PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
26
2
b. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, terdapat tiga jenis ketunarunguan atas factor penyebabnya
1 Conductive loss, yaitu ketunarunguan tipe konduktif yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada
telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi menghantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.
2 Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian dalam serta syaraf
pendengaran Nerveus Chochlearis yang dapat mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak .
3 Central auditory processing disorder yaitu gangguan pada ocial syaraf pusat proses pendengaran yang mengakibatkan individu
mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinga itu sendiri. Anak yang
mengalami gangguan pusat pemprosesan pendengaran ini mungkin memiliki pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer,
tetapi mereka sering mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya.
c. Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan
1 Pra-Natal a Genetik,
yaitu anak
mengalami gangguan
pendengaran tunarungu karena faktor keturunan.
b Anak yang mengalami gangguan pendengaran tunarungu sejak
dalam kandungan karena infeksipenyakit.
2 Natal, yaitu anak yang mengalami gangguan pendengaran
tunarungu akibat proses kelahiran dengan resiko tingi.
3 Post-natal, yaitu anak yang mengalami gangguan pendengaran tunarungu setelah dilahirkan.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
27
Pengelompokkan klasifikasi bagi anak tunarungu yang saat ini digunakan pada umumnya menurut Samuel A.Kirk dalam Depdikbud
1995:29 ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1 0 dB Menunjukkan pendengaran yang optimal
2 0 – 26 dB Menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran
yang normal 3 27
– 40 dB Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan
terapi bicara tergolong tunarungu ringan 4 41
– 55 dB Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara
tunarungu sedang 5 56
– 70 dB Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara
dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus tunarungu agak berat
6 71 90 dBHanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang –
kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luarf biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara
khusus tunarungu berat 7 91 dB keatasMungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan
getaran, banyak
bergantung pada
penglihatan daripada
pendengarfan untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli tunarungu berat sekali
Klasifikasi tunarungu dilihat dari pandangan umum terbagi menjadi 2 bagian yaitu : 1 Orang tuli adalah seorang yang mengalami kehilangan
kemampuan mendengar sehingga mengalami hambatan dalam bahasa dan komunikasi, baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. 2
Orang kurang dengar adalah seorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi masih memiliki sisa
pendengaran baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar.