Liberalisasi Pasar Global Permasalahan

Dari sisi lain, sebagian lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman perkebunan belum diusahakan dalam usaha dan hamparan yang ekonomis sehingga dapat mengurangi efisiensi dan efektivitas usaha yang pada gilirannya mengurangi nilai tambah bagi petani.

B. Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan

Berbagai kegiatan pembangunan perkebunan periode 2005-2009 telah berhasil meningkatkan produktivitas dan mutu sebagian besar komoditas perkebunan. Meskipun demikian, secara umum produktivitas dan mutu komoditas perkebunan tersebut masih di bawah potensi 72,5. Dalam upaya peningkatan produksi dan mutu tanaman perkebunan menghadapi kendala yaitu kondisi infrastruktur perkebunan yang belum memadai, seperti jalan usaha perkebunan yang umumnya sudah banyak yang rusak sebaliknya pembangunan baru dan pemeliharaan infrastruktur sangat terbatas. Kondisi ini menghambat pekebun dan investor dalam mengembangkan agribisnis perkebunan. Masalah lain yang juga menghambat upaya peningkatan produktivitas dan mutu tanaman perkebunan adalah belum optimalnya penggunaan dan ketersediaan benih unggul bermutubersertifikat serta sarana produksi lainnya, adanya serangan hama penyakit tanaman dan gangguan usaha perkebunan GUP, belum terpenuhinya standar populasi tanaman per hektar dan didominasinya pertanaman oleh tanaman tuarusak.

C. Akses Pekebun Terhadap Sumber Permodalan

Lemahnya permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh petani dalam memulai atau mengembangkan usahanya sehingga harus meminjam ke pihak lain. Sulitnya mengakses permodalan kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi lainnya menyebabkan petani mencari pinjaman modal kepada para pemilik modal yang umumnya adalah pedagang hasil perkebunan dengan sistem ijon sehingga petani tidak leluasa menjual hasil panennya. Sebagian pekebun meminjam modal kepada rentenir dengan bunga pinjaman yang tinggi. Meskipun pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E, Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan KPEN-RP, Kredit Usaha Rakyat KUR, maupun kredit komersial, namun fasilitas kredit tersebut pada kenyataannya masih sulit diakses oleh pekebun. Kesulitan mengakses perbankan atau lembaga keuangan resmi lainnya disebabkan: a petani belum dapat memenuhi persyaratan administrasi perbankan, b resiko agribisnis perkebunan yang cukup tinggi yang menyebabkan perbankan enggan memberikan kredit, c belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak di bidang perkebunan dan d belum tersedianya lembaga penjaminan resiko usaha perkebunan.

D. Liberalisasi Pasar Global

Sebagai salah satu fenomena globalisasi, isu liberalisasi pasar global atau liberalisasi perdagangan semakin marak setelah disetujui dan ditandatanganinya kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade GATT-Putaran Uruguay oleh 122 negara anggota, termasuk Indonesia, di Marrakesh, Maroko pada tanggal 15 April 1994 Marrakesh Meeting. Pada pertemuan tersebut disetujui pula perubahan nama GATT menjadi World Trade Organization WTO. Dengan banyaknya negara yang merasa semakin pentingnya perdagangan bebas antar negara dan adanya kekhawatiran akan kegagalan perundingan GATT- Putaran Uruguay, maka negara-negara yang berada pada suatu kawasan dengan kesamaan potensi dan kebutuhan maupun hubungan geografis dan tradisional terdorong untuk membentuk kelompokkawasan perdagangan bebas free trade area seperti AFTA Asean Free Trade Area yang mencakup negara-negara anggota ASEAN; NAFTA North America Free Trade Area yang mencakup Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko; APEC Asia Pacific Economic Community yang mencakup negara-negara di kawasan Asia Pasifik; Uni Eropa European Union yang mencakup negara-negara di kawasan Eropa Barat dan ACFTA Asean-China Free Trade Area yang mencakup negara-negara Asean dengan China. Sebagai bagian dari tatanan perekonomian dunia, Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka harus ikut melaksanakan perdagangan bebas. Komitmen mengenai hal itu dimanifestasikan dalam bentuk keikutsertaan Indonesia pada AFTA, APEC, ACFTA dan WTO. Secara umum komitmen negara-negara yang terlibat liberalisasi pasar global adalah menghilangkan secara bertahap hambatan tarif tariff barrier dan sebagai gantinya menerapkan hambatan non-tarif non- tariff barrier dalam mekanisme ekspor-impor. Meskipun masalah hambatan tarif dapat diatasi secara bertahap, namun agribisnis perkebunan Indonesia akan menghadapi masalah yang lebih berat yaitu hambatan non-tarif berupa hambatan teknis technical barrier maupun aspek sanitasi dan fitosanitasi sanitary and phytosanitary . Hambatan teknis yang telah ada dan akan banyak dipakai dalam agribisnis perkebunan ke depan adalah isu mutu produk, isu lingkungan, isu intelectual property right , isu hak asasi manusia HAM dan isu ketenagakerjaan. Tidak jarang masing-masing negarakawasan tujuan ekspor menetapkan sendiri standar untuk ekspor atau impor produk perkebunan. Sebagai contoh Uni Eropa mengkaitkan impor CPO dengan isu pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan RSPO. Hambatan lainnya adalah konsumen menuntut atribut produk yang lebih detail seperti atribut keamanan produk safety attributes, atribut nutrisi nutritional attributes , atribut nilai value attributes, atribut pengepakan packaging attributes , atribut lingkungan ecolabelled attibutes dan atribut kemanusiaan humanistic attributes. Sebagian dari atribut tersebut telah melembaga baik secara internasional seperti penerapan SPS sanitary dan phytosanitary maupun secara individual melalui penerapan standar mutu produk pertanian setiap negara. Liberalisasi pasar global juga berimplikasi pada “hilangnya” batas-batas geografis dan administrasi suatu negara sehingga memungkinkan penguasaan sumberdaya oleh pihak asingnegara lain dalam memanfaatkan melimpahnya sumberdaya Indonesia melalui perusahaan global, aliansi strategis dan perusahaan multinasional.

1.4. Peluang dan Tantangan

1.4.1. Peluang

1.4.1.1. Peluang Manajerial

Faktor yang membuka peluang untuk meningkatkan kinerja organisasi dalam mendukung program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan adalah potensi pelaku usaha, koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan, pengembangan sistem informasi, proses mengarah ke pelayanan prima, ketersediaan pendanaan dan permintaan pasar.

A. Pelaku Usaha

Pelaku usaha utama di bidang perkebunan meliputi perkebunan besar, koperasi, asosiasi petani, asosiasi eksportirimportir dan pekebun. Jika situasi untuk berinvestasi dapat dibangun secara lebih kondusif dan harga komoditas perkebunan dapat dipertahankan maka peran masing-masing pelaku usaha dapat ditingkatkan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan.

B. Koordinasi

Koordinasi didefinisikan sebagai suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan merupakan peluang lain yang bisa dikembangkan dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.

C. Pengembangan Sistem Informasi

Agar dapat mengikuti perkembangan teknologi dan memperlancar aksesibilitas terhadap informasi, maka sistem informasi manajemen yang mencakup kemampuan menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai SDM sumber daya manusia, teknologi, peluang pasar, manajemen, permodalan, usaha perkebunan dalam mendorong dan menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat, perlu terus dimutakhirkan dan dikembangkan secara terus menerus sehingga dapat meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.

D. Pelayanan Prima

Peluang lainnya adalah peningkatan pelayanan organisasi yang berkualitas sampai dengan memenuhi kriteria layanan prima. Sendi-sendi pelayanan prima meliputi 1 kesederhanaan dalam artian mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan; 2 kejelasan dan kepastian mengenai prosedur, persyaratan, unit kerja yang berwenang, rincian biaya, jadwal waktu penyelesaian dan hak serta kewajiban pemberi dan penerima pelayanan; 3 keamanan dalam arti memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat