Penyimpang primer Penyimpangan sekunder

97 Penyimpangan Sosial melakukan perbuatan menyim- pang ini disebut sebagai penyim- pang. Masyarakat tidak membe- rikan toleransi terhadap si peny- impang dan akan menying-kirkan si penyimpang dari kelom-pok yang taat pada nilai dan norma konformis. Contohnya adalah pemakai dan pengedar narkoba, penjudi, pemabuk dan penjahat.

E. Sifat-Sifat Penyimpangan. 1. Penyimpangan

positif Penyimpangan positif adalah pelanggaran terhadap nilai dan norma yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat tetapi mem- berikan dampak yang baik bagi pelaku dan masyarakat. Contoh, Di India terdapat tradisi Saty, yaitu apabila seorang suami meninggal kemudian dibakar maka istrinya yang masih hidup harus ikut mati dengan cara terjun kedalam kobaran api yang membakar jenazah suaminya. Tradisi ini sangat merugikan masyarakat sehingga oleh pemerintah dihapuskan.

2. Penyimpangan negatif

Penyimpangan negatif adalah pelanggaran terhadap nilai dan norma yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat yang mengakibatkan dampak buruk bagi pelaku dan masyarakat. Perilaku menyimpang itu mengancam ketertiban masyarakat. Contoh, pelang- garan terhadap tata tertib lalu lintas, pelanggaran terhadap nilai-nilai agama.

F. Perilaku Menyimpang Sebagai Hasil Sosialisasi Tidak Sempurna

Sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari suatu masyarakat, sebagian besar proses sosialisasi adalah proses mempelajari prilaku peranan. Konsepsi peran menunjuk pada seperangkat harapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu dan mengharapkan orang lain untuk bertindak den- gan cara-cara tertentu pula yaitu sesuai dengan nilai dan kaidah-kaidah yang dimiliki oleh masyarakat. Aksi corat-coret yang dilakukan para siswa merupakan suatu bentuk penyimpangan www.kutaikartane- 98 Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X Proses sosialisasi berlanjut dengan segala daya pelaziman, imitasi, identifikasi dan internalisasi. Pengalaman-pengalaman akan diperoleh individu dari proses sosialisasi. Pada masa peralihan transisi dari masa muda ke masa dewasa memang sering terjadi konflik nilai sehingga menyebabkan pengalaman sosialisasi dalam suatu periode yang dialami oleh individu mengalami ketidaksempurnaan. Proses sosialisasi juga dapat berlangsung kurang baik disebabkan karena pendidikan moral anak laki-laki dan anak perempuan terutama ditujukan pada aturan-atu- ran prilaku sosial yang resmi dan bukan pada modifikasi aturan-aturan yang tidak resmi yang berlaku pada dunia orang dewasa. Perubahan sosial tanpa diikuti dengan perubahan nilai dan norma akan menimbulkan kesenjangan nilai-nilai dengan hasil perubahan yang diharapkan. Ledakan penduduk, perubahan teknologi dan punah- nya kebudayaan lokal mengharuskan masyarakat untuk menerapkan norma-norma baru, karena perubahan itu menuntut adanya penye-sua- ian diri. Kondisi demikian menyebabkan proses sosialisasi tidak dapat berjalan dengan baik karena adanya kesenjangan nilai dan perubahan yang terjadi di masyarakat, maksudnya masyarakat tidak menyediakan kaidah-kaidah baru untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-peru- bahan baru yang terjadi di masyarakat. Proses sosialisasi yang tidak sempurna pada remaja akan memben- tuk remaja-remaja yang memiliki bentuk sebagai berikut

1. Jenis remaja urakan

Yaitu remaja yang tidak bermaksud mengadakan perubahan dalam masyarakatkebudayaan tetapi menginginkan kebebasan bagi dirinya sendiri atau kebebasan untuk menentukan kehendaknya sendiri.

2. Jenis remaja delinkuen atau nakal

Remaja ini tidak ingin dan tidak berniat untuk mengadakan peru- bahan dalam masyarakatkebudayaan, tetapi mereka berusaha mem- peroleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tindakan yang mereka anggap menguntungkan atau menyenangkan padahal dalam kenyataanya merugikan masyarakat.

3. Jenis remaja radikal

Remaja ini berkeinginan mengadakan perubahan dalam masya- rakatkebudayaan secara radikal. Mereka tidak puas dan tidak bisa menerima kenyataan-kenyataan yang mereka hadapi. Oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk melakukan perubahan tanpa rencana jangka panjang. Bachtiar, 1982:17-18