tertentu. Pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi-situasi konkret Suwito, 1983:5.
Konferensi sosiolinguistik di university of California 1964 merumuskan tujuh hal yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik itu, yaitu 1 identitas
sosial dari si penutur, 2 identitas sosial dari si pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, 3 lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi, 4
analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, 5 penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, 6 tingkatan variasi
dan ragam linguistik, dan 7 penerapan praktis dari penelitian linguistik Chaer dan Agustina 2010:5.
Identitas sosial dari penutur dan pendengar dapat diketahui dari bagaimana hubungan keduanya sebagai anggota keluarga, atau teman karib, atasan atau
bawahan, dan lain-lain. Identitas penutur dan pendengar mempengaruhi pemilihan kode. Peristiwa tutur dapat terjadi dimana saja dan mempengaruhi
pemilihan kode sesuai tempat terjadinya peristiwa tutur, misalnya di kantor lebih menggunakan bahasa yang formal. Deskripsi pola-pola dialek sosial pada masa
tertentu atau masa tak terbatas dapat digunakan sehubungan dengan kedudukan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan kelas sosialnya penutur mempunyai
penilaian tersendiri terhadap bentuk-bentuk ujaran yang berlangsung. Macam- macam variasi mempunyai fungsinya masing-masing. Penelitian sosiolinguistik
diharapkan dapat mengatasi masalah dalam masyarakat seperti dalam pengajaran bahasa, pembakuan bahasa, dan sebagainya Chaer dan Aguntina, 2010:6.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena kebahasaan
yang ada dimasyarakat dan berbagai faktor kemasyarakatan yang menyebabkan terjadinya variasi-variasi bahasa.
B. Kontak Bahasa
Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari
satu masyarakat, akan terjadilah yang disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan saling mempengaruhi bahasa dari
masyarakat yang datang Chaer, 2012:65. Seperti halnya masyarakat Indonesia yang memiiki bermacam-macam bahasa daerah, jika salah satu penutur bahasa
bertemu dengan penutur bahasa yang lain maka akan terjadi kontak bahasa di antara keduanya dan akan mempengaruhi penggunaan kode-kode dari kedua
penutur bahasa. Mackey via Suwito, 1983:39 menjelaskan kontak bahasa sebagai
pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menimbulkan perubahan bahasa yang dimiliki oleh
ekabahasawanan, sedangkan kedwibahasawanan diartikan sebagai kemampuan penggunaan dua bahasa yang sama baiknya oleh penutur Bloomfied, via Suwito,
1983:40. Tingkat kefasihan seseorang dalam berbahasa tergantung pada fungsi atau
pemakaian bahasa, sehingga bahasa yang sering dipakai maka penuturnya akan
semakin fasih dalam bahasa tersebut Alwasilah, 1990:126. Jadi, setiap bahasa apabila sering dipergunakan secara terus menerus maka penutur akan semakin
baik dalam pelafalan setiap kata yang terdapat dalam bahasa tersebut. Misalnya, seorang dwibahasawanan yang mendapatkan bahasa ibu yaitu bahasa Indonesia
akan tetapi setelah tumbuh dewasa bersekolah dan tinggal di luar negeri sehingga bahasa yang dikuasai secara fasih adalah bahasa Inggris karena sering digunakan
sehari-hari. Peristiwa yang ditimbulkan akibat
kontak bahasa adalah kedwibahasawanan. Dalam istilah bahasa Inggris dikenal sebagai bilingualism
yaitu penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Mackey via Suwito, 1983:40 mengemukakan adanya tingkat-tingkat kemampuan kedwibasawanan
dalam penguasaan bahasa kedua yaitu dari segi gramatikal, leksikal, dan sematik yang tercermin pada keterampilan membaca, mendengarkan, berbicara dan
menulis. Semakin banyak unsur yang dikuasai oleh seorang penutur, makin tinggi tingkat kedwibasawanannya.
Haugen via Suwito, 1983:41 mengemukakan bahwa kedwibasawanan sebagai “tahu dua bahasa” atau “ knowledge of two language”. Dalam artian
mengetahui dua bahasa tidak harus secara aktif, akan tetapi cukup dengan mengetahui dua bahasa secara pasif a completely passive bilingualism,
understanding without speaking. Menggunakan dua bahasa berarti mampu menggunakan dua sistem kode secara baik Suwito, 1983:41. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa penggunaan dua bahasa dapat menimbulkan pertukaran bahasa yang digunakan yang disebut alih kode ataupun campur kode.