120
Womens Working Group menyerukan agar G-20 mengintegrasikan perspektif gender dalam arsitektur ekonomi dan keuangan baru, membawa G-20 dan IMF
di bawah mandat dan otoritas PBB, menghentikan negoasiasi Putaran Doha, serta mengembalikkan kondisi awal ODA Official Development Assistance serta
alokasi yang transparan dalam pendanaan baru berbasis gender, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia.
189
Sekretaris Jenderal Amnesty Internasional, Irene Khan, menyerukan G-20 untuk memperlihatkan komitmen yang baik dalam masalah hak asasi
manusia. Amnesty Internasional menyatakan bahwa kredibilitas catatan HAM negara-negara G-20 patut dipertanyakan untuk memimpin dunia. Dua negara
terbesar dalam G-20, AS dan China hanya menerima sebagian agenda global terkait HAM.
“Untuk menjadi pemimpin global, G-20 harus menghormati nilai-nilai global dan mengubah catatan buruk masa lalu dan standard ganda mereka
tentang Hak Asasi Manusia. … Ini adalah penguasa lama yang duduk di seputar meja dunia untuk menunjukkan contoh melalui perilaku mereka.
Suatu awal yang baik bagi anggota G-20 untuk memberikan pertanda yang jelas bahwa semua hak asasi manusia, hak ekonomi, sosial budaya, politik
ataupun sipil sama-sama penting.”
190
d. LSM Indonesia: upaya menemukan pijakan bersama
Di Indonesia, aneka tuntutan terhadap G-20 turut disuarakan. Terkait KTT G-20 London 2009, misalnya, INFID menyatakan beberapa poin. Pertama,
pertemuan G-20 tidak akan menghasilkan tata dunia yang adil, bahkan sebaliknya akan menciptakan tata dunia yang semakin tidak adil. Kedua,
menolak penguatan peran IMF dan Bank Dunia dalam penanganan krisis keuangan karena lembaga-lembaga multilateral ini terbukti gagal dan bahkan
menjadi biang keladi krisis keuangan global. Ketiga, mendesak PBB mengambil
189 Pernyataan the WOMEN’S WORKING GROUP ON FINANCING FOR DEVELOPMENT di KTT G-20 di Pittsburgh, September 2009, http:www.choike.
org2009enginformes7637.html. diakses tanggal 19 Juli 2010. 190 G-20 must set the example and clean up their human rights record. http:www.
amnesty.orgennews-and-updatesfeature-storiesg-20-must-set-example-and- clean-their-human-rights-record-200905. diakses tanggal 29 Juli 2010.
121 peranan yang lebih besar dalam penyelesaian krisis, dengan syarat adanya
reformasi di tubuh PBB dengan menghilangkan hak veto lima negara. Kelima, kehadiran Presiden SBY dalam pertemuan G-20 adalah sebuah kesia-siaan dan
memperlihatkan betapa patuhnya Presiden SBY kepada keinginan pemberi utang Indonesia ketimbang pada rakyatnya. Kelima, menolak jaminan
pembiayaan risiko gagal bayar utang swasta oleh pemerintah. Keenam, menolak kesepakatan-kesepakatan bilateral yang berkaitan dengan skema
perubahan iklim, yang akan memberi peluang pada kehancuran alam dan lingkungan Indonesia.
191
Salah seorang wakil INFID berharap agar pemerintah Indonesia memiliki kepastian kebijakan tentang sistem investasi, perdagangan, keamanan
dalam negeri. Lebih lanjut aktivis LSM tersebut mengungkapkan bahwa ketidaksetujuan INFID terutama karena G-20 menjadi lembaga tandingan
terhadap PBB yang selama ini lebih legitimate dalam membuat keputusan yang mengikat secara internasional. G-20 yang menguasai lebih dari 34 GDP
dunia membuat pengaruh PBB menjadi tidak signifikan.
192
Salah seorang aktivis LSM dari Koalisi Anti Hutang menggarisbawahi hal senada dengan INFID tentang legitimasi G-20:
“Kalau G-8 atau G-20 menempatkan diri sebagai shadow government, seolah-olah menjadi model pemerintahan baru di tingkat global. Kalau
kita stick dengan kesepakatan konsensus internasional, PBB seharusnya memiliki peran yang lebih besar. Ketika terjadi krisis 2007-2008, muncul
perdebatan apakah masalah diselesaikan melalui mekanisme G-20 atau PBB. Kebanyakan masyarakat sipil mendorong PBB berperan lebih
besar dalam menyelesaikan krisis karena mereka lebih menjamin keterlibatan semua negara.”
193
Aktivis LSM lain dari Wahana Lingkungan Hidup WALHI juga menekankan agar keikutsertaan Indonesia dalam G-20 tidak hanya sekadar ikut-ikutan.
Lebih baik mendorong PBB sebagai representasi global.
194
191 Pernyataan INFID terhadap G-20. http:melampauipemilu.comstatement-infid- terhadap-pertemuan-G-20. Diakses tanggal 29 Juli 2010.
192 Wawancara dengan perwakilan INFID tanggal 27 Mei 2010. 193 Wawancara dengan aktivis-aktivis LSM pada tanggal 21 Mei 2010.
194 Ibid.
122
Gerakan Rakyat Lawan Neokolonialisme-Imperialisme GERAK LAWAN menekankan beberapa poin isu penting.
195
Pertama, G-20 tidak memiliki legitimasi sebagai forum pengambilan keputusan untuk rakyat di seluruh
dunia, khususnya yang berada di negara-negara miskin dan berkembang. Kedua, mendesak negara-negara maju untuk tidak memperalat negara-negara
berkembang dalam pertemuan G-20 untuk merevitalisasi Putaran Doha Organisasi Perdagangan Dunia WTO, dan pembukaan investasi dalam rangka
eksploitasi kekayaan alam negara berkembang dan perdagangan karbon offset dalam penyelesaian krisis. Ketiga, Pertemuan G-20 tidak digunakan
untuk mempromosikan utang baru bagi negara-negara berkembang melalui reformasi Lembaga Keuangan Internasional IFIs.
196
Keempat, dibutuhkan tanggung jawab dan kewajiban negara state obligation secara langsung serta
perubahan kebijakan secara mendasar dalam rangka penyelamatan rakyat. Kelima, Kami menuntut penyelesaian krisis sumber daya alam energi,
pangan, air dan perikanan, krisis lingkungan pencemaran, perubahan iklim, dengan pengarusutamaan hak-hak rakyat terutama buruh, petani dan
konsumen kecil. Keenam, Presiden SBY agar tidak membuat kebijakan yang merugikan rakyat dengan penciptaan utang baru yang dapat menjadi beban
bagi pemerintahan berikutnya.
Koalisi untuk Keadilan Global yang turut pula menyuarakan aspirasinya. Tuntutan yang disuarakan Koalisi untuk Keadilan Global meliputi:
1. Menolak cara-cara kapitalisme neoliberal dalam bentuk deregulasi keuangan, liberalisasi perdagangan, ekspansi investasi dan utang luar
negeri sebagai strategi dalam penyelesaian krisis keuangan global. 2. Menolak penguatan peran lembaga keuangan multilateral IMF, Bank
Dunia dan Penggunaan Utang Luar Negeri sebagai sumber pembiayaan krisis khususnya bagi negara-negara berkembang.
195 GERAK LAWAN adalah forum LSM yang terdiri dari Serikat Petani Indonesia, Serikat Buruh Indonesia, Koalisi Anti Utang, Institute for Global Justice, Koalisi
Rakyat untuk Keadilan Perikanan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Sarekat Hijau Indonesia.
196 Masyarakat Sipil Indonesia Mengutuk Pertemuan G-20 di London. http:www. satudunia.net?q=contentmasyarakat-sipil-indonesia-mengutuk-pertemuan-g-
20-di-london. diakses tanggal 29 Juli 2010.
123 3. Menolak segala bentuk manipulasi isu-isu krisis pangan, perubahan
iklim climate change dan agenda pembangunan berkelanjutan, yang ternyata upaya untuk memperpanjang neokolonialisme dan
imperialism terhadap negara-negara dunia ketiga.
4. Menuntut pemerintah untuk kembali menjalankan perekonomian nasional berdasarkan amanat Proklamasi Kemerdekaan dan UUD 1945
khususnya Pasal 33 sebagai landasan ekonomi kerakyatan.
197
e. Pendekatan-pendekatan LSM dalam menyuarakan isu- isu dalam G-20