Pada data 27 di atas awalnya penutur menjalaskan bahwa kesalahan itu sepele tapi berulang kali sulit diberi pemahaman. Penutur mencampurkan kode
bahasa Jawa ngoko untuk menyatakan rasa kecewa ditandai dengan frasa “rada ngeyel”.
c. Penyisipan Berbentuk Reduplikasi
Penyisipan yang berbentuk reduplikasi adalah pencampuran kode yang berupa penyisipan reduplikasi. Menurut KBBI reduplikasi adalah proses atau hasil
perulangan kata atau unsur kata. Misalnya rumah-rumah, jalan-jalan, buku-buku, dan lain-lain. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode berupa
reduplikasi adalah agar lebih akrab dengan lawan tutur dengan tujuan menjelaskan sesuatu
1 Agar lebih akrab dengan lawan tutur dengan tujuan menjelaskan sesuatu Data 28 berikut ini menunjukkan terjadinya campur kode bahasa Jawa ke
dalam bahasa Indonesia agar lebih akrab dengan lawan tutur dengan tujuan menjelaskan sesuatu.
28 Jadi artinya itu masuk ke baku desa atau baku panjenengan nggih, yang dibeberapa kecamatan kemarin yang mengalami kesulitan adalah
masalah penagihannya, di anu ke kantornya sing dhuwe tower ki indosat, telkomsel atau ngendi biasanya disewakan atau dia menyewa,
jadi saling dhuding-dhudinganan. CK 109 Jadi artinya itu masuk ke baku desa atau baku anda ya yang
dibeberapa kecamatan kemarin yang mengalami kesulitan adalah masalah penagihannya, di anu ke kantornya yang punya menara ini
indosat, telkomsel atau mana biasanya disewakan atau dia menyewa, jadi saling menuduh.
Pada data 28 di atas awalnya penutur menjelaskan penagihan masuk ke
baku desa, ada sebagian yang mengalami kesulitan dalam penagihan, dicari dikantornya siapa yang mempunyai atau yang menyewa saling tujuk-menunjuk.
Penutur mencampurkan kode dalam bahasa Jawa ngoko agar lebih akrab dengan
lawan tutur dengan tujuan menjelaskan sesuatu ditandai dengan kata “dhuding- dhudingan”.
2 Untuk menghormati lawan tutur dengan tujuan menjelaskan sesuatu Data 29 berikut ini menunjukkan terjadinya campur kode bahasa Jawa ke
dalam bahasa Indonesia untuk menghormati lawan tutur dengan tujuan menjelaskan sesuatu.
29 Saya singgung mengenai tunggakan bahwa penyebab dari pada
tunggaan wongsal-wangsal kulo sampun matur. CK 51 Saya singgung mengenai tunggakan bahwa penyebab dari pada
tunggaan saya sudah bilang berulang-kali.
Pada data 29 di atas awalnya penutur ingin menjelaskan bahwa penyebab
dari tunggakkan sudah berulangkali disampaikan. Penutur mencampurkan reduplikasi bahasa Jawa kromo untuk menghormati lawan tutur pada saat
menyampaikan penyebab dari tunggan ditandai dengan kata “wongsal-wangsul”.
3. Campur Kode ke Luar
Campur kode ke dalam campur kode adalah yang bersumber dari bahasa asing. Bahasa asing yang ditemukan pada penelitian ini adalah
bahasa Inggris dan bahasa Arab. Wujud campur kode ke luar yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi penyisipan kata, frasa, reduplikasi
dan Istilah. Pada peneltian ini penulis mendeskripsikan wujud campur kode ke luar,
beserta faktor-faktor penyebab yang melatarbelakanginya.
a. Penyisipan yang berwujud kata
Penyisipan yang berwujud kata adalah penyisipan atau pencampuran dalam bentuk kata ke dalam suatu bahasa. Sebagai contoh seorang penutur
berbicara menggunakan bahasa Indonesia, kemudian karena penutur mempunyai tujuan tertentu maka penutur menyisipkan kata-kata bahasa Asing ke dalam
bahasa Indonesia. Terjadinya campur kode dalam bentuk kata juga dilatarbelakangi adanya faktor yang mempengaruhinya. Berikut ini faktor-faktor
yang menjadi penyebab terjadinya campur kode ke luar berupa kata. 1 Ketiadaan padanan kata yang tepat
Ketiadaan padanan kata yang tepat menjadi faktor penyebab terjadinya campur kode. Penutur tidak menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan
maksud sehingga penutur mencari kata yang tepat dari bahasa yang lain. Data 30 berikut ini menunjukkan campur kode bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
karena ketiadaan padanan kata yang tepat.
30 Program word itu ternyata tidak bisa dinggo jumlah otomatis, kami berusaha itu membuatkan program excel jadi bisa. CK 146
Pada data 30 di atas awalnya penutur menjelaskan kalau program word tidak bisa menjumlah otomatis, sehingga dibuatkan program excel. Penutur
mencampurkan kode bahasa Inggris karena ketiadaan padanan kata dari kata
“word” dan “excel”.
2 Kesulitan mencari padanan kata Seorang penutur biasanya mempunyai kemampuan menguasai lebih dari
satu bahasa. Pada saat kesulitan mencari sebuah padanan kata penutur mencari ke
dalam bahasa lain yang dikuasai oleh penutur. Data 31 berikut ini menunjukkan campur kode bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia karena penutur kesulitan
mencari padanan kata. 31Jadi, data itu tidak tetep, kalau kata Pak Hari ada transaksi setiap hari,
otomatis data itu harus tiap saat diupdate , diupdate bagaimana caranya. Kalau tadi disampaikan pak Hari menunggu, bahwa
mengupdate itu tiga tahun sekali dan bahkan untuk wilayah berkembang satu tahun sekali, kalau kita menunggu itu istilahnya
tidak nyandak pak. data CK 92 Jadi, data itu tidak tetap, kalau kata Pak Hari ada transaksi setiap hari,
otomatis data itu harus tiap saat diperbarui, diperbarui bagaimana caranya. Kalau tadi disampaikan Pak Hari menunggu, bahwa
memperbarui itu tiga tahun sekali dan bahkan untuk wilayah berkembang satu tahun sekali.
Pada data 31 di atas awalnya penutur menjelaskan kalau setiap hari ada transaksi harus otomatis diperbarui, jika menunggu memperbarui setiap tiga tahun
sekali tidak selesai. Penutur mencampurkan kode dalam bahasa Inggris karena
kesulitan mencari padanan kata yang tepat dari kata “update”. Penutur kesulitan mencari padanan kata yang tepat ditandai dengan penggunaan kata “update”
sebanyak tiga kali. 3 Kebiasaan penutur menggunakan kata tertentu
Seorang penutur seringkali menggunakan kosa kata dalam bahasa Inggris sehingga sudah menjadi kebiasaan penutur itu sendiri. Data 32 berikut ini
menunjukkan campur kode dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia karena kebiasaan penutur menggunakan kata tertentu.
32 Kalau file yang saya berikan itu digarap dua tiga hari saja sebenarnya
sudah jadi, kendalanya itu. CK 148 Kalau berkas yang saya berikan itu digarap dua tiga hari saja
sebenarnya sudah jadi, kendalanya itu.
Pada data 32 di atas awalnya penutur menjelaskan kalau berkas itu dikerjakan dua atau tiga hari sudah selesai. Penutur mencampurkan kode bahasa
Inggris kerena kebiasaan menggunakan kata kata “file” dalam kehidupan sehari- hari. Kata “file” sering digunakan untuk mengungkapkan maksud dari penutur
yaitu berkas yang masih dalam bentuk “soft copy”.
4 Menjelaskan sesuatu
Data 33 berikut ini menunjukkan campur kode dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia karena penutur ingin menjelaskan sesuatu.
33 Piye carane jaring nanti kita bisa lewat notaris PPAT, bisa langsung
ke developer langsung kita undang nggih pak nggih Pak Dar. CK 107
Bagaimana jaring nanti kita bisa lewat notaris PPAT, bisa langsung ke pengembang langsung kita undang ya pak ya Pak Dar.
Pada data 33 di atas awalnya penutur menjelaskan caranya menjaring bisa lewat notaris PPAT atau bisa mengundang langsung para pengembang.
Penutur mencampurkan kode bahasa Inggris untuk menjelaskan sesuatu ditandai
dengan kata “developer”.
5
Menanyakan sesuatu Data 34 berikut ini menunjukkan campur kode bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia karena penutur ingin menanyakan sesuatu.
34 Itu piro perbandingane, berapa persen dari harga real? masih jauh
Pak biarpun dalam tanda petik 2013 sudah dinaikkan NJOPnya tapi masih jauh dari harga real nggih. CK 47
Itu berapa perbandingannya, berapa persen dari harga nyata? masih jauh pak biarpun dalam tanda petik 2013 sudah dinaikkan NJOPnya
tapi masih jauh dari harga nyata ya.
Pada data 34 di atas penutur awalnya penutur mananyakan berapa persen
perbandingannya dari harga sebenarnya, masih jauh dari harga sebenarnya