, ditarik oleh larutan penyari sehingga senyawa-senyawa
kimia berada dalam larutan penyari. Proses ekstraksi pada penelitian ini dilakukan
dengan 2 tahap, yaitu simplisia diblender dengan larutan etanol 90% v/v lalu
dilanjutkan dengan proses maserasi. Proses pemblenderan simplisia dilakukan
untuk menyari langsung komponen minyak atsiri yang kemungkinan akan
menguap apabila dilakukan penyerbukan simplisia. Selanjutnya dilakukan dengan
maserasi untuk memaksimalkan penyarian. Pada proses maserasi, cairan penyari
akan menembus dinding sel lalu masuk menembus rongga sel yang berisi
senyawa kimia. Senyawa kimia tersebut akan larut dalam cairan penyari lalu
berdifusi keluar sel hingga terjadi kesetimbangan senyawa di dalam dan luar sel.
Adanya shaker pada proses maserasi bertujuan untuk meningkatkan energi mekanik sehingga seluruh serbuk hasil blender dapat terbasahi sehingga
membantu proses difusi komponen senyawa.
Maserasi dipilih karena selain mudah dilakukan, metode ini tidak
(61)
dihindari. Hal ini sangat mendukung proses isolasi karena proses ekstraksi
komponen kimia tumbuhan dapat berjalan optimal. Larutan penyari yang
digunakan adalah etanol 90% v/v. Tujuan digunakan penyari etanol 90% v/v
karena komposisi ini merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga relatif
dapat menyari komponen kimia yang cenderung lebih nonpolar maupun polar.
Setelah proses maserasi selesai, hasil maserasi disaring menggunakan kain
mori yang terlebih dulu dicuci dengan air mendidih yang bertujuan untuk
menghilangkan komponen lilin yang melekat pada kain. Setelah itu filtrat disaring
kembali dengan kertas saring Whatman nomor 41 sebelum kemudian dipekatkan
dengan vacuum rotary evaporator. Dengan alat ini, etanol yang digunakan sebagai pelarut dapat diuapkan dan dikondensasikan kembali sehingga etanol
dapat diperoleh kembali dan sudah terpisah dari ekstrak. Adanya pompa vakum
akan membuat tekanan pada sistem akan turun sehingga akan terjadi penguapan
pelarut dibawah titik didih normal. Labu yang berputar pada proses ini berfungsi
untuk meratakan pemanasan sehingga proses penguapan pelarut dapat berjalan
dengan baik. Hasil dari pemekatan dengan vacuum rotary evaporator adalah ekstrak bebas penyari.
2. Susut pengeringan simplisia dan ekstrak bunga kenanga (C. odorata) Prinsip susut pengeringan adalah pengukuran sisa bahan setelah dilakukan
pemanasan pada suhu 105°C hingga dicapai bobot tetap yang kemudian
dinyatakan dalam persen. Tujuan dilakukan susut pengeringan adalah untuk
(62)
pemanasan. Keuntungan menggunakan metode susut pengeringan adalah cepat,
mudah, murah, dan hanya membutuhkan jumlah sampel yang sedikit.
Persentase yang diperoleh pada susut pengeringan simplisia dan ekstrak
berturut-turut adalah 15,40 % b/b dan 24,61 % b/b. Berdasarkan monografi resmi
terbitan Departemen Kesehatan RI, persyaratan kadar air pada simplisia yang akan
digunakan sebagai bahan baku obat adalah tidak lebih dari 10% b/b. Karena
penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi senyawa maka persentase susut
pengeringan diatas dapat diterima. Selain itu metode susut pengeringan
merupakan metode yang tidak spesifik untuk pengukuran kadar air dan hanya
memberikan batasan maksimal untuk total senyawa yang menguap selama
pemanasan. Sampel bunga kenanga memiliki banyak kandungan senyawa yang
mudah menguap seperti minyak atsiri, sehingga bila diukur penetapan kadar air
dengan metode yang lebih spesifik akan memberikan persentase hasil yang lebih
rendah. Hal ini menyimpulkan bahwa proses pembuatan simplisia sudah cukup
baik.
Persentase susut pengeringan ekstrak yang didapatkan masih terlalu tinggi
sehingga menggambarkan masih banyak kandungan air pada ekstrak. Apabila
kandungan air pada ekstrak terlalu tinggi maka ada kemungkinan terjadi reaksi
enzimatik yang membuat rusaknya senyawa kimia pada ekstrak. Rusaknya
senyawa kimia pada ekstrak akan mengganggu proses isolasi. Oleh karena itu
dilakukan penguapan kadar air dengan perlakuan dimasukkan dalam desikator
yang berisi batu gamping. Hasil yang diperoleh adalah berat ekstrak turun dari
(63)
sebanyak 65,9 g. Keuntungan menggunakan metode ini adalah menghindari
pemanasan dalam melakukan pemekatan sehingga kerusakan senyawa kimia yang
terkandung dalam ekstrak dapat diminimalisir.
3. Pemerian ekstrak bunga kenanga
Pada tahap ini, ekstrak yang dihasilkan diamati secara organoleptis.
Pengamatan organoleptis yang dilakukan pada ekstrak meliputi bentuk, warna,
rasa, dan bau. Bentuk yang dihasilkan cairan kental, warna hijau kehitaman, rasa
hambar, dan bau harum khas bunga kenanga.
D. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak
Tahap selanjutnya adalah dilakukan optimasi fase gerak kromatografi lapis
tipis (KLT). Tujuan dilakukan optimasi fase gerak adalah untuk mendapatkan
hasil pemisahan yang baik dari senyawa-senyawa kimia yang terkandung pada
ekstrak. Prinsip kromatografi lapis tipis adalah pemisahan analit berdasarkan
interaksi dengan fase diam dan fase gerak pada suatu lempeng pemisahan.
Optimasi fase gerak dilakukan dengan melihat hasil pemisahan pada tiga
jenis fase gerak, yaitu n-heksana : etil asetat (2 : 3 v/v), etil asetat : asam formiat :
asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v), dan kloroform : metanol (7 : 3 v/v).
Ketiga jenis fase gerak tersebut secara berurutan bersifat relatif nonpolar, polar,
(64)
Gambar 3. Hasil optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ekstrak kenanga (A = n-heksana : etil asetat (2 : 3 v/v) ; B = kloroform : metanol (7 : 3 v/v); C= etil
asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100 : 11 : 11 : 20 v/v))
Tabel I. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak bunga kenanga dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (2 : 3 v/v)
Rf UV 254 UV 366
0,72-0,76 Meredam Merah
0,80 - 0,84 Meredam Merah
Tabel II. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak bunga kenanga dengan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v)
Rf UV 254 UV 366
0,35 - 0,43 Meredam -
0,90 - 0,95 Meredam -
Tabel III. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak bunga kenanga dengan fase gerak kloroform : metanol (7 : 3 v/v)
Rf UV 254 UV 366
0,50 - 0,60 Meredam Merah
0,70 - 0,75 Meredam -
(65)
Dari ketiga jenis fase gerak diatas, hasil pemisahan yang paling optimal
terjadi pada fase gerak kloroform : metanol (7 : 3 v/v) dimana terdapat 3 bercak
dengan Rf tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Selanjutnya, dilakukan
optimasi lanjutan dengan melakukan pemisahan dengan menggunakan fase gerak
kloroform : metanol (95 : 5 v/v) untuk menurunkan Rf yang terbentuk pada
pemisahan dengan fase gerak kloroform : metanol (7 : 3 v/v). Hasil pemisahan
paling optimum didapatkan menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5
v/v) yang dapat memisahkan 7 bercak dengan resolusi yang baik. Selain itu,
pemilihan fase gerak optimum didukung dengan panduan uji aktivitas
penangkapan radikal DPPH.
Gambar 4. Hasil optimasi fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) ( A= UV 254 nm; B= UV 366 nm; C= secara visual)
(66)
Tabel IV. Hasil faktor retardasi (Rf) kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak bunga kenanga dengan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
Rf Visual UV 254 UV 366 Keterangan
0,10 - 0,15 - Meredam Merah
muda
-
0,20 - 0,25 - Meredam Merah
muda
-
0,35 - 0,40 Hijau Meredam Merah -
0,45 - 0,55 Kuning Meredam - Warna kuning lama
kelamaan akan menghilang
0,60 - 0,65 - Meredam - -
0,70 - 0,76 - Meredam Merah -
0,77 - 0,80 - - Merah
E. Uji Kualitatif Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas DPPH Pada tahap ini dilakukan uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal bebas
DPPH hasil pemisahan ekstrak pada 3 sistem fase gerak. Tiga sistem fase gerak
tersebut adalah n-heksana: etil asetat (2:3 v/v), kloroform : metanol (95 : 5 v/v),
etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v). Metode
DPPH dipilih karena merupakan metode yang relatif cepat, sensitif, dan mudah
untuk skrining senyawa yang memiliki kemampuan menangkap radikal bebas.
DPPH merupakan radikal bebas yang mampu bereaksi dengan senyawa - senyawa
yang mampu mendonorkan atom hidrogen. Hasil uji kualitatif penangkapan
(67)
Gambar 5. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH ( A= n-heksana: etil asetat (2:3 v/v); B= fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v); C= etil
asetat: asam formiat: asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v) )
Gambar 6. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH pada fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
(68)
Tabel V. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
Rf UV 254 UV 366 Hasil Waktu muncul
0,45 - 0,55 Meredam - Muncul bercak
berwarna kuning pudar
± 24 jam
0,60 - 0,65 Meredam - Muncul bercak
berwarna kuning pudar
± 60 menit
0,70 - 0,76 Meredam Merah Muncul bercak berwarna kuning
pekat
± 5 menit
Tabel VI. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH fase gerak etil asetat: asam formiat: asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v)
Rf UV 254 UV 366 Hasil Waktu muncul
0,90 - 0,95 Meredam - Muncul bercak berwarna kuning
pekat
± 10 menit
Tabel VII. Hasil uji kualitatif aktivitas penangkapan radikal DPPH fase gerak n-heksana: etil asetat (2:3 v/v)
Rf UV 254 UV 366 Hasil Waktu muncul
- - - - -
Adanya elektron yang tidak berpasangan akan membuat DPPH
memberikan serapan yang kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi
berpasangan maka absorbansi DPPH akan menurun. Senyawa yang memiliki
aktivitas antioksidan dapat mengubah warna DPPH yang semula ungu menjadi
(69)
Berdasarkan hasil uji kualitatif penangkapan radikal DPPH, tampak bahwa
hasil pemisahan dengan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) merupakan
fase gerak yang optimum karena terdapat 3 bercak berwarna kuning dimana salah
satu bercak dengan Rf antara 0,70 - 0,76 merupakan bercak yang diperkirakan
memiliki kemampuan terkuat dalam menangkap radikal DPPH. Bercak berwarna
kuning tersebut juga tampak pada hasil pemisahan dengan fase gerak etil asetat :
asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v) sebanyak 1 bercak
sedangkan pada pemisahan dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (2 : 3 v/v)
tidak tampak ada bercak kuning. Hal ini juga menjadi dasar pertimbangan dalam
menentukan fase gerak optimum.
Fase gerak etil asetat:asam formiat: asam asetat glasial : air (100:11:11:20
v/v) memisahkan senyawa yang bersifat polar yang ada pada ekstrak namun
hanya terdapat satu bercak kuning pada Rf yang tinggi yang menandakan
pemisahan yang terjadi kurang optimal. Isolasi senyawa – senyawa yang bersifat terlalu polar seperti ini akan sulit untuk dilakukan. Tidak adanya bercak kuning
pada pemisahan dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (2 : 3 v/v) kemungkinan
disebabkan karena senyawa yang terelusi adalah senyawa - senyawa lipid dan
klorofil. Beberapa hal tadi memperkuat bahwa fase gerak kloroform : metanol (95
: 5 v/v) merupakan fase gerak optimum dalam penelitian.
F. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection
Uji kualitatif aktivitas UV protection pada ekstrak didahului dengan melakukan optimasi intensitas sinar UV. Tujuan dilakukan optimasi intensitas
(70)
sinar UV adalah untuk memudahkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
Jarak lampu UV menuju pelat KLT merupakan variabel yang diubah-ubah sebab
semakin dekat jarak lampu UV akan semakin kuat intensitas sinarnya sehingga
akan merusak warna �-karoten dengan cepat dan merubah warnanya menjadi pudar.
Gambar 7. Optimasi intensitas sinar UV
Hasil optimasi menunjukkan bahwa jarak optimum yang diperoleh adalah
50 cm (intensitas sedang) dengan rata-rata intensitas sinarnya 15,01 Lux. Pada
kondisi ini warna �-karoten tidak memudar terlalu lambat ataupun terlalu cepat seperti yang ditunjukkan pada hasil optimasi pada jarak 100 cm dan 35 cm.
Kondisi optimum akan mempermudah peneliti melakukan pengamatan perubahan
warna menggunakan parameter warna. Parameter warna (terlampir) dibuat dengan
mempertimbangkan gradasi warna dari kuning oranye hingga memudar. 0 1 2 3 4 5 6 7
0 1 3 6 9 12 15
n o m o r p ar am e te r waktu (menit)
intensitas rendah 5, 89 Lux
intensitas sedang 15,01 Lux
(1)
c. Gambar uji kualitatif isolat 2(A= massa uji 50 µg; B= massa uji 100 µg; C= massa uji 200 µg)
d. Gambar uji kualitatif isolat 3(A= massa uji 50 µg; B= massa uji 100 µg; C= massa uji 200 µg)
(2)
Lampiran 18. Penimbangan isolat hasil kromatografi kolom a. Penimbangan isolat 1
Berat (g)
Flakon 18,5485
Flakon + isi 18,5695
Isi 0,021
Rendemen isolat 1 = ,
, x 100% = 6,61 % b/b b. Penimbangan isolat 2
Berat (g)
Flakon 18,0361
Flakon + isi 18,0397
Isi 0,0036
Rendemen isolat 2 = ,
, x 100% = 1,13 % b/b c. Penimbangan isolat 3
Berat (g)
Flakon 18,0581
Flakon + isi 18,0601
Isi 0,002
Rendemen isolat 3 = ,
(3)
d. Penimbangan isolat 4
Berat (g)
Flakon 15,1603
Flakon + isi 15,1609
Isi 0,0006
Rendemen isolat 4 = ,
, x 100% = 0,19 % b/b e. Penimbangan isolat 5
Berat (g)
Flakon 11,0735
Flakon + isi 11,0737
Isi 0,0002
Rendemen isolat5 = ,
, x 100% = 0,06 % b/b f. Penimbangan isolat 6
Berat (g)
Flakon 10,9426
Flakon + isi 10,9430
Isi 0,0004
Rendemen isolat6 = ,
(4)
g. Penimbangan isolat 7
Berat (g)
Flakon 10,9568
Flakon + isi 10,9569
Isi 0,0001
Rendemen isolat7 = ,
, x 100% = 0,03 % b/b h. Penimbangan isolat 8
Berat (g)
Flakon 12,3684
Flakon + isi 12,3685
Isi 0,0001
Rendemen isolat8 = ,
, x 100% = 0,03 % b/b i. Penimbangan isolat 9
Berat (g)
Flakon 12,2387
Flakon + isi 12,2392
Isi 0,0005
Rendemen isolat9 = ,
(5)
j. Penimbangan isolat 10
Berat (g)
Flakon 8,1996
Flakon + isi 8,1997
Isi 0,0001
Rendemen isolat10 = ,
(6)
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Penangkap Radikal Bebas DPPH, UV protection, dan Antibakteri Ekstrak Bunga Kenanga (Cananga odorata
(Lmk.) Hook.F. & Thoms” memiliki nama lengkap Surya Adhi Nugraha lahir di Yogyakarta, 3 September 1993 dari pasangan A. Budi Sugiharjo dan F. Any Hartati. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK Mutiara Persada pada tahun 1997 hingga 1999. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Tarakanita Bumijo pada tahun 1999 hingga 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Stella Duce 1 pada tahun 2005 hingga 2008 dan SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada tahun 2008 hingga 2011. Penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2011 hingga 2015. Selama menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, kepanitiaan dan kegiatan lain yang terdapat di dalam maupun di luar Universitas Sanata Dharma antara lain: sebagai peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausausahaan (PKM-K) lolos didanai Hibah Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dengan judul “Mollusca Crispy Sebagai Camilan Sumber Protein dan Peningkatan Kesehatan Otak” (2014), panitia Donor Darah Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (2011), Divisi Keuangan ISMAFARSI JOGLOSEPUR (2012-2014), panitia Titrasi (2012), panitia Paingan Festival (2012), Kaderisasi Kepengurusan ISMAFARSI Komisariat Sanata Dharma (2012/2013), Ketua Latihan Kepemimpinan Tingkat I Fakultas Farmasi USD (2013), Ketua Umum Titrasi (2013); dan Asisten Praktikum Farmakognosi Fitokimia (2014).