mengenai kemampuan siswa dalam memahami materi, khususnya materi unsur-unsur kubus dan balok, serta dapat mengembangkan model
pembelajaran lainnya untuk meningkatkan prestasi siswa.
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Proses Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
Kata “belajar” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, atau berubahnya tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Muhibbin Syah
1995:111 mengemukakan bahwa proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi
dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
Menurut Muhibbin Syah 1995:184 mengajar adalah upaya membantu siswa memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini guru berinteraksi
sedemikian rupa dengan siswa agar siswa belajar membentuk makna dan pemahamannya sendiri dan juga siswa terlibat dalam aktivitas belajar.
Pengertian belajar yang lain Fontana, dalam Purwanti, 2005 adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara
optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada
belajar hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan
belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam
lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru,
sumberfasilitas, dan teman-teman siswa Suherman, 2001:8.
B. Keaktifan Siswa
Menurut Gagne dan Briggs 1979, dalam Martinis Yamin, 2007:84 faktor-faktor yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran yaitu : 1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Menjelaskan tujuan intruksional kemampuan dasar kepada siswa.
3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa. 4. Memberikan stimulus masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari.
5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. 6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7. Memberi umpan balik feed back.
8. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran. Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran
adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar
siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya
semaksimal mungkin. Setelah siswa mampu melibatkan kemampuannya dengan maksimal, diharapkan pengetahuan yang diperoleh siswa lebih
melimpah dan bermakna bagi siswa.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar Kata motif berasal dari bahasa latin “movers” yang berarti
menggerakkan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan Fudyartanto, 2002:257. Dalam bahasa Inggris, motivasi berasal dari kata
motivation yang berarti dorongan. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti
alasan, sebab, dan daya penggerak Echols, 1984, dalam Imron, 1996:87.