yang dipanaskan pada suhu 105 ℃ hingga memperoleh bobot tetap. Pada kondisi
ini, diasumsikan bahwa air yang terkandung dalam simplisia sudah menguap secara keseluruhan sehingga dapat menggambarkan kandungan air yang ada. Pada
penelitian dilakukan tiga kali replikasi pengukuran sehingga didapatkan rata-rata susut pengerinngan pada simplisia kering daun pegagan sebesar 9,46 bb. Dari
hasil susut pengeringan yang diperoleh serbuk simplisia daun pegagan masih memenuhi persyaratan kadar air yang sudah ditetapkan.
B. Pembuatan Ekstrak Etanolik Daun Pegagan
Bahan penelitian yang digunakan selanjutnya adalah ekstrak etanolik daun pegagan. Ekstrak etanolik daun pegagan dibuat melalui proses ekstraksi
dengan metode maserasi dan menggunakan etanol 90 vv sebagai pelarut. Metode maserasi dipilih untuk preoses ekstraksi dengan tujuan menghindari
adanya perubahan senyawa kimia yang mungkin terjadi karena adanya pemanasan dapat menyebabkan kerusakan senyawa kimia. Maserasi sendiri merupakan salah
satu cara penyarian dingin yang mudah dilakukan dengan alat dan pengerjaannya yang sederhana.
Etanol 90 vv dipilih sebagai pelarut penyari karena etanol merupakan pelarut universal dengan indeks polaritas 5,2 sehingga dapat menarik berbagai
senyawa kimia. Proses ekstraksi dilakukan dengan menimbang serbuk simplisia daun pegagan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sudah berisi etanol 90
vv dengan tujuan supaya partikel serbuk simplisia dapat terbasahi sempurna dan etanol 90 vv yang ditambahkan dibuat setinggi ±2cm dari permukaan serbuk
simplisia sehingga dapat terendam dengan sempurna dan dapat tergojog dengan
homogen. Penggojogan dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi dibandingkan dengan cara ekstraksi yang hanya direndam saja. Adanya
penggojogan yang berasal dari alat bantu, yaitu shaker akan membuat kontak serbuk simplisia dengan pelarut diperbesar sehingga memudahkan penarikan
senyawa kimia dari serbuk simplisia. Maserasi dilakukan selama 24 jam dan dilakukan penyaringan untuk
memisahkan hasil ekstraksi dengan serbuk simplisia. Penyaringan dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama menggunakan kain mori dan yang kedua
menggunakan kertas saring Whatman no 41. Penyaringan menggunakan kain mori bertujuan untuk mendapatkan hasil ekstrak secara keseluruhan dan membantu
mempercepat proses penyaringan karena serbuk simplisia selanjutnya dilakukan remaserasi. Penyaringan menggunakan kertas saring Whatman no 41 bertujuan
untuk memisahkan hasil ekstraksi dengan partikel serbuk simplisia yang mungkin dapat melewati pori-pori pada kain mori.
Remaserasi adalah proses maserasi kembali dari serbuk simplisia yang sudah dilakukan maserasi sebelumnya. Remaserasi dilakukan selama 24 jam dan
kembali dilakukan penyaringan menggunakan kain mori. Proses remaserasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ekstrak yang lebih banyak karena
pelarut yang sudah jenuh dapat diperbaharui sehingga senyawa kimia yang tertarik keluar oleh pelarut semakin banyak dan rendemen yang didapatkan
diharapkan akan semakin banyak pula. Hasil ekstraksi yang sudah disaring dibuat ekstrak kental menggunakan
bantuan alat rotary vaccuum evaporator dengan suhu 60 ℃. Prinsip kerja dari
rotary vaccuum evaporator adalah destilasi untuk menghilangkan kandungan pelarut dengan bantuan pemanasan dan pompa vakum. Pemanasan dilakukan
untuk menguapkan pelarut etanol sehingga dapat memisahkan pelarut dengan ekstrak kental. Pelarut etanol yang menguap tersebut akan ditarik oleh pompa
vakum sehingga dapat memasuki kondesator sehingga uap tersebut kembali menjadi titik-titik cairan pelarut.
Ekstrak etanolik akhir yang diperoleh merupakan ekstrak kental daun pegagan, berwarna hijau tua, berbau khas daun pegagan, dan tidak berasa. Ekstrak
kental dipilih karena mengandung sedikit kadar air sehingga dapat disimpan lebih lama dan kadar air yang terkandung dalam ekstrak tidak akan mengganggu
penelitian selanjutnya. Kadar air yang tinggi dalam ekstrak dapat merusak kandungan senyawa aktif melalui proses enzimatik sehingga dapat merubah
komponen dan komposisi senyawa aktif. Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesi 2009, ekstrak kental pegagan merupakan ekstrak yang mengandung air tidak
boleh melebihi 10. Ekstrak kental kemudian dilakukan pengujian susut pengeringan untuk memastikan kandungan air yang terdapat dalam ekstrak kental.
Dari hasil pengujian susut pengeringan ekstrak didapatkan rata-rata kandungan air sebesar 5,71 bb, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kental telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Rendemen ekstrak kental yang didapatkan adalah sebesar 1,65 bb.
Gambar 4. Bagan rendemen
C. Optimasi Fase Gerak