Hambatan dalam PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
2. Untuk mengatasi siswa yang suka bercanda iseng dengan menanggapi apa yang disampaikan oleh guru, sebaiknya guru menegur dan tidak terpancing
untuk menanggapi siswa iseng tersebut. 3. Untuk mengatasi posisi tempat duduk siswa yang tidak teratur, sebaiknya
sebelum pelajaran dimulai, guru mengatur posisi duduk siswa. Hal ini tidak dilakukan pada saat penelitian di sekolah dikarenakan waktu
penelitian yang terbatas, sehingga langsung pada inti pelaksanaan pembelajaran dengan turnamen.
4. Guru terlihat kurang jelas dalam memyampaikan prosedur pembelajaran turnamen. Hal ini dapat diminimalkan dengan dua cara, yang pertama
adalah penulis bertindak sebagai guru dan menerapkan sendiri
pembelajaran turnamen tersebut. Kemudian cara yang kedua adalah guru sebaiknya membaca dengan cermat setiap langkah dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran RPP yang telah disiapkan oleh penulis dan bertanya segera apabila ada hal yang kurang jelas, sehingga pada saat
pelaksanaan pembelajaran, guru tidak terlihat bingung dan bertanya kepada penulis di depan siswa.
Dalam hal ini penulis tidak bertindak sebagai guru dikarenakan penulis menginginkan pembelajaran yang alami seperti biasanya yaitu dengan
guru pengampu, karena jika penulis yang mengajar akan ada kemungkinan siswa menyepelekan penulis, sehingga pembelajaran menjadi kurang
objektif.
5. Beberapa siswa setelah selesai membetulkan jawaban tidak langsung mengumpulkan kepada guru justru diam saja menunggu siswa lain. Hal ini
juga disebabkan kurang jelasnya prosedur turnamen yg dijelaskan oleh guru. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya yang sejenis, lebih
ditekankan setiap langkah dalam turnamen, sehingga siswa tidak mengalami kebingungan yang menyebabkan hasil turnamen menjadi
kurang maksimal. 6. Untuk mengatasi siswa-siswa yang menjawab dengan cara menebak,
sebaiknya kesempatan dalam memperbaiki jawaban tersebut dibatasi jumlahnya. Aturan dasar dalam turnamen ini adalah siswa menjawab dan
memperbaiki sampai jawaban benar semua. Akan tetapi hal ini justru menimbulkan celah bagi beberapa siswa yang kurang serius yaitu dengan
menebak jawaban. Kasusnya seperti ini, misalnya siswa menjawab poin A, kemudian setelah dikoreksi oleh guru ternyata salah kemudian siswa
tersebut menjawab poin B, kalau masih salah lagi kemudian dijawab C dan terakhir D.
Menanggapi hal ini, untuk penelitian selanjutnya yang sejenis sebaiknya kesempatan menjawab dibatasi, contohnya sebagai berikut : misalnya
pilihan jawaban dari A sd D, maka kesempatan siswa hanya diberikan sebanyak 2 kali menjawab dan bukan 4 kali menjawab. Hal ini diharapkan
dapat memperkecil jumlah siswa yang menjawab dengan cara menebak jawaban kuis turnamen.