4. Variasi bahasa dari faktor pemakaiannya
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaiannya ini adalah menyangkut bahasa yang digunakan berdasarkan bidang tertentu, seperti bahasa dalam bidang
jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini paling
tampak cirinya adalah dalam bidang kosa kata. Setiap bidang kegiatan pada umunya mempunyai sejumlah kosa kata khusus atau kosa kata tertentu yang tidak
digunakan dalam bidang lain Chaer dan Agustina, 2010:68.
5. Variasi Bahasa dari Faktor Situasi
Variasi bahasa dari faktor situasi dilihat pada saat situasi pengunaan bahasa dalam situasi resmi atau tidak resmi situasi formal atau informal. Martin
Joos via Nababan, 1986:22 membagi ragam bahasa dari faktor keformalan menjadi lima bagian yaitu ragam beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai,
dan ragam akrap. Ragam beku frozen adalah ragam bahasa yang paling resmi yang
digunakan di situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Dalam bentuk tertulis ragam beku ini terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah
seperti undang-undang dasar dan dokumen penting lainnya. Ragam resmi formal adalah ragam bahasa yang dipakai dalam situasi-situasi resmi, rapat dinas, atau
rapat resmi pimpinan suatu badan. Ragam usaha consultative adalah ragam bahasa yang sesuai dengan
pembicaraan-pembicaraan disekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang
berorientasi kepada hasil atau produksi; dengan kata lain ragam ini berada pada tingkat yang paling operasional. Ragam santai casual adalah ragam bahasa
santai antar teman dalam berbincang-bincang, rekreasi, berolah raga, dan sebagainya. Ragam akrab intimate adalah ragam bahasa antaranggota yang
akrab dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang
pendek.
D. Alih Kode
Dalam keadaan kedwibahasawanan bilingualisme, akan sering terdapat orang mengganti bahasa atau ragam bahasa, hal ini tergantung tergantung pada
keadaan atau keperluan bahasa itu. Umpamanya, sewaktu orang pertama berbahasa A dengan orang ke dua kemudian datang pihak ke tiga yang tidak
mengerti bahasa A, oleh karena ingin menerima pihak ke tiga dalam situasi berbahasa itu, maka orang pertama dan orang ke dua beralih berbahasa B yang
dimengerti pihak ke tiga. Kejadian seperti itu disebut alih kode. Kridalaksana 2008:9 mendefinisikan alih kode adalah proses pemindahan informasi dari suatu
bahasa atau variasi bahasa disebut bahasa sumber ke bahasa atau variasi bahasa lain bahasa sasaran.
Appel via Chaer dan Agustina, 2010:107 mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian berbahasa karena perubahan situasi. Hymes
via Suwito, 1983:69 menjelaskan alih kode merupakan istilah umum untuk