2. Perkembangan Produksi Tanaman Tahunan
Produksi tanaman tahunan untuk periode 2005-2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Komoditas yang produksinya meningkat sangat nyata adalah
Jarak Pagar dengan laju pertumbuhan per tahun mencapai 373,24 diikuti Kelapa Sawit dengan laju 15,98 per tahun. Komoditas Karet, Jambu Mete dan Kelapa
juga mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan per tahun masing-masing 3,69, 1,77 dan 1,20. Perkembangan produksi komoditas tahunan tahun
2005-2009 seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. Perkembangan Produksi Tanaman Tahunan Tahun 2005-2009
No. Komoditas
Produksi 000 ton Laju
Pertumb. tahun
2005 2006
2007 2008
2009
1.
Kelapa Sawit CPO
11.861,62 17.350,85 17.664,72 19.200,00 20.570,00 15,98
2.
Karet karet kering
2.270,89 2.637,23
2.755,17 2.751,29
2.594,46 3,69
3.
Kelapa kopra
3.096,85 3.131,16
3.193,27 3.239,67
3.247,38 1,20
4.
Jambu Mete gelondong
kering 135,07
149,23 146,15
156,65 143,28
1,77
5.
Jarak Pagar biji kering
0,22 2,89
8,85 10,97
13,01 373,24
6.
Kemiri Sunan biji kering
4,80 4,80
4,80 4,80
4,80 0,00
Sumber : Ditjen Perkebunan, 2009. Catatan :
Angka sementara.
3. Perkembangan Produktivitas Tanaman Tahunan
Seiring dengan perkembangan teknologi dan penerapanperbaikan budidaya tanaman tahunan, produktivitas ke 6 enam jenis tanaman tahunan mengalami
perkembangan yang positif selama kurun waktu 2005-2009. Laju pertumbuhan produktivitas rata-rata selama kurun waktu 2005-2009 untuk ke 6 enam
komoditas tanaman tahunan tertinggi yaitu 388,54 per tahun dicapai oleh tanaman Jarak Pagar. Sementara untuk Kelapa Sawit produktivitasnya naik rata-
rata 5,39 per tahun kemudian diikuti oleh Kelapa 3,11, Karet 2,19 dan Jambu Mete 2,07. Gambaran perkembangan produktivitas tanaman tahunan
selama tahun 2005-2009 seperti pada Tabel 16.
Tabel 16. Perkembangan Produktivitas Tanaman Tahunan Tahun 2005-2009
No. Komoditas
Produksi 000 ton Laju
Pertumb. tahun
2005 2006
2007 2008
2009
1.
Kelapa Sawit CPO
2.925 3.498
3.634 3.424
3.562
5,39
2.
Karet karet kering
862 967
993 994
936
2,19
3.
Kelapa kopra
925 947
1.142 1.164
1.035
3,11
4.
Jambu Mete gelondong kering
428 469
474 474
463
2,07
5.
Jarak Pagar biji kering
8 97
437 758
921
388,54
6.
Kemiri Sunan biji kering
16.000 16.000
16.000 16.000
16.000
0,00
Sumber : Ditjen Perkebunan, 2009. Catatan :
Angka sementara.
1.1.2.3.Perlindungan Perkebunan
Pada umumnya rendahnya produktivitas tanaman perkebunan disebabkan oleh adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT dan non OPT berupa
gangguan usaha perkebunan GUP dan dampak perubahan iklim yang belum bisa tertangani secara optimal.
Serangan OPT menyebabkan terjadinya kehilangan hasil dan penurunan kualitas produk sedangkan dampak tidak langsung dari gangguan usaha perkebunan
GUP seperti penjarahan, gangguan keamanan dapat menyebabkan aktivitas pengelolaan kebun tidak dapat berjalan dengan baik. Sementara itu perubahan
iklim banjir, kekeringan dan kebakaran dapat menyebabkan proses metabolisme tanaman terganggu, aborsi bunga, pelayuan, pencemaran asap lintas batas serta
peningkatan serangan OPT.
Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan dan kebugaran kaitannya dengan konsumsi makanan telah meningkatkan tuntutan konsumen
akan kandungan nutrisi dari produk perkebunan yang sehat, aman dan menunjang kebugaran. Disamping itu meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup dan
pentingnya faktor keselamatan dan kesehatan kerja K3 juga mendorong peran faktor kelestarian lingkungan dalam agribisnis perkebunan.
Diratifikasinya berbagai aturan perdagangan dalam WTO World Trade Organization
memberikan konsekuensi terhadap Indonesia dalam melaksanakan agribisnis perkebunan. Penerapan surveillance OPT perkebunan yang diekspor
merupakan salah satu contoh dari penerapan aturan sesuai dengan International Standard for Phytosanitary Measures
ISPM.
A. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT