HDL sehingga akibatnya akan meningkatkan risiko terkena hipertensi dan DM 2 Jean., et al., 2008.
3. Suprailiac Skinfold Thickness
Nilai rata-rata suprailiac skinfold thickness pada responden pria, yaitu sebesar 22,124 mm, dengan ukuran terbesar 50,20 mm dan ukuran terkecil
4,00 mm. Dari uji normalitas data suprailiac skinfold thickness pada pria, diperoleh nilai p=0,005 sehingga dapat disimpulkan data tidak terdistribusi
normal. Nilai normal suprailiac skinfold thickness pada pria yaitu 17,9 mm, berdasarkan nilai rata-rata pengukuran suprailiac skinfold thickness pada staf
pria yang didapatkan saat penelitian berada di atas nilai standar. Penelitian Demura and Sato 2007 pengukuran skinfold thickness yang dilakukan pada
daerah suprailiac dapat meminimalis terjadinya kesalahan dalam pengukuran, sehingga hasil dalam pengukuran ini memiliki tingkat kesalahan yang lebih
kecil dibandingkan dengan bagian pengukuran skinfold di daerah yang lain Junior, Scela, Boaventura, Custodio, Moiera, and Oliveira, 2012 ; Demura
and Sato, 2007.
4. Triceps Skinfold Thickness
Nilai rata-rata dari triceps skinfold thickness pada responden pria sebesar 13,02 mm, dengan ukuran terbesar 30,80 mm dan ukuran terkecil
4,00 mm dan berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, didapatkan nilai p=0,200.
Nilai normal triceps skinfold thickness untuk pria yaitu 12,55 mm Schilling, 2006, sehingga berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata triceps
skinfold thickness responden pria memiliki nilai di atas nilai standar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abalkhail and Shawky 2002, triceps skinfold
thickness digunakan sebagai prediktor kelebihan berat badan, akumulasi lemak tubuh yang berlebih serta massa otot.
5. Body Fat Percentage BFP
Nilai rata-rata body fat percentage pada responden pria sebesar 20,67. Nilai body fat percentage terkecil yang ditemukan dalam penelitian
ini yaitu 5,14, sedangkan nilai body fat percentage terbesar dalam penelitian ini yaitu 37,52. Hasil dari uji normalitas yang dilakukan,
diperoleh nilai p=0,200 yang menunjukan bahwa data body fat percentage responden pria terdistribusi normal.
Terjadinya peningkatan lemak di bagian perut, dapat mendasari terjadinya peningkatan risiko yang berhubungan dengan obesitas. Body fat
percentage merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan nilai BMI, hal ini dikarenakan distribusi jumlah lemak di perut mempunyai hubungan
dengan berbagai gangguan kesehatan seperti risiko DM 2 dan penyakit kardiovaskular Mathieu, 2008; Flegal, 2005; Canoy, 2007; Folsom; 2000.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa persentase lemak tubuh yang tinggi berhubungan dengan risiko terjadinya hipertensi. Hal
ini didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Silva 2012,
bahwa pada pria ada prevalensi yang lebih besar hipertensi pada pria dewasa dengan body fat percentage yang tinggi dibandingkan dengan nilai
pengukuran body fat percentage yang rendah. Melalui hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan sementara bahwa orang-orang obesitas dengan
nilai body fat percentage yang tinggi ada risiko untuk terkena hipertensi.
6. Kolesterol Total