31
5. Retorika reformasi IMF dan Bank Dunia
Skeptisisme muncul terkait dengan komitmen bagi reformasi institusi- institusi Bretton Woods terutama menyangkut perubahan voting share dan
prekondisi bagi penetapan perubahan tersebut di lembaga-lembaga keuangan internasional tersebut. Pemberian bobot yang lebih besar kepada negara-negara
berkembang akan berimplikasi pada kesediaan negara-negara maju untuk mengurangi bobot suara mereka dalam IMF dan Bank Dunia. Pertanyaannya
adalah apakah negara-negara maju siap untuk memberikan bobot suaranya kepada negara-negara berkembang?
42
Pertanyaan lain muncul terkait negara berkembang manakah yang akan memiliki hak istimewa menerima bobot tersebut? Pertanyaan kedua bahkan
sama sulitnya karena ini akan memicu persaingan di antara negara-negara berkembang untuk memainkan pengaruhnya dalam IMF dan Bank Dunia
melalui tambahan bobot suara. Diperlukan penetapan tentang kriteria pemberian bobot tersebut. Namun penetapan ini juga akan memicu perdebatan
sengit dan subjektif di antara negara-negara anggota IMF itu sendiri.
Persyaratan menyangkut besarnya kontribusi bagi IMF dan Bank Dunia akan membawa implikasi pada penambahan kontribusi dari negara-negara
berkembang yang ingin mendapatkan tambahan bobot suara. Prekondisi lain seperti tingkat keterbukaan ekonomi negara daripada jumlah populasi akan
memicu perdebatan soal ukuran tingkat keterbukaan tersebut. Negara kecil namun dengan keterbukaan ekonomi yang besar dan pencapaian ekonomi
seperti diukur dengan tingkat GDP perkapita tentu saja akan mendapatkan hak istimewa untuk memperoleh tambahan bobot suara.
43
g. Agenda penguatan peran representasi, komitmen substantif bagi pembangunan, dan peran kaukus regional
G-20 tidak dapat mengenyampingkan kritik-kritik yang telah disebutkan di bagian terdahulu. Sejumlah agenda perlu terus diupayakan oleh anggota-
anggota G-20 yaitu outreaching ke non anggota G-20, pembuatan komitmen yang
42 Kritik ini disampaikan oleh beberapa responden dari lembaga penelitian dan perwakilan lembaga internasional untuk Indonesia dalam wawancara-wawancara
terpisah di bulan Mei 2010 dan tanggal 12 Agustus 2010. 43 Ini misalnya diekspresikan oleh peneliti senior pada lembaga finansial Indonesia
dalam wawancara tanggal 12 Agustus 2010.
32
lebih substantif untuk membantu negara-negara berkembang yang kesulitan dalam melakukan pemulihan ekonomi, dan pembentukan kaucus negara-
negara berkembang untuk lebih menyuarakan kepentingan negara-negara non anggota G-7 dalam G-20 dan secara umum negara-negara berkembang
yang tidak menjadi anggota G-20.
1. Konsultasi ke negara non-anggota G-20 dan LSM melalui formalisasi mekanisme