berorientasi kepada hasil atau produksi; dengan kata lain ragam ini berada pada tingkat yang paling operasional. Ragam santai casual adalah ragam bahasa
santai antar teman dalam berbincang-bincang, rekreasi, berolah raga, dan sebagainya. Ragam akrab intimate adalah ragam bahasa antaranggota yang
akrab dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang
pendek.
D. Alih Kode
Dalam keadaan kedwibahasawanan bilingualisme, akan sering terdapat orang mengganti bahasa atau ragam bahasa, hal ini tergantung tergantung pada
keadaan atau keperluan bahasa itu. Umpamanya, sewaktu orang pertama berbahasa A dengan orang ke dua kemudian datang pihak ke tiga yang tidak
mengerti bahasa A, oleh karena ingin menerima pihak ke tiga dalam situasi berbahasa itu, maka orang pertama dan orang ke dua beralih berbahasa B yang
dimengerti pihak ke tiga. Kejadian seperti itu disebut alih kode. Kridalaksana 2008:9 mendefinisikan alih kode adalah proses pemindahan informasi dari suatu
bahasa atau variasi bahasa disebut bahasa sumber ke bahasa atau variasi bahasa lain bahasa sasaran.
Appel via Chaer dan Agustina, 2010:107 mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian berbahasa karena perubahan situasi. Hymes
via Suwito, 1983:69 menjelaskan alih kode merupakan istilah umum untuk
menyebut pergantian peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi suatu bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari satu ragam.
Sebagai contoh alih kode misalnya, terdapat dua orang yang sedang bercakap-cakap dengan mengunakan bahasa Jawa, tidak lama kemudian datang
seorang teman yang berasal dari Kalimantan dan tidak mengerti bahasa Jawa, agar pihak ketiga dapat mengerti apa yang dibicarakan maka pihak pertama dan kedua
mengganti bahasa yang digunakan menjadi bahasa Indonesia sehingga pihak ketiga dapat ikut berpartisipasi dalam percakapan. Tidak lama kemudian pihak
ketiga pergi, sehingga pihak pertama dan kedua kembali menggunakan bahasa Jawa. Dari contoh di atas sudah sangat jelas peristiwa alih kode yang dilakukan
oleh pihak pertama dan kedua dari bahasa Jawa menjadi bahasa Indonesia sehingga merupakan peristiwa yang sudah biasa dalam berbahasa. Suwito
1983:69 menjelaskam bahwa alih kode merupakan salah satu aspek yang saling ketergantungaan language dependensi dalam masyarakat multilingual.
Heymes via Suwito, 1983:69 membagi alih kode berdasarkan sifatnya menjadi dua yaitu:
1. Alih kode bersifat internal internal code switching.
Alih kode yang bersifat intern apabila terjadi pada antara bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, atau antara dialek-dialek dalam satu bahasa
daerah, atau atara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek. 2.
Alih kode yang bersifat eksternal external code switching. Alih kode yang bersifat ekstern apabila terjadi pada antara bahasa asli
dengan bahasa asing.