116
Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X
2. Pengendalian sosial melalui tekanan sosial
Setiap individu adalah bagian dari sebuah kelompok sosial, karena dalam setiap individu terdapat kecenderungan untuk berkelompok dan
berusaha untuk menyesuaikan dengan kelompok. Lapire 1954 melihat pengendalian sosial dalam hal ini sebagai suatu proses yang lahir dari
kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Kelompok akan sangat berpengaruh jika para anggota kelompok itu akrab dan berusaha mem-
pertahankan keberadaan kelompok. Tekanan keinginan kelompok adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berpengaruh terhadap peru-
bahan diri seseorang. Seseorang tidak menyadari dirinya akan berubah setelah menjadi anggota sebuah kelompok, hal ini terjadi karena setiap
orang cenderung mengeks-presikan pribadinya sesuai dengan kelom- poknya. Kita sering menemukan bahwa anggota baru suatu kelompok
akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kelompok dan bahkan mengiden-tifikasikan diri dengan kelompok dan menyatakan kesetian-
nya terhadap kelompok.
a. Pengendalian Kelompok Informal Primer Kelompok primer adalah kelompok kecil, akrab, dan bersifat informal.
Contohnya Keluarga, Klik, Kelompok bermain dan sebagainya. Pengen- dalian dalam kelompok primer dilaksanakan secara informal, spontan
dan tanpa direncanakan. Para anggota kelompok akan cepat bereaksi apabila ada salah satu anggota kelompoknya yang tersakiti. Bilamana
seorang anggota kelompok menyakiti anggota kelompoknya yang lain maka mereka akan menunjukan rasa ketidaksenangan, dengan cara
mengejek, menertawai dan mengucilkan bahkan menyisihkan anggota tersebut dari pergaulan.
b. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang bersifat impersonal, formal dan berdasarkan kepentingan utilitarian, seperti organisasi,
perkumpulan dan asosiasi. Kelompok sekunder pada umumnya lebih besar dan memiliki tujuan yang khusus. Tujuan dari kelompok
sekunder ini adalah untuk memenuhi hubungan manusia dalam memenuhi kebutuhan manusiawi atau untuk membantu kita dalam
menyelesaikan pekerjaan. Kelompok sekunder berperanan efektif dalam pengendalian sosial informal seperti tertawaan, ejekan dan
pengucilan. Namun dalam kelompok sosial pengendalian sosial lebih bersifat formal yang merupakan ciri-ciri dari kelompok sekunder,
pengendalian sosial formal itu adalah peraturan resmi dan tata cara yang distandarisasikan, propaganda, hubungan masyarakat, rekayasa
117
Pengendalian Sosial
manusia, kenaikan golongan pangkat pemberikan gelar, imbalan dan hadiah, sanksi dan hukuman formal.
Pengendalian sosial melalui kelompok ini dapat dilakukan oleh beberapa unsur kelompok yaitu;
1. Pengendalian kelompok oleh kelompok 2. Pengendalian kelompok terhadap anggotanya
3. Pengendalian pribadi terhadap pribadi lainnya.
3. Pengendalian sosial melalui kekuatan
Pada masyarakat yang sederhana dapat mengendalikan perilaku ang- gota masyarakatnya dengan menggunakan nilai-nilai adat, yang ditunjang
oleh pengendalian informal oleh kelompok primer. Oleh karena itu pada masyarakat ini tidak diperlukan hukum formal dalam pelaksanaan huku-
man. Namun pada masyarakat yang jumlah penduduknya sangat besar dan memiliki kebudayaan yang kompleks, diperlukan hukum yang for-
mal, peraturan hukum dan pelaksanaan hukum. Masyarakat yang sangat kompleks dengan memiliki banyak kelompok berpotensi untuk terjadinya
pertentangan antar kelompok. Oleh karena itu masyarakat seperti ini me- merlukan kekuatan dalam bentuk hukuman formal dan peraturan hukum
demi terciptanya masyarakat yang tertib.
Koentjaraningrat, menjelaskan cara-cara pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut, yaitu:
a. Mempertebal keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat.
b. Memberi ganjaran dan semacam penghargaan kepada warga masyarakat yang selalu taat kepada adat istiadat.
c. Mengembangkan rasa malu dalam jiwa warga masyarakat yang menyeleweng dari adat istiadat.
d. Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masyarakat yang hendak menyeleweng dari adat istiadat dengan ancaman kek-
erasan. Pelaksanaan pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan cara
ajakan atau anjuran persuasif yaitu dengan cara tanpa kekerasan. Cara ini mengajak atau membimbing dengan memberikan pengetahuan agar
orang tidak melakukan atau tidak mengulangi perbuatan melanggar nilai dan norma. Teknik pengendalian sosial ini disesuaikan dengan
kondisi, dalam keadaan bagaimana cara itu dipakai tergantung dari bentuk pelanggaran yang mungkin terjadi. Cara paksaan coercive yaitu