93 membawa ASEAN dalam G-20 tanpa mengecilkan peran ASEAN sebagai
forum utama kerjasama ekonomi di Asia Tenggara.
e. Agenda peningkatan peran Kelompok Kontak Indonesia dan ASEAN dalam G-20
Dari paparan dalam bagian ini, peningkatan fungsi Kelompok Kontak Indonesia dan ASEAN dalam G-20 perlu diagendakan baik oleh Indonesia,
Ketua ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN. Fungsi Kelompok Kontak ini meliputi koordinasi kepentingan dan posisi negara-negara anggota ASEAN
dan kepentingan dan posisi Indonesia sebagai anggota G-20. Kelompok kontak ini juga dapat menggali lebih dalam kepentingan ASEAN yang selaras dengan
kepentingan negara-negara berkembang lain. Ketiga anggota kelompok kontak ini juga bertanggung jawab untuk mengkaji keselarasan komitmen-komitmen
yang dibuat dalam G-20 dengan komitmen-komitmen yang telah dibuat oleh anggota-anggota ASEAN dalam KTT-KTT yang telah dibuatnya selama ini. Ini
penting untuk tetap menjaga kepentingan regional dalam wadah klub global yang eksklusif. Kelompok kontak diharapkan dapat memperkuat bargaining
position Indonesia dan perwakilan-perwakilan ASEAN yang turut hadir dalam KTT G-20.
Kelompok Kontak ini juga penting supaya kepentingan ASEAN juga terus dapat dijaga oleh Indonesia mengingat perwakilan-perwakilan ASEAN tidak
dapat selalu hadir dalam pertemuan-pertemuan tingkat menteri dan pejabat senior yang seringkali lebih bersifat implementatif dan koordinatif kebijakan
nasional. Harus diakui bahwa penguatan peran ini tidak mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota ASEAN yang “meragukan” kompetensi
dan peran Indonesia, akan melihat penguatan peran ini sebagai penguatan legitimasi Indonesia dalam forum G-20. Bagaimanapun harus diakui adanya
persaingan di antara negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan pengaruh mereka di kawasan maupun di forum-forum global.
Tantangan kedua muncul berkaitan dengan situasi politik kawasan yang mudah berubah. Tantangan ini misalnya terkait dengan isu perbatasan yang
masih harus diselesaikan di antara negara-negara anggota ASEAN. Fluktuasi hubungan Indonesia dan Malaysia, hubungan Singapura dan Indonesia,
serta Singapura dan Malaysia membawa dampak yang kurang kondusif bagi kerjasama kongkrit dalam bidang ekonomi. Ini akan mereduksi dukungan
94
keterlibatan Indonesia dalam proses G-20. Pergantian kepemimpinan-kepemimpinan rotatif ASEAN juga merupakan
tantangan yang dapat menghambat peningkatan peran ASEAN dalam proses G-20 dan kelompok kontak ASEAN-G-20; tidak semua pemimpin melihat G-20
dan peran Indonesia dengan cara pandang yang sama. Harus diakui pula bahwa kesepakatan yang dibuat dalam G-20 juga
berdampak bagi stabilitas hubungan diantara negara-negara anggota ASEAN itu sendiri. Misalnya penambahan bobot suara dalam IMF yang disepakati
dalam G-20 dapat memicu persaingan negara-negara anggota ASEAN untuk mendapatkan porsi yang lebih besar dari perubahan penting tersebut.
Indonesia tidak serta merta mengklaim hak untuk mendapatkan suara yang lebih besar dan sekaligus menjadi representasi regional di lembaga keuangan
internasional tersebut. Thailand dan Singapura memiliki kepentingan yang sama untuk mendapat hak istimewa dalam IMF tersebut.
Dalam hal ini, peran kelompok kontak ASEAN-G-20 seharusnya dimaksimalkan dengan tindakan-tindakan kongkrit. Direktorat Jenderal
Multilateral Kementrian Luar Negeri dan Ketua Sherpa G-20 Indonesia dapat memainkan peran penting dalam Kontak Grup ASEAN-G-20. Koordinasi yang
efektif tentu harus dilakukan Kementrian Luar Negeri dengan Kementrian Keuangan menyangkut sikap dan posisi kementerian yang terlibat
langsung dalam pertemuan-pertemuan lanjutan G-20 yang diharapkan berkesinambungan dengan pertemuan-pertemuan tingkat menteri Keuangan
negara-negara Anggota ASEAN. Ini terutama untuk menjaga agar keputusan- keputusan yang dibuat di forum yang berbeda ini tidak bertabrakan satu sama
lain; ini juga untuk menjaga supaya komitmen Indonesia dan perwakilan ASEAN dalam G-20 tetap mengacu pada pendekatan-pendekatan yang selama
ini diadopsi ASEAN.
95 Isu Islam dalam politik global telah menarik perhatian sejak Samuel
Huntington, seorang ilmuwan terkemuka Amerika, mempublikasikan karyanya yang berjudul Clash of Civilizations pada pertengahan tahun 1990an.
Isu ini mendapatkan perhatian dunia lebih besar lagi terutama terangkat sejak terjadinya peristiwa 911, di mana terjadi serangan terorisme dengan
menggunakan empat pesawat terbang yang dibajak menyerang Pentagon serta meruntuhkan Gedung World Trade Center WTC di Amerika Serikat pada tanggal
11 September 2001. Kejadian ini memakan korban nyawa yang sangat banyak dengan jumlah hampir 3.000 jiwa.
142
Aksi terorisme ini disebutkan terkoordinir oleh seseorang bernama Osama Bin Laden yang adalah anggota dari gerakan
IV.
MEWAKILI NEGARA-NEGARA MUSLIM: SEBERAPA RELEVAN ISU
MUSLIM DALAM G-20?
“Sebagai anggota OKI, kita dapat terus menyuarakan jati diri Islam yang moderat, terbuka, toleran
dan modern. Kita juga secara konstruktif dapat menjembatani antara Islam dan Barat.”
141
141 Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam rangka HUT ke-65 Proklamasi Kemerdekaan RI di depan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan Dewan Pimpinan Daerah Republik Indonesia tanggal 16 Agustus 2010.
142 September 11: A Memorial diambil dari http:www.cnn.comSPECIALS2001 memorial diakses pada 3 Oktober 2008 pukul 04.42 WIB.
96
revolusioner atas nama Islam.
143
Peristiwa ini kemudian memunculkan istilah Islamophobia karena telah menumbuhkan rasa trauma yang besar di kalangan
masyarakat internasional terhadap masyarakat Muslim. Islam menjadi sering dikaitkan dengan fundamentalisme dan terorisme. Melihat hal ini tentu
membuat kelompok negara-negara Muslim memiliki rasa untuk bersatu dan membenahi citra yang telah terbentuk di dunia internasional. Tentunya
Indonesia juga berpartisipasi dalam pembenahan citra Islam ini.
Di dalam keanggotaan G-20, hanya terdapat tiga negara yang merupakan Muslim, yaitu Arab Saudi, Turki, dan Indonesia. Terdapat suatu pendapat
mengenai bagaimana potensi Indonesia dan negara-negara dengan mayoritas Muslim untuk memainkan peran dalam G-20 untuk merepresentasikan
kelompok negara tersebut. Bab ini akan membahas seberapa jauh sebenarnya relevansi isu Islam dan keterwakilan Indonesia dalam proses G-20. Pembahasan
ini akan meliputi posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam terbesar di dunia, peran Indonesia di dalam dunia Muslim, kemunculan