Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan Ketersediaan Teknologi Budidaya dan Pemuliaan Terapan

Tersedianya sarana pendidikan yang kompeten untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia perkebunan sebagai institusi penelitian tanaman perkebunan seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Puslitbangbun yang terdiri dari Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Balittas, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Balittri, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Balittro, Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain Balitka juga terdapat PT. Riset Perkebunan Nusantara PT. RPN yang terdiri dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia P3GI, Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS, Pusat Penelitian Karet PPK, Pusat Penelitian Teh dan Kina PPTK, Puslitkoka Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia serta unit-unit riset dan pengembangan teknologi pada perusahaan industri berbasis tanaman perkebunan serta sejumlah tenaga peneliti yang sudah berpengalaman merupakan potensi yang dapat ditingkatkan lagi kontribusinya dalam rangka menunjang pembangunan perkebunan.

1.3.1.2. Potensi Teknis

Komoditas unggulan nasional perkebunan dan teknologi merupakan komponen potensi teknis yang masih dapat dikembangkan dan dioptimalkan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Adapun uraian singkat dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:

A. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan

Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity yang mempunyai jumlah keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Walaupun luas daratannya hanya 1,3 dari seluruh daratan bumi tetapi Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang sangat berlimpah. Sekitar 10 spesies berbunga, 12 spesies mamalia, 16 spesies reptil dan amphibia, 17 spesies burung serta 25 spesies ikan terdistribusi di Indonesia. Sebagian spesies bahkan tidak terdapat di belahan bumi lain. Melimpahnya keanekaragaman flora merupakan potensi sumber daya genetik untuk menghasilkan klonvarietas unggul perkebunan disamping dapat dimanfaatkan sebagai bahan bio-fuel, bio-pesticide, bio-fertilizer atau untuk tujuan komersial lainnya. Lebih jauh lagi, beberapa tanaman merupakan komoditas spesifik perkebunan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga sangat berpotensi untuk mengisi pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan pencermatan yang komprehensif terdapat 127 jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam usaha perkebunan sehingga ditetapkan menjadi komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511KptsPD.31092006 tanggal 22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3399KptsPD.310102009 tanggal 19 Oktober 2009. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek dari 127 jenis tanaman tersebut prioritas pengembangan ditujukan bagi komoditas unggulan nasional sebanyak 15 jenis yang meliputi Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi, Kakao, Teh, Jambu Mete, Cengkeh, Lada, Jarak Pagar, Tebu, Tembakau, Kapas, Nilam dan Kemiri Sunan. Pemerintah daerah didorong untuk memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya.

B. Ketersediaan Teknologi Budidaya dan Pemuliaan Terapan

Teknologi budidaya terapan baik yang dihasilkan oleh lembaga penyedia teknologi maupun individu praktisi perkebunan telah tersedia untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yaitu teknologi somatic embryogenesiskultur jaringan, sambung samping, sambung pucuk, pengendalian OPT dengan sistem PHT Pengendalian Hama Terpadu, pengolahan limbah kebun sebagai pupuk organik dan teknologi budidaya yang adaptif terhadap perubahan iklim. Selain berperan meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan, teknologi terapan tersebut juga bersifat ramah lingkungan. Disamping teknologi budidaya terapan, teknologi pemuliaan tanaman juga telah dihasilkan antara lain melalui rekayasa genetika dalam rangka mendukung pengadaan varietas unggul guna menciptakan komoditas perkebunan berdaya saing tinggi.

1.3.2. Permasalahan