Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah

9 BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini digunakan teori-teori yang relevan yang dapat mendukung temuan-temuan data dilapangan sehingga dapat memperkuat teori dan keakuratan data. Teori yang digunakan adalah kajian sosiolinguistik, kontak bahasa, variasi bahasa, meliputi variasi bahasa dari faktor tempat, variasi bahasa dari faktor waktu, variasi bahasa dari faktor pemakai, faktor bahasa dari segi pemakaiannya, variasi bahasa dari faktor situasi, kajian alih kode, dan kajian campur kode.

A. Sosiolinguistik

Istilah sosiolinguistik pada hakikatnya berasal dari dua unsur, yaitu sosio dan linguistik. Kata linguistik, yaitu ilmu yang mempelajari bahasa manusia atau sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk berkomunikasi oleh kelompok manusia, dan kata sosio yaitu berhubungan dengan masyarakat. Jadi istilah sosiolingusitik didefinisikan sebagai pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan Nababan 1986:2. Nababa 1986:3 menjelaskan bahwa faktor kemasyarakatan memberikan makna kepada bahasa, dan sekarang ini semakin disadari bahwa faktor kemasyarakatan ini menyebabkan variasi-variasi bahasa yang tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk perbedaan golongan kemasyarakatan penuturnya, tetapi juga sebagai indikasi situasi berbahasa serta mencerminkan tujuan, topik, aturan-aturan, dan modus penggunaan bahasa. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di sekitarnya Wijana dan Rohmadi, 2011:7 Kridalaksana 1974:12 mendefinisikan sosiolinguistik sebagai ilmu yang mempelajari ciri-ciri dan berbagai variasi-variasi bahasa, serta hubungan diantara hubungan para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu dalam suatu masyarakat bahasa. Jadi, sosiolinguistik lebih menerangkan hubungan antara perwujudan struktur bahasa dengan faktor-faktor sosiokultural penuturnya, Wardaugh, via Wijana dan Rohmadi, 2011:11. Sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasadialek dalam budaya tertentu, pilihan tertentu yang dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan Chaer dan Agustina, 2010:5. Di dalam masyarakat menusia tidak dipandang sebagai individu tetapi dipandang sebagai anggota dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu, bahasa dan pemakaiannya tidak diamati secara individual saja, tetapi selalu dihubungkan dengan kegiatan di dalam masyarakat. Dengan kata lain bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala individual, tetapi juga merupakan gejala sosial. Gejala sosial tidak hanya faktor linguistik akan tetapi juga faktor-faktor sosial yaitu tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, dan lain-lain Suwito, 1983:2. Dengan demikian sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan