Sasaran Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

3 PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 40 berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam akademik dan perkembangan. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak. Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu: anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan. Misalnya, a. anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan bencana alam, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak yang mengalami kedwibahasaan perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah, anak yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan karena kemiskinan dsb. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen. b. Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun yang temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1 faktor lingkungan 2faktor dalam diri anak sendiri, dan 3 kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak. Sesuai kebutuhan lapangan maka pada buku ini hanya dibahas secara singkat pada kelompok anak berkebutuhan khusus yang sifatnya permanen. c. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi anak berkebutuhan khusus temporer dan permanen. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi: 1 Anak dengan gangguan penglihatan Tunanetra, a. Anak Kurang Awas low vision PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 41 b. Anak tunanetra total totally blind. 2 Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara TunarunguWicara, a. Anak kurang dengar hard of hearing b. Anak tuli deaf 3. Anak dengan kelainan Kecerdasan 3 Anak dengan gangguan kecerdasan intelektual di bawah rata-rata tunagrahita a. Anak tunagrahita ringan IQ IQ 50 – 70. b. Anak tunagrahita sedang IQ 25 – 49. c. Anak tunagrahita berat IQ 25 – ke bawah. 4 Anak layuh anggota gerak tubuh polio a. Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak cerebral palcy 5 Anak dengan gangguan anggota gerak Tunadaksa. 6 Anak dengan gangguan perilaku dan emosi Tunalaras a. Anak dengan gangguan prilaku b. Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan c. Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang 7 Anak dengan gangguan perilaku taraf berat a. Anak dengan gangguan emosi b. Anak dengan gangguan emosi taraf ringan c.Anak dengan gangguan emosi taraf sedang d Anak dengan gangguan emosi taraf berat 8 Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata a. Giffted dan Genius, yaitu anak yang memiliki kecerdasan di atas ratarata b. Talented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus 9 Anak gangguan belajar spesifik 10 Anak lamban belajar slow learner 11 Anak Autis 12 Anak ADHD

4. Konsep Dasar Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

3 PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 42 Identifikasi dan asesmen adalah dua istilah yang sangat berdekatan dan sulit dipisahkan. Apabila seseorang akan melaksanakan asesmen, maka terlebih dahulu ia harus melaksanakan identifikasi. Hal ini merujuk pada pendapat Lewis dan Doorlag 1989, dalam Yosfan Azwandi, 2005 yang menyatakan bahwa identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului asesmen. Asesmen adalah proses yang sistimatis dalam mengumpulkan data seorang anak. Dalam kontek pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi itulah seorang guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan obyektif dari anak tersebut. Sebagai contoh; dari hasil asesmen diperoleh informasi bahwa anak itu mengalami kesulitan dalam hal bicara, dan bukan kepada pelabelan bahwa anak itu Autis. Selanjutnya instrumen asesmen disusun untuk menemukan hal-hal yang sangat spesifik berkaitan dengan masalah bicara tadi dan bukan untuk menemukan pelabelan. Dengan demikian program pendidikan didasarkan kepada kebutuhan, dan bukan pada kecacatan seorang anak. Assesmen sering didefinisikan dengan berbagai macam cara, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Beberapa buah diantara definisi tersebut menyatakan bahwa assesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut. Kemudian sejalan dengan definisi tersebut, McLoughin dan Lewin dalam Yosfan Azwandi, 2005 merumuskan batasan yang menyatakan bahwa assesmen dalam pendidikan luar biasa adalah proses yang sistematis dalam mengajukan pertanyaan yang relevan secara kependidikan untuk digunakan sebagai dasar penempatan dan pembelajaran. Asesmen merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus untuk menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang. Menurut Lenner 1988 asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang seseorang anak yang akan digunakan untuk