Komitmen bagi pembangunan di negara-negara miskin dan rentan terhadap krisis ekonomi Penguatan kemitraan Utara-Selatan dan peningkatan peran emerging economies

36 dibicarakan dalam KTT-KTT berikutnya. Demikian juga Kelompok Kerja Anti Korupsi dapat mengundang non anggota G-20 untuk membicarakan pendekatan strategis dan rencana aksi untuk memerangi korupsi. Di samping meningkatkan legitimasi dan efektivitas, mekanisme outreach yang terlembaga dan substantif, akan memperkuat peran G-20 sebagai pendekatan baru dalam tata kelola global yang dapat mengantar kesejahteraan bagi semua bangsa.

2. Komitmen bagi pembangunan di negara-negara miskin dan rentan terhadap krisis ekonomi

Lembaga-lembaga penelitian menemukan bahwa dampak krisis ekonomi sangat dirasakan di negara-negara miskin. Banyak orang kehilangan pekerjaan, sulit memperoleh makanan yang bergizi, biaya tinggi untuk membiayai hidup keluarga dan terutama juga anak-anak, kondisi kesehatan yang buruk karena fasilitas yang terbatas, dan ketegangan sosial dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kondisi ini diperparah dengan instabilitas politik dan korupsi oleh elit-elit politik di negara-negara miskin. Karenanya G-20 harus memberikan porsi yang cukup untuk membantu negara-negara ini memperbaiki perekonomian mereka. G-20 dapat memberikan perhatian lebih dengan mengagendakan supaya lembaga-lembaga finansial memberikan porsi perhatian yang besar kepada negara-negara berkembang, bukan sekedar penambahan sumber-sumber dana bagi negara-negara maju untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi mereka. KTT G-20 di Toronto menyiratkan itikad baik pemimpin-pemimpin G-20 untuk memberikan perhatian bagi orang miskin dan orang yang paling rentan yang kondisi hidupnya menjadi lebih buruk akibat terjadinya krisis ekonomi belakangan ini. Kelompok Kerja Pembangunan telah dibentuk. Deklarasi itikad ini dan pembentukan Kelompok Kerja ini harus diwujudkan dalam aksi yang nyata yang akan dilaksanakan dalam jangka pendek ini. KTT Seoul telah menunjukkan kemajuan dalam menangani isu-isu pembangunan dan menetapkan suatu rencana aksi. Bagaimanapun, pemimpin-pemimpin G-20 harus tetap mampu membuktikan komitmen mereka melalui tindakan nyata. KTT berikut di Perancis di tahun 2011 akan menunjukan seberapa jauh komitmen-komitmen terhadap agenda pembangunan telah secara serius ditindaklanjuti oleh pemimpin-pemimpin G-20. 37

3. Penguatan kemitraan Utara-Selatan dan peningkatan peran emerging economies

Penguatan kemitraan Utara-Selatan menjadi agenda penting untuk merespon kritik bahwa G-20 semata-mata merupakan instrumen negara- negara G-7 untuk melanjutkan dominasinya dalam perekonomian dunia. Negara-negara maju perlu bersifat toleran terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi negara-negara berkembang dalam G-20 menyangkut pemenuhan komitmen regulasi seperti misalnya Basel 3 yang masih sulit dilaksanakan; negara-negara ini juga perlu terbuka terhadap ide-ide baru menyangkut sistem finansial alternatif yang dikembangkan oleh negara-negara berkembang. Penyelenggaraan KTT di Korea pada bulan Nopember 2010 akan memiliki arti penting karena untuk pertamakalinya KTT G-20 diselenggarakan di negara di luar anggota G-7. Pada tahun 2012, Meksiko akan menjadi tuan rumah KTT G-20 dan ini berarti menambah peran dan kontribusi emerging economy di luar G-7 pada pelembagaan forum G-20. Tentu saja peran ini tidak sekedar bersifat simbolik. Harus dibuat langkah kongkrit di antara negara-negara berkembang untuk merumuskan kepentingan yang sama di antara mereka dalam G-20. Kaukus regional dapat dibangun sebagai langkah awal memperkuat posisi negara-negara berkembang dalam G-20. Ini dapat menghilangkan kesan akan ketidakmampuan negara-negara berkembang untuk duduk sejajar dengan negara-negara maju dalam G-20. 38 39 Posisi Indonesia terhadap G-20 sebagai forum utama kerjasama ekonomi internasional sangat jelas, yaitu mendukung secara penuh wadah formal yang merangkul negara maju dan negara berkembang. Dalam pidato tahunannya di depan Dewan Perwakilan Rakyat bulan Agustus 2010, Presiden Susilo Bambang Yudoyono memperlihatkan antusiasisme yang tinggi bagi Indonesia untuk memberi kontribusi bagi penataan struktur finansial global sebagaimana tercermin dalam kutipan di atas. Indonesia mengakui bahwa dalam konteks sistem internasional yang sedang berubah pasca berakhirnya Perang Dingin, ruang gerak Indonesia dalam pentas internasional kini terbuka semakin lebar. Indonesia sepenuhnya menyadari bahwa keterlibatannya dalam G-20 memberi peluang bagi Indonesia untuk semakin mendunia: ”Inilah saatnya prestasi, produk,budaya dan ide-ide Indonesia semakin menjadi bagian dari dinamika di tingkat global”. 48 Peningkatan kinerja diplomasi Indonesia yang bebas, aktif dan transformatif diakui oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono II. INDONESIA DAN G-20 ”Sebagai anggota G-20, kita dapat membantu mereformasi arsitektur perekonomian dunia, serta dapat berkontribusi bagi terwujudnya pertumbuhan ekonomi global yang kuat, berimbang dan berkelanjutan” 47 47 Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam rangka HUT ke-65 Proklamasi Kemerdekaan RI di depan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Pimpinan Daerah Republik Indonesia tanggal 16 Agustus 2010. 48 Ibid. 40 sebagai keharusan untuk menciptakan peluang bagi realisasi kepentingan nasional Indonesia. Bab II ini mendeskripsikan posisi dan kepentingan Indonesia dalam G-20 dan seberapa jauh Indonesia telah memainkan perannya dalam proses G-20. Bab ini juga akan mendeskripsikan bagaimana Indonesia sebagai anggota G-20 memenuhi komitmen-komitmennya terhadap G-20 dan tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia dalam proses-G-20.

a. Posisi Indonesia: G-20 sebagai rumah ekonomi dan peradaban