F. Keterbatasan Akses Teknologi Pascapanen
Tantangan dari segi teknologi adalah kesenjangan dalam inovasi teknologi terutama teknologi pascapanen, rendahnya pengertian masyarakat tentang
teknologi itu sendiri dan kurangnya pemerataan alih teknologi ke perdesaan sebagai pusat pengembangan lahan perkebunan. Perlunya bimbingan pelatihan
kepada petani tentang teknologi dan sarana pascapanen akan dapat mengatasi permasalahan keterbatasan teknologi pascapanen. Selain itu dengan melakukan
penerapan Good Handling Practise GHP dengan baik dan benar sehingga petani akan lebih memiliki struktur yang jelas tentang teknologi pascapanen dalam
budidaya perkebunan, memberikan bantuan peralatan pascapanen, bantuan modal kerja kepada Gapoktan dan menyiapkan pedoman GHP.
G. Konflik dan Gangguan Usaha Perkebunan
Perkembangan perkebunan besar yang membuka lahan secara besar-besaran dengan mengkonversi hutan tropika basah dan hutanlahan pasang surut telah
memunculkan kritik nasional dan internasional yang memicu adanya konflik dan gangguan usaha perkebunan. Konflik ini timbul karena masalah yang dikaitkan
kerusakan lingkungan hidup. Permasalahan lain antara lain adanya sengketa atau kasus perkebunan antara masyarakat dan perusahaan pemegang Hak Guna Usaha
HGU, penjarahan hasil perkebunan dan pendudukan tanah perkebunan dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konflik ini bukan hanya
membahayakan kelangsungan usaha perkebunan itu sendiri tetapi juga akan menurunkan minat investasi dan yang lebih berbahaya adalah menimbulkan
disintegrasi sosial.
H. Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan
Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang menangani bidang perkebunan masih sangat terbatas dan kurang memadai ditambah kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan petani dan petugas lapangan perkebunan sehingga akan menghambat perkembangan perkebunan kedepan. Masalah kelembagaan juga menjadi
tantangan yang serius dimana belum optimalnya kemitraan antara perusahaan perkebunan besar dengan kelompok petani dan belum sempurnanya infrastruktur
yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat.
I. Pelaksanaan Perizinan Usaha
Belum adanya sinergi antara kebijakan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota akan mempengaruhi pelaksanaan perizinan usaha
sehingga dapat menghambat pembangunan perkebunan di Indonesia. Selain itu masalah banyaknya tumpah tindih izin lokasi usaha, reformasi birokrasi perizinan
belum berjalan sebagaimana mestinya dan otonomi daerah belum sepenuhnya mendukung reformasi birokrasi.
J. Penurunan Kehilangan Hasil
Tujuan utama peningkatan pascapanen hasil perkebunan adalah untuk mengurangi kehilangan hasil. Menurunnya kehilangan hasil baik yang disebabkan kehilangan
fisik maupun penyusutan dan penurunan kualitas sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hasil perkebunan dan pasokan bahan baku industri. Kondisi yang
diharapkan adalah dengan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petani dalam penanganan pascapanen yang baik Good Handling Practises melalui
pembinaan yang intensif dan berkelanjutan; peningkatan penggunaan mutu peralatan pascapanen dan pemanfaatannya yang optimal; serta mengembangkan
kelembagaan pascapanen.
K. Investasi Usaha Perkebunan
Kurangnya kegiatan investasi usaha perkebunan dapat menghambat pembangunan perkebunan. Untuk itu perlunya mendorong iklim investasi yang kondusif dalam
mengembangkan agrobisnis perkebunan dan meningkatkan peran serta perkebunan, UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah, masyarakat dan swasta.
L. Pengembangan Dukungan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan